• Berita Terkini

    Sabtu, 23 September 2017

    1.017 Pusaka Musium Tosan Aji Purworejo Dijamas

    ANDI/EKSPRES
    PURWOREJO- Sebanyak 1.017 bilah pusaka koleksi milik Museum Tosan Aji dijamas bertepatan dengan peringatan tahun baru Islam 1 Muharam 1439 Hijriyah atau yang dalam penanggalan Jawa 1 Suro. Selaian penjamasan juga dilakukan ruwatan bumi sebagai ikhtiar penyucian dan permohonan agar terhindar dari sengkolo.

    Jamasan diawali dengan ritual penjamasan Keris pusaka milik Bupati Purworejo, yakni Keris Lurus Dapur Jalak Tilam Sari oleh Ki Tri Yulianto. Keris karya empu Paneti yang konon dibuat pada abad ke 14 itu dijamas dengan rangkaian ritual khas tradisi Purworejo di komplek Museum Tosan Aji.

    Kasi sejarah, Cagar Budaya, Nilai Budaya dan Tradisional Dinas Kebudayaan Purworejo, Eko Riyanto mengatakan, jamasan merupakan agenda rutin museum setiap 1 Muharram dalam penanggalan Islam. Dalam acara jamasan ini museum akan menjamas atau merawat secara khusus berbagai benda pusaka.

    Dikatakan, usai prosesi penjamasan, dilanjutkan prosesi ruwatan bumi dengan pagelaran wayang oleh dalang ruwat Ki Cermo Hadi Sutoyo dari tlatah Bantul. Secara simbolis, tokoh wayang diserahkan oleh Plt, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gandi Budi Supriyanto kepada sang dalang, Ki Cermo.

    Secara apik, wayang Kondo Buwono Dengan lakon Murwokolo dimainkan Ki Cermo. Ritual tersebut merupakan upaya mengatasi atau menghindari sesuatu kesusahan bathin dengan cara mengadakan pertunjukan/ritual dengan media wayang kulit yang mengambil tema Murwokolo.

    "Wayang Kondo Buwono merupakan tokoh wayang semacam Arjuno namun menggunakan iket, filosofoninya, Kondobuwonolah dalang yang bisa meruwat Purworejo. Permasalahan yang ada diruwat dibersihkan pleh dalang Kondobuwono. Sementara Lakon Murwokolo, lakon membersihkan dari semua sengkolo permasalahan," ungkap Eko.

    Sementara itu, Gandhi Budi saat membacakan sambutan Bupati Purworejo menyampaikan tradisi jamasan merupakan simbol pensucian jiwa dan raga. Jamasan merupakan warisan adiluhung para lelulur yang sudah seharusnya dilestarikan. Selain itu, para pimpinan daerah dan seluruh masyarakat Purworejo memiliki kewajiban untuk melestarikan kebudayaan tradisional. Hal itu agar kebudayaan tetap bertahan dan berkembang di tengah kemajuan zaman.

    "Ini merupakan ikhtiar kita semua untuk melestarikan kebudayaan yang adiluhung," ungkapnya. (ndi)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top