Rabu, 25 Juni 2025

"Orongan", Ciri Khas Layangan asal Kabupaten Kebumen


Awalnya Berbahan Bambu, Dapat Julukan "Terompet Malaikat"





Bermain layang-layang telah menjadi budaya bagi banyak orang di berbagai wilayah bahkan negara. Kebiasaan ini juga melahirkan bentuk, macam, bahkan kreasi yang kemudian identik dengan daerah tertentu. Demikian juga Kabupaten Kebumen. Apa ciri khas layangan asal Kebumen?

----------------------------------

CAHYO K, Kebumen

----------------------------------

HAMPIR semua warga di wilayah Kabupaten Kebumen menyukai bermain layang-layang. Dari anak kecil hingga orang dewasa. Dalam beberapa pekan terakhir, layang-layang sudah mulai banyak terlihat "mengudara". Bentuk dan coraknya pun beragam. 


Salah satu pembuat dan perajin layangan di Kabupaten Kebumen, Ovin mengatakan layangan  Jawa Timuran (gaya Jawa Timur) menjadi salah satu yang banyak disukai. "Seperti layangan pegon, ram-raman dan variasinya banyak digemari. Tentu lengkap dengan bunyi-bunyiannya berupa sendaren," katanya, Rabu (25/6)


  Pegon dan ram-raman mengacu bentuk ekor layangan. Sedangkan  sendaren merupakan bagian layangan yang fungsinya sebagai pemberat di bagian atas layang-layang agar bisa terbang stabil. Namun kemudian, bagian ini dikreasikan. 


Bagi layangan Jawa Timuran menggunakan sendaren. Biasanya terbuat dari bambu diraut dan dilengkungkan. Pada bagian atasnya diberi pita agar bisa mengeluarkan suara saat layang-layang terbang di udara


Nah, bagian pemberat layangan inilah yang menjadi unik. Para pelayang Kebumen memiliki cara lain. Mereka menggunakan "orongan". Berbeda dengan sendaren yang bentuknya bilah bambu melengkug, orongan berbentuk tabung. Bentuknya seperti peluit. Untuk tabung, bisa dibuat dari bahan-bahan limbah. Seperti bekas kaleng cat, atau tabung-tabung berbahan plastik yang cukup tebal. Agar bisa berbunyi, tabung bagian atas ditutup dengan kayu yang telah dibentuk menyesuaikan diameter tabung. Agar udara atau angin bisa masuk, kayu ini diberi lubang kecil.


Bunyi yang dihasilan sendaren dan orongan juga berbeda. Sendaren mengeluarkan bunyi keras seperti suara mirip sepeda motor, mirip air mendidih yang cenderung melengking. Sementara untuk orongan, mengeluarkan nada yang cenderung "bass" dan berdengung. Suara orongan identik sekali dengan suara terompet.


"Kalau menurut orang luar daerah orongan dijuluki terompet malaikat Izrail," kata Yoga salah satu pelayang.


Yoga selain membuat untuk sendiri, juga menerima pesanan orongan. Ya, tak semua pelayang bisa membuat orongan karena cukup rumit. Khususnya bagian tutup tabung dari kayu. "Kayunya gak boleh tebal agar bisa bunyi. Sudah begitu harus ada lubang seperti peluit. Kalau baru belajar, kayu akan pecah," kata pelayang asal Kecamatan Buluspesantren ini


Kerajinan orongan ini lumayan mendatangkan cuan. Untuk orongan dengan diameter 4-5 cm dibanderol Rp 60- 70 ribu. Sementara untuk ukuran di atasnya, minimal Rp 100 ribu. Dalam satu musim layangan, ia bisa menjual hingga 100 biji. "Makin besar ukurannya makin mahal harganya," kata pemuda yang akrab disapa Bugel tersebut.


Di Kecamatan Buluspesantren, lumayan banyak para pelayang yang punya kemampuan membuat orongan. Hasil karya mereka pun tersebar di seantero Kebumen. Tak hanya menggunakan bahan limbah, mereka juga menggunakan bahan bambu di bagian tabungnya.  Bahkan, konon, tabung bambu inilah pada awalnya orongan ini dibuat. "Kalau yang pakai bambu ini harganya lebih mahal," kata Yoga


Yoga diamini sesama pelayang Tolek, berharap budaya layang-layang termasuk orongan ini dilestarikan. "Jangan sampai anak-anak nantinya gak kenal layangan dan tidak tahu orongan asli Kebumen, karena gempuran hp," kata mereka. (*)




Berita Terbaru :