• Berita Terkini

    Senin, 04 Desember 2017

    Pilar Jembatan Ngandong Klaten Ambrol

    ILUSTRASIJEMBATANRUSAK
    KLATEN – Dampak siklon tropis cempaka tak hanya banjir di sejumlah wilayah di Klaten. Sebuah pilar jembatan yang melintasi Sungai Dengkeng, tepatnya di Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno ambrol. Tak kuat menahan derasnya arus sungai yang.

    Jembatan Ngandong dibangun sejak zaman penjajahan Jepang. Memiliki lima pilar. Nah, ambrolnya salah satu pilar di bagian tengah membuat jembatan itu kini hanya ditopang empat pilar saja.

    Ambrolnya pilar baru diketahui Selasa (28/11) malam sekitar pukul 22.00 WIB. Saat itu debit air sungai memang cukup tinggi. Sekitar lima meter sehingga menghantam penyangga cukup kuat.

    ”Kemungkinan diterjang tumpukan pohon yang terbawa arus Sungai Dengkeng,” jelas Usman Tugimin, 52, warga Desa Ngandong kepada Jawa Pos Radar Klaten, kemarin (3/12).
    Mengetahui ambrolnya salah satu pilar, pemerintah desa setempat segera menutup seluruh akses yang melintasi jembatan, Rabu (29/11). Dikhawatirkan jembatan ambrol sewaktu-waktu. Serta membahayakan pengendara yang melintas.

    Namun, setelah diteliti Dinas Pekerjaan Umum-Penataan Ruang (DPU-PR) Klaten, akhirnya akses ke jembatan kembali dibuka. Hanya khusus kendaraan roda dua dan mobil pribadi. Sementara truk dan kendaraan berat lainnya dilarang melintas.

    ”Berbahaya dilewati truk. Padahal itu satu-satunya jalan yang menghubungkan antara Klaten dan Gunungkidul. Biasanya jembatan ini sering dilintasi kendaraan besar. Saya kurang paham, jalur alternatifnya lewat mana?” jelas Kepala Desa Ngandong, Surat.

    Ambrolnya pilar jembatan sudah dilaporkan ke DPU-PR Klaten untuk ditindaklanjuti. Sebagai catatan, sudah lama sekali jembatan tersebut direnovasi. Tepatnya pada era 1980-an.

    Sementara upaya dari warga, yakni membersihkan tumpukan sampah, bambu, dan batang pohon yang tersangkut di pilar dan sisi bawah jembatan. Dilakukan selama dua hari, Sabtu-Minggu  (2-3/12) siang. Sejumlah warga nampak berusaha menyingkirkan batang pohon yang melintang di antara pilar jembatan. Jika tidak segera dipindahkan, dikhawatirkan semakin memperparah kerusakan jembatan.

    ”Di wilayah kami yang terkena dampak, selain penyangga jembatan yang ambrol, sejumlah titik tanggul juga jebol. Tetapi tidak ada permukiman warga yang terendam banjir. Hanya saja lahan pertanian kami terendam air sekitar 40 hektare. Kami khawatir hasil padinya puso,” keluh Surat. (ren/fer)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top