• Berita Terkini

    Selasa, 14 Juni 2016

    Kasus Bunuh Diri di Kebumen sudah Menyerupai Kota Besar

    Teguh Hindarto/dokekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Dalam kurun waktu enam bulan pertama di tahun 2016, sebanyak 9 kasus bunuh diri sudah terjadi di Kebumen. Peminat Kajian sosial Teguh Hindarto MTh menyebut, fenomena bunuh diri di Kebumen sudah menyerupai kasus serupa di kota-kota besar.


    Fenomena bunuh diri di Kota Beriman, kata Teguh sudah bisa disebut  egoistik dan anomik. Yakni jenis kasus bunuh diri sebelumnya hanya terjadi di kota besar yang sudah bersifat individualis. "Bunuh diri jenis ini disebabkan kohesi sosial atau kerapatan hubungan renggang akibat sikap hidup yang individualisme," katanya, kemarin (13/6/2016).

    Sikap individualisme yang tinggi, cenderung membuat manusia mudah frustasi terhadap sejumlah kegagalan yang mereka alami. Rasa frustasi itu kemudian bisa mendorong mereka melakukan tindakan berdasarkan dorongan egonya. Salah satunya, keputusan mengakhiri kehidupannya sendiri (bunuh diri).

    Nah, tampaknya fenomena itu sudah merasuki warga masyarakat Kebumen. Itu tak lepas dari pergeseran sosial ekonomi masyarakat Kebumen dari pertanian menuju semi industri.

    Di masa transisi ini, perubahan-perubahan sosial berlangsung cepat. Celakanya, itu seringkali tak diikuti kesiapan warga masyarakat. "Perubahan sosial yang cepat dan tidak diantisipasi dengan kesiapan mental dapat menimbulkan guncangan psikologis. Bagi mereka yang integrasi sosialnya lemah dengan keluarga, kelompok sosial dan keagamaan menjadi kelompok yang rawan melakukan bunuh diri," ujarnya.

    Untuk mencegah agar hal itu tak berulang, Teguh menyarankan agar setiap warga masyarakat melakukan antisipasi dini. Dan, harus dimulai dari kelompok sosial terkecil yakni keluarga. Salah satunya membuat suasana rumah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga, dimana mereka saling berinteraksi dan membangun integrasi psikologis.

    Ini dilaksanakan melalui  keterbukaan dan komunikasi yang dibangun. “Integrasi yang sehat dengan orang-orang terdekat akan menghindarkan invidividu untuk mengambil keputusan nekad disaat kalut oleh tekanan,” paparnya.

    Tak hanya keluarga, institusi pendidikan seperti sekolah pun harus menciptakan suasana serupa. Sekolah harus dapat menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi peserta didik. Ini untuk membangun interaksi dan integrasi sosial dengan guru dan teman sesamanya. Dengan demikian maka mereka akan memiliki orang-orang yang dapat dipercaya. “Manakala mereka mengalami persoalan yang berat, tidak akan lagi tergoda untuk mengambil keputusan jalan pintas yaitu bunuh diri,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top