• Berita Terkini

    Rabu, 10 Juni 2015

    Persak, PSSI dan Harapan Masyarakat

    FEBRUARI 2015 menjadi bulan penuh harapan bagi masyarakat sepak bola di Kebumen. Itu setelah Pengkab PSSI Kebumen dan manajemen Persatuan Sepak Bola Kebumen (Persak) mendatangkan Sartono Anwar sebagai pelatih kesebelasan kebanggaan Kebumen itu.

    Harapan akan bangkitnya prestasi sepak bola di Kebumen pun membuncah. Siapa tidak kenal Sartono Anwar, pelatih kawakan yang sudah banyak makan asam garam persepakbolaan Indonesia. Target meloloslan Persak ke Divisi Utama pun dicanangkan. Persak yang saat ini berkompetisi di Liga Nusantara regional Jawa Tengah bahkan diharapkan bisa berbicara di kancah sepak bola nasional.

    Apalagi, manajemen Persak tak hanya mendatangkan seorang Sartono Anwar. Sederet pemain berkelas divisi utama bahkan mantan pemain nasional pun berbondong-bondong ke Kebumen. Wajar bila kemudian optimisme (baca:tuntutan) terhadap Persak di bawah ke kepelatihan Sartono begitu tinggi. Sartono yang menyadari betapa tingginya ekspetasi masyarakat Kebumen jauh-jauh hari sudah mengatakan," Nama besar bukan jaminan. Hasil ditentukan 11 pemain di lapangan. Siapa pun yang bergelut dengan sepak bola dari suporter, manajer sepak bola pengurus termasuk pemain dan pelatih harus siap kecewa," katanya kepada wartawan koran ini saat itu.

    Benar saja ucapan Sartono. April 2015 atau baru dua bulan menangani Persak, Manajemen mencopotnya dari kursi pelatih. Alasan pemecatan Sartono pun masih diperdebatkan. Mengingat saat itu Persak berada di posisi kedua klasemen sementara dari tiga kali pertandingan resmi di Liga Nusantara. Manajer Persak Kebumen, HM Tursino SE ST mengatakan, pemecatan Sartono lantaran performa timnya tak juga meyakinkan ditambah hasil kurang memuaskan di Liga Nusantara. Faktanya, Persak hanya satu kali menang dan dua kali seri (1-1 lawan Persekap Pekalongan (tandang), menang 2-1 atas Persikas Semarang (kandang) dan 0-0 melawan Persikaba Blora/kandang).

    Dengan para pemain bintang, menurut Seno sapaan akrab Tursino, Persak seharusnya bisa lebih dari itu. Meski belakangan ia akui, kebengalan Sartono Anwar turut menjadi pertimbangan alasan pemecatan yang bersangkutan. "Dengan pemain-pemain bintang seharusnya pelatih (Sartono) bisa mendapatkan hasil yang bagus ," begitu kata Seno, sapaan akrab Tursino.

    Terlepas dari pencopotan Sartono Anwar, keberanian PSSI dan manajemen melakukan gebrakan di dunia sepak bola Kebumen sebenarnya mendapat apresiasi luar biasa dari kalangan pecinta sepak bola dan masyarakat Kebumen pada umumnya. Apalagi, dampaknya, pesepak bola di Kebumen kembali bergairah. Sebab di saat bersamaan, PSSI menggelar kompetisi divisi utama dan divisi satu yang diharapkan akan melahirkan pesepak bola potensial dari Kebumen. Euforia itu tak terlihat sebelumnya.


    Namun di tengah gairah itu, konflik PSSI vs Kemenpora berujung sanksi FIFA membuat gairah itu kembali padam. Sepak bola di Kebumen kembali seperti semula, sepi dan tak jelas nasibnya.

    Warga masyarakat dan pencinta sepak bola termasuk di Kebumen harusnya tidak menjadi korban dari kisruh di tubuh Kemenpora dan PSSI, bahkan FIFA. Sepak bola menjadi salah satu hiburan sekaligus menjadi harapan bagi anak-anak muda negeri ini. Sehingga apapun itu, semestinya roda kompetisi terus bergulir tanpa harus terganggu dengan persoalan-persoalan seperti saat ini. Harapan lebih besar tentu saja, kepedulian tulus para pemangku kepentingan, tanpa embel-embel politik dan hal lain yang tidak terkait dengan sepak bola itu sendiri.

    Cahyo Kuncoro
    Asisten Redaktur Harian Pagi Kebumen Ekspres

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top