• Berita Terkini

    Kamis, 28 Januari 2016

    Sumbangkan Keuntungan Film untuk Palestina dan Ternate

    DWI AGUS/RADAR JOGJA
    Berikan Rp 1 Miliar, Fokus Bantu Pendidikan

    Misi mulia diemban oleh film Ketika Mas Gagah Pergi. Film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Helvy Tiana Rosa ini menyisihkan pendapatan filmnya untuk kegiatan sosial. Rencananya, keuntungan film disumbangkan ke Palestina dan Ternate, Maluku Utara.

    ------------------------
    DWI AGUS, Jogja
    ------------------------

    TAK banyak film yang menyisihkan keuntungannya untuk disumbangkan. Film yang disutradarai Firmansyah ini salah satunya. Film Ketika Mas Gagah Pergi yang bergenre drama Islami ini menceritakan sosok mas Gagah yang diperankan Hamas Syahid yang menemukan hidayah.

    Film ini dibuat dari dana patungan para pembaca novel di seluruh Indonesia. Terdapat empat pemeran utama pendatang baru yang didukung oleh para aktor dan aktris papan atas. Salah satu pemerannya Aquino Umar menuturkan, awal mula sebelum bergabung dalam film ini dia memiliki rasa antipati, terutama sumbangan yang ditujukan kepada Palestina.

    Alasannya, menurut pemeran Gita ini, di Indonesia juga masih banyak yang butuh bantuan. Namun, pandangan ini berubah ketika perempuan yang akrab disapa Noy ini membaca naskah film. Dari situ, justru terpanggil untuk mewujudkan bantuan ini.

    ”Kenapa membantu Palestina, sedangkan negara kita butuh lebih? Tapi setelah baca naskahnya baru sadar, ternyata pada 1944 masyarakat Palestina mengumpulkan uang untuk bantu kemerdekaan Indonesia. Ini saatnya kita membalas budi tindakan itu,” kata Noy di SeRae Coffee and Kitchen, Gondomanan, Jogja, Rabu (27/1).
    Noy menjelaskan, sumbangan ini sebagai wujud kepedulian. Terutama untuk membantu pendidikan di kedua daerah. Bahkan sebelumnya, bantuan juga sudah diberikan dalam wujud fasilitas penunjang.

    Bantuan yang akan diberikan sekitar Rp 1 miliar, masing-masing untuk Palestina dan Ternate. ”Sebelumnya juga sudah diberikan donasi tapi dalam wujud fasilitas. Seperti alat penunjang sekolah di Ternate dan laboratorium bahasa di Palestina,” tandasnya.

    Noy mengungkapkan, berperan sebagai Gita juga menjadi tantangan tersendiri. Sebab, dalam film ini, Gita digambarkan sebagai sosok yang tomboi. Selain itu dalam pergaulan cenderung urakan dan labil. Berbanding terbalik dengan kesehariannya yang cenderung feminin.
    ”Tantangannya itu jadi orang lain yang bukan diri sendiri. Bahkan harus potong pendek padahal awalnya punya rambut panjang. Senangnya bisa bertemu pengalaman baru dengan lawan main,” jelasnya.

    Dalam kesempatan ini, tim produksi melakukan promo tur. Kegiatan nonton bareng pun digelar Rabu (27/1) di Empire XXI bersama beberapa penggawa film. Noy tidak sendirian saat promo di Jogja. Dia datang bersama Ali Syakieb. Adik dari Nabila Syakieb ini berperan sebagai sosok copet. Bagi Ali peran ini juga tantangan bagi dirinya.

    ”Biasanya mendapatkan peran protagonist, baru kali ini mendapat peran jahat. Tantangan yang menarik dalam segi peran. Di sisi lain juga tertarik karena membantu Palestina dan Ternate,” ungkapnya. (ila)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top