![]() |
sudarno ahmad/ekspres |
Lasimun mengaku terpaksa melakoni sebagai pengemis karena penghasilannya sebagai penjual pisang di Pasar Pagi Gombong, tak dapat menutupi kebutuhan ibunya yang sedang sakit-sakitan. Sayangnya, Lasiman tak menyebut spesifik penyakit yang diderita oleh ibunya. Dia hanya mengatakan ibunya lumpuh. "Untuk beli popoknya saja seminggu lima puluh ribu lebih," kata Lasimun, kepada Kebumen Ekspres, saat beristirahat di depan sebuah toko di Jalan Pemuda Kebumen, kemarin.
Tak hanya di Kebumen, Lasimun mengemis rutin di tempat lain. Seperti di Sumpiuh, Kabupaten Banyumas dan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Dalam sehari mengemis, Lasimun dapat mengantongi rata-rata Rp 150 ribu bahkan bisa lebih setiap kali beraksi. "Ya enggak tentu. Kalau enggak capai ya bisa lebih, tergantung kondisi badan kita saja," tuturnya.
Dia menyebut, sudah mengemis satu tahun terakhir, setelah ibunya ditolak istrinya untuk tinggal bersama istrinya di Desa Sampang, Kecamatan Sempor. "Istri saya nggak mau repot ngurus ibu saya yang sudah tua, lumpuh juga," imbuhnya.
Lasimun pun memilih menyewa kios di sekitar Terminal Gombong, yang juga dijadikan tempat tinggalnya bersama ibunya. Menurut penuturannya, meski masuk kategori miskin dia bersama ibunya sama sekali tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Bahkan dia dan ibunya belum memiliki BPJS kesehatan maupun Kartu Indonesia Sejahtera (KIS). "Pernah mengurus, tapi ditolak sama lurahnya. Ya sudah dari pada repot, yan mending kaya gini aja," ucapnya.(ori)
Tak hanya di Kebumen, Lasimun mengemis rutin di tempat lain. Seperti di Sumpiuh, Kabupaten Banyumas dan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Dalam sehari mengemis, Lasimun dapat mengantongi rata-rata Rp 150 ribu bahkan bisa lebih setiap kali beraksi. "Ya enggak tentu. Kalau enggak capai ya bisa lebih, tergantung kondisi badan kita saja," tuturnya.
Dia menyebut, sudah mengemis satu tahun terakhir, setelah ibunya ditolak istrinya untuk tinggal bersama istrinya di Desa Sampang, Kecamatan Sempor. "Istri saya nggak mau repot ngurus ibu saya yang sudah tua, lumpuh juga," imbuhnya.
Lasimun pun memilih menyewa kios di sekitar Terminal Gombong, yang juga dijadikan tempat tinggalnya bersama ibunya. Menurut penuturannya, meski masuk kategori miskin dia bersama ibunya sama sekali tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Bahkan dia dan ibunya belum memiliki BPJS kesehatan maupun Kartu Indonesia Sejahtera (KIS). "Pernah mengurus, tapi ditolak sama lurahnya. Ya sudah dari pada repot, yan mending kaya gini aja," ucapnya.(ori)
Berita Terbaru :
- Bayi Kembar Tiga Lahir di RSUD Dr Soedirman
- Bupati-Wakil Bupati Didaulat Jadi Bunda dan Ayah Genre
- Beber Tantangan, Karutan Bertemu Bupati Kebumen
- IWAKK "Walet Emas" Berikan Dukungan Predikat UGGp Kebumen
- Even Geofest 2025 Resmi Dibuka
- Desa Rantewringin, Kampungnya Kerajinan Sabut Kelapa di Kebumen
- Ditinggal ke Warung, Rumah Warga Kuwarasan Terbakar