• Berita Terkini

    Sabtu, 29 Oktober 2016

    Catatan Seorang Wartawan Tentang Dahlan Iskan

    fotodokumentasipribadiHendri Utomo
    Di Balik Manufacturing Hope 44 "Problem Susu Etawa di Bukit Menoreh"


    Berikut adalah tulisan dari pengalaman wartawan Radar Jogja, Hendri Utomo yang dia tuliskan dalam akun facebook (tentu sudah seijin penulis). Berikut catatan Seorang wartawan Grup Jawa Pos tentang Dahlan Iskan yang saat itu masih menjabat Menteri BUMN.
    ------------------------------
    Hendri Utomo, Purworejo
    -----------------------------
    MALAM Itu tanggal 21 September 2012, pesan singkat itu masuk sekitar pukul  18.41 dan hanya berisi tiga kata dan dengan ejaan yang tidak lengkap "sy dahlan iskan", sms berikutnya menyusul pukul 18.42 isinya, "Anda mau gabung sy? Sy baru sampai kulonprogo" pesan singkat asli tanpa saya ubah struktur bahasanya.

    Teka teki kedatangan Dahlan Iskan pun akhirnya diperjelas dengan pesan singkat yang masuk pukul 18.50. "Mas Hendri, sy lg menuju Purworejo. Tolong tlpkan pak bupati, sy kulonuwun mlm ini mau lihat program PKBL BUMN di Purworejo secara mendadak. Ingin tahu kebenaran laporan keberhasilanprogram itu. Suwun"

    Hingga Pukul 19.11, pesan singkat itu berhenti dan berganti dengan sambungan telepon langsung memastikan yang masih saya ingat betul karena saya catat setelah telepon itu berhenti. "Mas saya tidak ke pendopo, saya cuma mau kulonuwun sama pak bupati kalau hari ini saya mau meninjau program PKBL BUMN di Desa Sumowono, Kecamatan Kaligesing. Saya tidak mau merepotkan," tutup Dahlan Iskan.

    Menyimak telepon dan SMS terakhir itu, saya sudah membayangkan akan menempuh medan jalan ke Desa Sumowono yang berada di pucuk gunung itu seorang diri. Tanpa berpikir panjang, saya langsung menghidupkan motor, tanki bahan bakar sepeda motor saya isi penuh di SPBU Cangkrep, Purworejo.

    Sebelum sampai SPBU itu, saya sempat bertemu pertugas kepolisan yang tengah patroli di seberang tugu Adipura sisi timur Alun-alun Purworejo."Maaf apakah bapak melihat ada iring-iringan mobil pejabat, atau ada informasi Mentri BUMN berkunjung ke Purworejo," Salah satu Polisi itu menjawab, "Tidak ada kami juga tidak ada perintah atau laporan kunjungan menteri," ucapnya.

    Terlintas dalam prediksi saya, rombongan Dahlan Iskan mungkin naik melalui jalur alternatif Jogjakarta-Purworejo via Nanggulan, Kulonprogo dan langsung menuju

    Sumowono. Sontak saya putar gas dan memacu motor saya sekencang-kencangnya. Dan ternyata tanpa diduga saya berhasil bertemu Dahlan Iskan di jalan sebelum Kantor Kecamatan Kaligesing. Mobil yang ditumpangi Dahlan Iskan berhenti tepat di depan Kantor Polisi Sektor (Polsek) Kaligesing.

    Pak Dahlan dan tiga stafnya saat itu masih bertanya arah Desa Sumowono ke salah satu anggota polisi yang nampak masih bingung tengah berhadapan dengan siapa, tidak sadar kalau didepannya adalah Menteri BUMN. Saya langsung menghampiri Pak Dahlan. Dahlan Iskan: "Oh anda, Hendri ya?, "Ya pak betul, saya diminta menemani bapak."

    Dahlan Iskan: "Cepat sekali anda menyusul sampai sini. Sudah sepeda motornya titipkan di sini saja, anda ikut saya."Dahlan Iskan kemudian berpamitan, "Ya sudah Pak Polisi, kami mau menersukan perjalanan," ucap Dahlan Iskan disambut raut muka bingung petugas yang belum sadar betul siapa yang telah menemuinya.

    Saat didalam mobil, Dahlan Iskan mulai melontarkan pertanyaan. Sementara selama memacu sepeda motor, saya sempat berpikir apakah nanti saya akan ditanya seputar profesi dan kinerja saya selama bekerja di Radar Jogja Jawa Pos Group.

    Dan semua pikiran yang terlintas itu dihempaskan seketika. Dahlan Iskan justru bertanya jauh dari bayangan saya, Dahlan Iskan "Tinggal dimana?," Kebetulan saya tinggal di Purworejo pak, Dahlan Iskan: "Aslinya?" Saya lahir di Jogjakarta, tapi saya besar di Purworejo. Dahlan Iskan: "Di Purworejo tinggal dimana?" Saya tinggal dikontrakan pak."

    Pertanyaan terus mengalir, Dahlan Iskan: "Sudah berkeluarga, sudah punya anak berapa?" Sudah, kebetulan anak saya satu baru umur dua tahun?, Dahlan Iskan: "Istri bekerja?", Dulu sebelum menikah istri saya sempat menjadi guru honorer, tapi setelah menikah saya ajak ke Purworejo dan sekarang menganggur mengurus anak di rumah."

    Pertanyaan seputar kehidupan rumah tangga itu akhirnya diakhiri dengan petuah yang sampai saat ini terus saya ingat, Dahlan Iskan: "Istri saya dulu juga bekerja, lalu justru saya yang menyuruh dia berhenti untuk fokus mengurus anak saya! Minimal anak sampai usia 7 tahun harus mendapat perhatian penuh. Dijaga baik-baik anaknya ya?" Iya pak terimakasih nasihatnya.

    Jalan pun mulai menanjak. Beberapa tikungan sudah dilalui dan jalan di belakang seperti hilang tidak terlihat. Dan, selepas Kantor Kecamatan Kaligesing, mobil kami sempat melambat saat naik sebuah tanjakan tajam sebelum sampai jembatan di Desa Kaligono.

    Dahlan Iskan: "Tinggi juga tanjakannya, masih jauh Desa Sumowono, kira-kira berapa kilometer lagi kita sampai? Saya tidak menyangka kalau lokasinya di pegunungan seperti ini."

    Ya Pak, lokasinya memang di pegunungan. Dari sini kira-kira masih ada sekitar 20 kilometer lagi. Jalan ini merupakan jalan alternatif menuju Jogjakarta. Selisihnya lumayan banyak dibanding lewat jalur selatan. Namun medannya cukup sulit, gelap dan sepi kalau malam hari.

    Dahlan Iskan: "Oh jadi lewat sini bisa ke Jogjakarta. Kalau begitu besok kamu ikut saya ke Jogja. Kebetulan saya besok ada acara di UGM pagi. Motornya biar disana, hilang tidak apa-apa," selorohnya kemudian tertawa.

    Saya pun hanya bisa tersenyum, dan sedikit cemas karena tentu saya harus memikirkan bagaimana pulang, jika benar harus menjadi penunjuk jalan ke Jogjakarta lewat Nanggulan, Demak Ijo sampai UGM. "Ya Pak siap. Nanti saya antar sampai Jogjakarta lewat jalur ini,"

    Latar belakang Dahlan Iskan sebagai mantan Jurnalis begitu jelas terlihat saat mengorek informasi, cecaran pertanyaan menerjang seolah tak ada jeda. Dan tidak terasa, kami sampai di Desa Panderejo. Sembari terus menjawab pertanyaan pak Dahlan, saya mencoba konsentrasi mengingat dimana arah ke desa Sumowono.

    Seingat saya Desa Sumowono itu masih melintasi dua desa lagi, yakni Desa Tawangsari dan Desa Tlogobulu. Jarak yang masih cukup jauh dengan medan jalan yang cukup sulit. Kendati begitu saya memberikan usulan kepada pak Dahlan untuk memastikan jangan sampai salah arah.

    "Pak bagaimana kalau lebih pastinya kita tanya dengan tukang ojek itu, saya kebetulan kok sedikit lupa jalannya karena malam hari? Dahlan Iskan: OK! Kita berhenti dulu disini, kita tanya!"

    Dahlan Iskan turun dari mobil dan saya mengikutinya di belakang. Warga di dekat pasar Donorejo itu ternyata banyak yang sudah familier dengan beliau. Dahlan Iskan turun dan langsung menghampiri penjual gorengan di tepi jalan dan kios pulsa didekatnya.

    Ana dan Kris, warga Donorejo itu pun terkejut dan langsung menyapa, "Pak Dahlan ya, wah ada Pak Mentri. Boleh saya minta foto bareng?". Pasangan suami istri itupun kemudian terlihat sibuk, sebentar pamit masuk ke dalam rumah mengambil foto.

    Dan ternyat tidak hanya foto yang diambil, tetapi juga anak balitanya yang masih redup mata seolah dipaksa untuk bangun dari tidur menemui pak Dahlan. Dahlan Iskan pun langsung menyambut ajakan berfoto bersama, balita itu kemudian digendongnya.

    "Terimasih sekali Pak Mentri, mimpi apa saya bisa bertemu bapak disini. Ini Pak Mentri nak, jangan menangis," ucap Ana seranya menggendong anak balitanya yang muai sedikit heran atas suasana yang tidak biasa namun sumblim itu.

    Sekitar lima menit bercakap, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Desa Sumowono. Dipandu oleh seorang tukang ojek kami ambil pertigaan lepas pasar Pandanrejo ke kiri. Tepat Pukul 20.30 sampailah di Desa Sumowono.

    Dahlan Iskan sudah mulai terlihat lelah malam itu, namun kaki masih telihat kuat menyusuri batu menuju rumah Kades Sumowono, Maryono, 45. Namun sesampai disana, pak Kades ternyata tidak ada di rumah, tengah pergi ke kota dan rumah pak Kades gelap sepi tanpa penghuni.

    Dahlan Iskan kemudian bertanya pada salah satu warga yang mengikutinya, Dahlan Iskan: "Rumah bapak dimana, boleh saya numpang menginap di rumah jenengan?", Jangan pak, ini pak lurah sudah saya telepon masih dalam perjalanan pulang.

    Pak Dahlan kemudian mengajak saya ke sebuah kandang kambing yang ada di dekat rumah pak Kades Sumowono. Dahlan: "Ini yang namanya kambing Peranakan Etawa itu, besar sekali. Besok pagi kita lihat lagi dengan lebih jelas." Ya pak, kita istirahat dulu disini.

    Tak berselang lama, petugas kepolisan yang sempat ditemui di Kantor Polsek Kaligesing itu datang tegopoh-gopoh dan menghampiri Dahlan Iskan. "Maaf pak saya tadi kaget dan belum paham betul kalau bapak menteri yang datang. Saya diperintahkan pak Kapolres untuk mengawal bapak,"

    Dahlan Iskan: "Oh ya, tidak apa-apa. Maaf malah jadi merepotkan." Pak Kades Sumowono pun akhirnya datang, kami dipersilahkan masuk kerumahnya. Dahlan Iskan: "Asallamualaikum,,, kulonuwun pak. Maaf malam ini kalau diperbolehkan saya mau numpang istirahat disini, apa boleh?" Pak Kades: Oh ya pak, boleh sekali.

    Tidak berselang lama, Kapolres dan Bupati Purworejo Mahsun Zain (Bupati sebelum Agus Bastian) tiba. Saat itu Dahlan Iskan masih asik berdialog dengan warga yang umumnya memelihara Kambing Peranakan Etawa. Dahlan Iskan: "Waduh jadi merepotkan, terimakasih sudah susah-payah menusul kami disini," sambut Dahlan Iskan ketika Bupati Purworejo masuk ke rumah pak Kades Sumowono.

    Setelah bercakap beberapa lama, Dahlan Iskan meminta diri untuk istirahat, Dahlan Iskan: "Maaf pak Bupati, karena hati saya ini sudah diganti, maka saya harus minum obat dan istirahat tepat waktu," Bupai Mahsun; Oh ya pak, besok pagi saya kesini lagi, sebetulnya sudah saya siapkan tempat di Pendopo Rumah Dinas, tapi ya sudah pak, silahkan berisitirahat," ucap Bupati Mahsun Zain berpamitan.

    Namun apa yang terjadi. Dahlan Iskan kembali meneruskan dialog dan mencatat apa keluhan dan masukan dari warga kelompok pertenak Kambing Etawa di Desa Sumowono. Teknik dan strategi wawancara selama beliau menjadi jurnalis nampaknya masih melekat erat dalam jiwanya.

    Ia sadar betul, warga tidak akan berani menyampaikan semua hal tanpa terkecuali jika masih ada Bupati Purworejo. Dahlan Iskan tentu butuh mengorek informasi seobjektif mungkin. Belaiu ingin mendengar secara langsung apa yang terjadi di kampung Etawa itu. Tentunya juga ingin memastikan laporan yang masuk apakan sama atau tidak seperti kondisi di lapangan.

    Lalu dedikasi seorang Dahlan Iskan yang mana yang perlu dipertanyakan. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan atau terlebih mengkultuskan beliau karena sudah banyak yang tahu kalai Dahlan Iskan adalah mantan CEO Jawa Pos (Jawa Pos Group). Yang tidak lain ladang bagi saya menghidupi anak istri. Dari sudut pandang saya, apa yang dilakukan Dahlan Iskan tidak lebih dari rasa tanggungjawabnya memangku sebuah jabatan secara profesional.

    Banyak anggapan menjurus tuduhan bahwa apa yang dilakukan Dahlan Iskan saat itu penuh pencitraan, berkelindan (terpilin dengan banyak kepentingan). Namun saya pribadi meyakini, beliau pantas ditauladani, tidak lebih sebagai sesosak manusia, seorang anak bangsa yang ingin berbakti pada Ibu Pertiwi(#SaveDahlan Iskan)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top