• Berita Terkini

    Minggu, 01 Oktober 2017

    Tahun 2015, 1.815 Warga Kebumen Idap Gangguan Jiwa

    fotoahmadsaefurrohman/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Angka penderita gangguan jiwa atau disebut orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kabupaten Kebumen, ternyata cukup membuat prihatin. Bagaimana tidak. Data Dinas Sosial dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Kabupaten Kebumen menunjukkan, jumlah ODGJ di Kebumen 1.815 orang.

    Angka itu baru sebatas jumlah pasien yang ditangani Dinsos PPKB Kabupaten Kebumen. Dipastikan, angka riilnya jauh lebih besar karena masih banyak diantaranya yang belum diketemukan atau belum tertangani karena masih rendahnya kesadaran keluarga dan masyarakat terhadap kasus ODGJ.

    "Kalau data persisnya di Dinas Kesehatan. Data di kami (Dinsos,Dinsos PPKB) ada 1.815 ODGJ yang sudah by name by adres di tahun 2015. Jumlah itu yang harus kami tangani," kata Kepala Dinsos PPKB Kabupaten Kebumen, dr HA Dwi Budi Satrio, saat ditemui di sela-sela bakti sosial yang dilakukan Komunitas ODGJ Kabupaten Kebumen
    di Desa Winong Kecamatan Mirit, Sabtu (30/9/2017).

    Saat itu, Komunitas Peduli ODGJ Kabupaten Kebumen menggelar bakti sosial dengan memandikan 80 ODGJ yang selama ini menjalani perawatan di rumah Marsiyo alias Mbah Marsiyo (80), warga Desa Winong Kecamatan Mirit. Mereka memandikan para ODGJ yang kesehariannya banyak yang dipasung itu.

    Budi Satrio yang juga pendiri Komunitas ODGJ tersebut mengatakan, aksi bakti sosial kemarin sebagai bentuk kepedulian terhadap para ODGJ Kebumen. Sekaligus sebagai upaya menggugah dan meningkatkan kesadaran keluarga dan masyarakat terhadap penanganan kasus ODGJ.

    "Kami berharap kegiatan semacam ini akan membuat aware dari semua komponen masyarakat khususnya di Kebumen bahwa ODGJ sesungguhnya adalah "korban". Harapannya ini akan menjadi atmosfer. Mudah-mudahan aware ini akan menjadi virus yang menular kepada seluruh masyarakat Kebumen. Ketika sudah aware, masyarakat atau keluarga yang memiliki anggota ODGJ akan melapor kepada dinas atau pemerintah terkait. Sehingga harapannya, kondisi-kondisi pemasungan yang masih ada selanjutnya bisa hilang," kata Budi Satrio.

    Budi Satrio mengungkapkan, ODGJ bukanlah akhir dari segalanya. Seorang ODGJ masih bisa disembuhkan serta masih bisa bermanfaat bagi masyarakat.

    "Keluarga adalah kuncinya. Peran keluarga sangat menentukan. Pasien masih bisa diobati dan tidak perlu dibuang atau dibuat malu atau malah mempermalukannya, "
    kata Budi Satrio.

    "Bahwa penanganan ODGJ adalah masalah yang harus ditangani bersama. Kita tidak melecehkan malah kita bantu," imbuh Budi Satrio.

    Sementara itu, dr Agus Sapariyanto dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen menyampaikan, Pemkab Kebumen terus berupaya melakukan penangangan terhadap ODGJ di Kota Beriman. Salah satu realisasinya, menyediakan Puskesmas Pejagoan sebagai tempat perawatan para ODGJ.

    Di saat bersamaan, kata Agus, memberikan edukasi masyarakat maupun keluarga, bahwa ODGJ bisa diobati dan bisa kembali ke masyarakat.

    "Selain itu, bagaimana keluarga dan masyarakat memahami untuk bisa merawat kemudian nanti bisa bersama-sama menstabilkan. Untuk bisa menstabilkan ini memang butuh waktu lama. Namun bila ODGJ bisa membaur dengan masyarakt akan lebih baik dan kemungkinan terjadi kekambuhan berkurang, " ujar Agus yang juga kepala Puskesmas Pejagoan tersebut.(saefur/cah)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top