istimewa |
“Mudah-mudahan IAINU menjadi perguruan tinggi yang bermanfaat bagi masyarakat Kebumen dan menjadi tujuan masyarakat untuk memasukkan anak-anaknya ke sini,” katanya dalam pers realease yang diterima koran ini, kemarin.
Dijelaskannya, program ini kerjasama Unicef dengan LP Ma’arif mulai 2014, menginjakkan kakinya di Kebumen dengan inklusi. “Tahun 2013 sudah di sini meningkatkan mutu madrasah dengan AusAid. Menjadi sasaran karena tingkat akreditasinya rendah. Peningkatannya luar biasa, 89 % terakreditasi A, dan sisanya mendapatkan B,” katanya.
Di akhir kerjasama itu, ada suplemen program terkait program inklusi, yang sasaran madrasahnya di sini satu, MI Sidomulyo. “Setelah program inklusi selesai, dinilai sangat berhasil. Dari 11 provinsi yang ada di Indonesia dianggap paling berhasil, sehingga dilirik oleh Unicef,” lanjut dia.
Untuk tahap I adalah meningkatkan kapasitas guru dalam rangka pendidikan inklusi di madrasah. Tahap II, dilanjutkan capacity building, Unicef mengharapkan Ma’arif menginisiasi untuk masuk ke perguruan tinggi di Jawa Tengah di kabupaten sasaran inklusi. "Ini juga hasil kerja jerasnya pak rektor untuk pendekatan dengan Unicef. Yang di Unicef, Bu Anisah, berasal dari Kebumen," jelasnya.
Perguruan tinggi yang lain adalah UNU Banyumas, dan UIN Walisongo. Selama ini perguruan tinggi harus sensitif gender, bagaimana kita di waktu satu hari ini kita mempotret tentang IAINU, kita gagas untuk menjadi PT yang sensitif inklusi. “PTN saja belum memikirkan hal ini. Kami melakukan di kampus kami sendiri juga agak berat,” katanya.
Di antara penilaian akreditasi ini ada sensitif inklusi, sensitif geder, sensitif keselamatan. “Saya tidak tahu pasca akreditasi nanti akan tetap seperti itu atau bagaimana. Nanti kita coba bersama-sama kita kembangkan, karna standarnya belum ada. Yang mendorong standar inklusi itu Maarif Jawa tengah. Maarif mendorong kementerian agama untuk menjadikan madrasah inklusi, SK nya langsung dari Direktur Pendis, bukan Kanwil. Banyak sekali perlakuan khusus dari Kemenag. Kita sudah masuk ke madrasah. Yang mencetak guru adalah perguruan tinggi. Inilah kita mencoba, katanya pak rektor siap mendirikan Prodi Inklusi,” lanjut dia.
Sementara itu, Rektor IAINU Kebumen Dr. Imam Satibi, M.Pd mengatakan bahwa IAINU adalah bagian aset NU, yang tidak lepas dengan hal-hal dengan NU. “Selamat datang dan mohon bimbingan,” katanya.
Menurut dia, kebutuhan inklusi adalah panggilan agama, dan keberpihakan pada masyarakat yang terpinggirkan, dan ini adalah bagian dari SDG’s yang mendorong pendidikan inklusi. “Saya menginginkan kebumen ikut dalam program inklusi, termasuk peningkatan akreditas. Terkait inklusi, kita sudah banyak bersinergi. MI Sidomulyo adalah bagian dari IAINU Kebumen, jangan sampai putus asa dalam pengembangan inklusi. Di IAINU sudah kita workshopkan, diantaranya program inklusi, PGMI. Saya ingin Kemenag menbuka program inklusi,” harapnya.
Sedangkan Ketua LP Ma’arif PWNU Jateng, R Andi Irawan MAg yang hadir pada kesempatan itu mengatakan pendidikan inklusi berangkat dari keprihatinan, pendidikan inklusi masih banyak yang belum mengenal. Ada sebagian kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan hak-haknya terutama pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
“Unicef punya perhatian yang besar terhadap pendidikan inklusi. Kalau bicara regulasi sebenarnya sudah cukup bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang demokratis, berkeadilan dan tidak diskriminatif,” katanya.
Dijelaskan Andi, bahwa UU No 8 2016 dan permendikbud tahun 2014. Ada keterangan pendidikan inklusi di PT. “Pemerintah sebenarnya telah mendorong semua lembaga pendidikan untuk menerapkan pendidikan inklusi. LP Ma’arif yang awalnya fokus di madrasah, tahun ini didorong untuk masuk di kampus. Ke depan LP Ma’arif NU akan bekerja saama dengan LPT NU,” kata dia.
Bagaimana dengan pandangan Islam, katanya, sudah banyak ayat-ayat atau hadits yang mengarah pada pendidikan inklusi. "Surat al-Hujurat ayat 11 dan 13. Hadits riwayat Abu Hurairoh sudah tegas menjelaskan tentang pendidikan inklusi," paparnya.
“Berangkat dari ini, sebenarnya kita adalaha manusia yang sama, punya hak yang sama dalam pendidikan. Dalam perspektif agama, pendidikan inklusi sangat diperhatikan. Yang perlu kita lakukan adalah membangun paradigma inklusif. Civitas akademika memiliki paradigma inklusi, bahwa semua anak termasuk difabel adalah memiliki hak yang sama. Bagaimana mewujudkan kampus yang ramah?” katanya.
Pertama, manajemen kemahasiwaan- seleksi input mahasiswa, apakah ada mahasiswa yang disabilitas. Kedua, bekerjasa sama dengan madrasah atau sekolah yang ingin memasukkan alumninya ke PT. Ketiga manajemen kurikulum. Ini merupakan kebebasan dari kampus, baik nanti masuk kompetensi dasar atau kompetensi lainnya, keempat manajemen tendik. Mahasiswa disable butuh penamganan khusus. Kelima, manajemen sarpras, termasuk fasilitas di kelas.
“Keenam, manajemen keuangan. Kemandirian ekonomi perlu digalakkan. Dan ketujuh, pusat studi dan layanan inklusi. Dan kedelapan, perlu mengembangkan literatur tentang inklusi, sehingga mahasiswa tidak asing dengan permasalahan inklusi,” jelas Andi.
Usai dialog, kegiatan itu dilanjutkan dengan pemutaran film pendidikan inklusif yang dihadiri berbagai kalangan termasuk dari civitas akademika IAINU Kebumen dan sejumlah tamu undangan. (Huda/Ibda).