• Berita Terkini

    Rabu, 30 Desember 2015

    Eceng Gondok Sungai Rowo Dibersihkan

    IMAM/ESKPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) – Tanaman Eceng gondok yang menutup pintu saluran air sungai Rowo Kecamatan Bonorowo, kini telah bersih. Sungai sepanjang 5 kilometer dari Desa Mrentul hingga Desa Rowosari dengan lebar 18 meter itu pun terlihat indah. Sungai rowo kini telah bersih dari tanaman yang mempunyai nama latin Eichhornia crassipes itu.

    Dandim 0709 Kebumen Letkol Inf Putra Widyawinaya mengatakan, pembersihan eceng gondok itu untuk menghindari banjir di Bonorowo seperti 2013, di mana Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berkunjung ke sana. "Kegiatan tersebut merupakan saran dari gubernur yang ditindaklanjuti oleh Muspika dan Kodim," kata di sela-sela pembersihan eceng gondok didampingi Camat Bonorowo Gigih Basoka Jadi dan Pasi Intel Kodim 0709 Kebumen Kapten Inf M Kholiludin, Senin (28/12/2015).

    Pembersihan eceng gondok itu melibatkan Muspika dan Babinsa Koramil Bonorowo dan Dinas SDA Provinsi Jawa Tengah di Kotoarjo. Personel yang dilibatkan mencapai 57 orang yang tersebar di sejumlah titik. Pembersihan eceng gondok itu menggunakan cara tradisional yakni dengan dicacah.

    Dikatakan Gigih, jika eceng gondok itu tidak dibersihkan, maka tumbuhan tersebut akan menyumbat pintu air dan mudah meluap ke sawah. Akibatnya terjadi banjir. Padahal, sawah di Bonorowo berbentuk cekungan, sehingga air yang sudah tergenang sulit dibuang. "Eceng gondok di Sungai Rowo ini memang menjadi penyebab banjir di Bonorowo," terang Gigih.

    Lebih lanjut Gigih mengatakan, saking banyaknya eceng gondok di Sungai Rowo itu menjadikan penanganannya cukup lama. Hingga kemarin sudah berjalan 22 hari. Selain mencebur langsung ke sungai, pembersihan eceng gondok itu juga dilakukan dari atas jembatan dan tanggul sungai Rowo. Dengan adanya pembersihan eceng gondok tersebut, aliran di sungai itu sudah bisa melewati pintu air pembuangan Desa Rowosari ke Sungai Gentan.

    Disinggung mengenai sawah cekungan di Bonorowo yang mencapai 150 hektare, Gigih mengaku telah berkali-kali mengusulkan kepada pihak terkait untuk melakukan pengurukan. Antara lain di Desa Balurejo, Tlogorejo dan Desa Pujodadi. Penanganan sawah cekungan itu agar air bisa naik ke permukaan sehingga  mudah diarahkan menuju pembuangan.  "Dengan demikian bisa  dilakukan tanam serentak dan panen serentak, khususnya padi. Karena selama ini tanamnya tidak bisa serentak apalagi panennya. Bahkan kerap tidak panen karena air di sawah sulit dibuang," ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top