Menurut salah satu wartawan, Bambang Yoso, peristiwa ambrolnya sebagian plafon terjadi pada Senin (20/3) sekitar pukul 04.35 WIB. Lalu pada sekitar pukul 08.00 WIB hampir seluruh plafon runtuh dan air pun menggenangi ruangan.
“Beruntung saat ambrol belum ada personel wartawan yang datang. Tapi orang-orang tukang datang dan kami suruh untuk membongkar total,” katanya.
Parahnya kerusakan membuat para pekerja harus ekstra waspada melakukan pembongkaran. Bahkan, salah satu pekerja harus dilarikan ke RS Panti Waluyo akibat luka tertimpa kayu berpaku pada bagian kaki.
“Kondisinya bangunan sudah sangat memprihatinkan. Pekerja yang terluka langsung kita larikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis dan rawat jalan,” lanjutnya.
Setelah dilakukan pembongkaran, diketahui bahwa sebagian besar kayu plafon sudah lapuk dimakan rayap dan diperlukan penggantian material secara total. Menyikapi kondisi itu, sejumlah wartawan yang biasa mangkal di Balai Wartawan pun langsung mengadakan rapat pembahasan perbaikan.“Teman-teman wartawan telah berembug untuk melakukan rehap. Anggaran yang diperlukan sekitar Rp 7 juta,” jelasnya.
Diungkapkan, upaya perbaikan sebetulnya sudah dilakukan sejak pertengahan Maret 2017. Namun, minimnya anggaran yang dimiliki membuat perbaikan sempat terkendala dan bangunan terlebih dahulu ambrol.“Ini butuh perhatian dan kepedulian semua pihak. Tidak hanya bagian atap, sejumlah bagian lain juga harus direhap,” ungkapnya. (ndi)
