• Berita Terkini

    Senin, 07 November 2016

    Dua Kapten Kapal Ikan WNI Disandera

    JAKARTA – Kabar buruk kembali menimpa awak kapal warga negara Indonesia (WNI). Kali ini, dua kapten kapal penangkap ikan berbendara Malaysia asal Indonesia menjadi korban konvoi kelompok bersenjata Sabtu (6/11) lalu. Kelompok penyandera tersebut lagi-lagi diduga kuat berasal dari jaringan Kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.


    Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait penculikan dua nahkoda WNI di perairan Sabah Malaysia. Dua nahkodah tersebut tampaknya sedang berada di perairan Sabah yang memang dekat dengan Filipina Selatan saat perompak sedang beraksi. Alhasil, mereka dijarah dan diambil kaptennya oleh kelompok yang sama.


    "Keduanya adalah WNI asal Buton, Sulawesi Tenggara, yang bekerja secara legal di Kapal Penangkap Ikan di Malaysia, " ujarnya dalam pernyataan resmi kemarin (11/6).


    Secara kronologis, Kapal Penangkap Ikan dengan nomor SSK 00520 F menjadi korban perompakan pertama pada pukul 11.00 waktu setempat. Setelah itu, lima orang dalam kelompok bersenjata mencari korban lain dan menemukan Kapal Penangkap Ikan dengan nomor SN 1154/ 4F.


    "KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau sudah berkoordinasi di Sandakan untuk mendapatkan informasi lebih rinci mengenai kejadian tersebut. Koordinasi akan dilakukan dengan pihak keamanan Malaysia, pemilik kapal dan ABK yang lolos dari penyanderaan, "ujarnya.


    Retno juga telah berbicara langsung dengan Menlu Malaysia Anifah Aman untuk menyampaikan keprihatinan pihak Indonesia. Pasalnya, Sabah sudah menjadi wilayah serangan perompak berkali-kali. Kasus yang akhinya membuat ABK WNI yang bekerja disana menjadi korban pun bukan pertama kali terjadi tahun ini. Misalnya, kasus kapal penangkap ikan Kapal LD/113/5/F di Lahad Datu 9 Juli lalu.


    "Kami meminta Pemerintah Malaysia untuk membantu pembebasan WNI yang saat ini diculik, "ungkapnya.


    Terkait para penyandera, dia mengaku sedang mencari identitas mereka. Indonesia pun meminta informasi dari penasehat perdamaian Presiden Filipina terkait dugaan bahwa kelompok bersenjata itu merupakan bagian dari kelompok Abu Sayyaf. Hal tersebut juga diperkuat dalam temuan sementara satgas perlindungan dari Konsulat Jenderal RI Kinabalu.


    "Kami sudah menghubungi semua pihak terkait termasuk enam WNI ABK yang selamat dari aksi pembajakan tersebut. Dan memang diduga kuat penyandera adalah kelompok dari Abu Sayyaf," ujarnya.

    Dia menceritakan, kelompok tersebut menjarah semua barang berharga dan menculik kapten dari dua kapal korban tersebut. Setelah aksi tersebut, korban selamat mengaku melihat bahwa lima orang dari kelompok bersenjata serta dua sandera lari kearah Tawi-tawi, Filipina Selatan. Karena itu, pihak majikan kapal juga menunggu adanya komunikasi dari perompak.


    Dia pun mengaku pihaknya sudah meneruskan himbauan dari pemerintah RI kepada ABK WNI di Sabah untuk tidak melaut sampai situasi kondusif. "Kami sangat khawatir dengan kondisi ABK WNI di sini yang mencapai 6 ribu jiwa. Karena wilayah yang rawan itu memang wilayah kaya ikan, " jelasnya. (bil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top