• Berita Terkini

    Jumat, 07 Juli 2017

    Polres Cilacap Selidiki Keterkaitan Selebaran dengan Aksi Teror

    CILACAP - Hingga kemarin polisi belum memastikan keterkaitan antara selebaran yang ditemukan di sekitar KUA Sidareja dengan aksi teror. Selebaran tersebut juga ditemukan di wilayah Gandrungmangu

    Kapolres Cilacap, AKBP Yudho Hermanto belum bisa memastikan apakah ada kaitan antara ledakan dengan selebaran itu. Bisa saja keduanya tidak terkait sama sekali. "Belum bisa dipastikan. Bisa saja tidak ada kaitan sama sekali," katanya.

    Yudho menambahkan, Polres Cilacap sudah menelusuri alamat dan nama kiai yang tertulis di selebaran itu. Diperoleh kepastian kalau nama dan alamat itu tidak ada atau fiktif. "Alamat fiktif," katanya.

    Diperoleh informasi kalau selebaran serupa pernah muncul di salah satu masjid di Desa Gandrungmanis Kecamatan Gandrungmangu pada 2015 lalu. Isi tulisan di kedua selebaran itu sangat mirip. Hanya saja selebaran di Gandrungmangu menggunakan kertas. "Ini sedang kita dalami juga," tandasnya.

    Selebaran yang ditemukan petugas di komplek KUA Sidareja, diduga dibuat oleh orang yang tidak tahu agama. Hal ini disampaikan  Komandan Satkorcab Banser Kabupaten Cilacap, Jamaludin Albab, Kamis (6/7) kemarin.

    Dia mengatakan, selebaran tersebut lebih banyak berisikan umpatan dan kekecewaan seseorang. Selain itu juga diselipi sejumlah kata-kata berbau agama tertentu yang terkesan menyudutkan.

    Terkait kesalahan penulisan kata dalam bahasa sunda, Jamal memperkirakan hal ini bisa saja terjadi. Jika dilihat dari kontek kalimat secara keseluruhan yang berbahasa jawa, kesalahan itu sangat mungkin dialami oleh pelaku. "Ada kesalahan penulisan sesuai dengan bunyi kata," katanya.

    Ledakan di kantor KUA Sidareja ini ditanggapi beragam oleh masyarakat Cilacap. Priyo Anggoro, dosen Universitas Imam Ghazali, Cilacap mengecam aksi teror dalam bentuk apapun. "Tujuannya jelas membuat instabilitas dan rasa takut pada masyarakat," katanya, Kamis (6/7).

    Dia berharap masyarakat tidak terpancing dengan isu dan teror dalam bentuk apapun sehingga dapat menimbulkan konflik horizontal. "Itulah yang diinginkan oleh para penebar teror guna memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia," imbuhnya.

    Sementara itu, Ketua Umum LSM Forum Masyarakat Bersatu (FBR) Cilacap, Mustangin Mulyana berkomentar, masyarakat pada umumnya taat hukum dan aturan.

    Dalam segala situasi mereka cenderung kondusif dan persuasif. Maka, apapun peristiwanya jangan langsung disimpulkan sebelum semua jelas dan pasti. (har/rud)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top