• Berita Terkini

    Rabu, 29 Maret 2017

    Trauma, Siswa SD di Blora Korban Kekerasan Seksual Jalani Rehabilitasi Mental

    ilustrasi
    BLORA – Korban pelecehan seksual berinisial EV, siswi kelas VI SD di Desa Purwosari, Kota, kini menjalani rehabilitasi mental di Semarang. Pascakejadian itu, EV trauma dan kejiwaannya terganggu. Dia juga sempat pindah sekolah di Cepu.

    Kejadian yang dialaminya itu, terjadi pada Kamis (8/9/2016) sekitar pukul 13.30. Korban digagahi empat pemuda di dalam hutan jati Desa Sendangharjo, Kota, yang jaraknya sekitar 500 meter dari jalan jurusan Plantungan. Empat pelakunya berinisial Kc, YT, BJ, dan GB.

    Kemudian, esok harinya korban bercerita kepada neneknya, Watini atas peristiwa yang dialami itu. Mendengar cerita itu, sang nenek kemudian mengadu ke ibu korban, KP yang baru pulang kerja, sekitar pukul 18.30.

    Tanpa berpikir panjang, ibu korban langsung lapor kepada kepala desa setempat. Lalu, Sabtu (10/9/2016) sekitar pukul 09.00 dia melapor ke Polsek Kota. Satu dari empat pelaku kemudian berhasil diamankan.

    Ketua Sahabat Perempuan Merah Intan (SPMI) Blora Harliza Diah mengungkapkan, saat ini pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap korban. Sebab, kejiwaan EV masih terganggu. Apalagi dalam waktu dekat akan mengikuti ujian nasional (unas).

    Upaya ini merupakan salah satu cara agar korban tak sampai larut memikirkan apa yang pernah dialami. ”Di panti rehabilitasi, korban mendapatkan penanganan dari pskiater, supaya trauma yang dialami hilang,” terangnya.

    Diah menjelaskan, di panti rehabilitasi, EV juga bisa sambil belajar untuk menghadapi unas. Sehingga saat unas korban bisa pulang ke Blora. ”Sekarang EV jadi pendiam. Saat di Cepu juga beberapa kali minta pulang ke rumahnya, karena tidak betah,” jelasnya.

    Terkait para pelaku yang belum tertangkap, Diah mengaku, keluarga EV sudah pasrah kepada pihak kepolisian. Sebab, pihaknya juga tak bisa memaksa kepolisian untuk segera menangkap pelaku.

    Sementara itu, KP, ibu korban mengaku, usai kejadian itu anaknya menjadi pemarah, pendiam, dan suka dengan kemauan sendiri. Padahal sebelumnya tak seperti itu. Meski anak semata wayangnya keras kepala namun terkenal cerdas. ”Sebelum kejadian (pencabulan) EV selalu peringkat II. Setelah kejadian nilainya anjlok menjadi peringkat IV dan V,” terangnya.

    Dia menuturkan, kondisi anaknya sempat membaik setelah pindah sekolah ke Cepu. Namun tak berselang lama, anaknya tidak betah dan minta pulang ke Blora.
    Sementara itu, KJ, ayah korban mengatakan, dari empat pelaku baru satu yang sudah ditangkap. Hingga saat ini belum ada kabar perkembangan penangkapan pelaku lain. ”Kabarnya tersangka melarikan diri. Saya sudah pasrah, karena untuk makan saja pas-pasan. Saya berharap pelaku tetap dikejar kemanapun berada,” pintanya.
    Dia menambahkan, kabar yang beredar pelaku pergi berlayar di Pesisir Madura. Pelaku pernah pulang, namun hanya berapa jam, kemudian pulang berlayar lagi. (sub/lin)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top