• Berita Terkini

    Selasa, 13 Juni 2017

    Dinilai Tak Layak, 696 Armada Lebaran Wonogiri Dikandangkan

    ILUSTRASI
    WONOGIRI – Kenyamanan pengguna angkutan umum Kabupaten Gaplek dipertaruhkan. Sebab, dari 1.206 armada yang tercatat dinas perhubungan Wonogiri, lebih dari separonya, yakni 696 unit tidak memenuhi syarat batas maksimal usia angkutan umum alias uzur.

    Kepala Dishub Wonogiri Ismiyanto menjelaskan, usia maksimal angkutan umum diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 98/2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek.

    Disebutkan bahwa usia angkutan umum antarkota antarprovinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP) maksimal 25 tahun. Sedangkan usia pakai angkutan pedesaan (angkudes) maksimal 20 tahun dan angkutan kota maksimal 15 tahun.

    “Menjelang musim mudik Lebaran, kami selektif dalam mengupayakan angkutan Lebaran. Kendaraan yang layak menjadi angkutan Lebaran akan ditempeli stiker," jelas Ismiyanto usai memberikan paparan persiapan Mudik 2017 di Ruang Girimanik Kompleks Sekda Kabupaten Wonogiri kemarin (22/6).

    "Bagi yang tidak memenuhi syarat batas usia kendaraan, masih ditoleransi sampai empat kali uji KIR. Kalau sudah tidak lolos, diminta memperbarui moda transportasinya," imbuhnya.

    Ketua Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Wonogiri Edi Purwanto menjelaskan, batas usia maksimal angkutan umum cukup merepotkan pengusaha. Sebab, untuk melakukan peremajaan armada bukan perkara mudah.

    "Bisa dilihat sendiri kalau bus di daerah masih begitu bagus dan layak. Penumpangnya juga hanya itu-itu saja. Kalau semua diminta baru, ya pengusaha yang kesulitan. Apalagi mencari pinjaman sudah sulit," ungkapnya.

    Ditambahkan Edi, untuk melayani arus mudik dan balik Lebaran, akan dioperasikan 289 bus. Sedangkan armada mudik gratis sekitar 400 bus. “Armada dari daerah tidak bisa mengangkut penumpang dari Jakarta,” terang Edi.

    Sekadar informasi, di Wonogiri, dari 32 perusahaan otobus (PO), menyusut menjadi 18 PO, kemudian sekarang tersisa 12 PO yang aktif meskipun sebagian besar kondisi armada sudah uzur.

    Sementara itu, selama arus mudik, Jalan A Yani dan Jalan Adi Soemarmo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo mendapat perhatian khusus karena merupakan jalur bertemunya kendaraan dari Solo, Semarang, dan Jogjakarta. Termasuk menjadi akses menuju pintu masuk tol Solo–Kertosono dan Solo–Semarang.
    Kepala Dishub Sukoharjo Djoko Indrianto mengungkapkan, petugas gabungan akan disiagakan guna mengantisipasi kemacetan di Kartasura. ”Seperti di perempatan dan bundaran Kartasura menjadi titik paling rawan kepadatan kendaraan,” katanya.

    Selain itu, penambahan rambu petunjuk lalu lintas diharapkan semakin memudahkan pengendara. ”Misal jalur masuk tol di Desa Klodran, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, pemudik bisa saja tersesat maka perlu pengaturan bersama dan rambu tambahan,” jelas Djoko.

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sukoharjo Suraji menambahkan, jalan di wilayah Kartasura siap digunakan mudik Lebaran. DPUPR telah selesai melakukan perbaikan jalan yang rusak.

    Kewaspadaan lainnya yakni 24 titik rawan kecelakaan di tol Solo-Sragen berupa persimpangan jalan yang biasa digunakan menyeberang oleh warga setempat, begitu pula hewan ternak.

    Kasubdit Lantas Polda Jateng AKBP Leganek Mawardi  menyampaikan, pada titik rawan tersebut akan dipasang rambu dan penjaga lintasan dari anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas).

    “Dibuat barikade lintasan atau juga water barrier serta pemasangan rambu. Kecepatan kendaraan tidak boleh lebih dari 40 kilometer per jam. Pemanfaatan tol sebagai jalur alternatif mulai 19 Juni-2 Juli. Kita berharap tidak ada kendala,” bebernya.

    Sedangkan di Kota Solo, munculnya fenomena pasar tumpah hingga ke bahu jalan menjadi perhatian anggota Satlantas Polresta Surakarta. Di antaranya di sekitar Pasar Klewer, Pasar Singosaren, Pasar Kadipolo, Pasar Jongke, Pasar Nusukan, Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Joglo, Pasar Kleco atau Sidodadi.
     “Kita akan berkoordinasi dan meminta kepada lurah-lurah pasar membuat aturan tegas jumlah pedagang sehingga tidak ada pedagang yang membeludak,” tandas Kasatlantas Polresta Surakarta Kompol Imam Safi’i.

    Upaya tersebut dapat didukung dengan pemasangan pembatas dan pengawasan ketat. “Sudah saya perintahkan anggota tiba sebelum pedagang berdatangan untuk mengawasi dan menjadi pagar hidup,” jelasnya.

    Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Surakarta Subagyo menegaskan sudah menyiapkan antisipasi guna meminimalkan pasar tumpah. Langkah pertama, memasukkan pedagang dadakan ke dalam pasar terdekat. Jika lahan yang tersisa tidak memungkinkan, pihaknya akan menempatkan pedagang di trotoar.

    Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, imbuh Subagyo, pasar tumpah muncul pada H-7 hingga H+3 Lebaran dan muulai beroperasi pukul 05.00 – 10.00.

    Selain pasar tumpah, parkir dadakan di badan jalan bisa menjadi masalah jika tak diantisipasi sejak dini. “Yang memadati itu pengendara roda empat, dan (parkir,Red) bisa lebih satu jam. Saya berharap dishub mengawasi ketat,” pinta Subagyo.

    Terpisah, akses menuju objek wisata Tawangmangu yang dipastikan menjadi jujukan wisatawan menghabiskan libur Lebaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menambah rambu peringatan rawan bencana longsor. Diantaranya di jalur tembus Tawangmangu – Cemoro Sewu.

    “Sering terjadi longsor dan membahayakan pengendara, karena (tebing,Red) tepat di pinggir jalan,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Karanganyar Bambang Djtamiko. Rambu serupa dipasang pada jalur Matesih –Tawangmangu, serta Ngargoyoso – Jenawi.

    Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Karanganyar Hartoko menerangkan,  pihaknya bakal intens memantau ruas jalan rawan longsor. (kwl/aw/yan/din/atn/rud/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top