Senin, 05 Oktober 2015

Kirab Awali Peringatan HUT Ke-259 Kota Jogja

GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA
JOGJA - Acara memperingati HUT ke-259 Kota Jogja sudah mulai. Kirab Pasar peringatan berpindahnya Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I dari pesanggrahan di Gamping ke Keraton menjadi ikon baru.

Tantangan pun muncul, agar pasar-pasar di Kota Jogja tak hanya bergeliat. Tapi, mampu menjadi destinasi baru wisatawan untuk berkunjung ke Kota Jogja. ”Tahun ini, kami lebih menonjolkan karakter masing-masing pasar. Harapannya, tahun depan bisa menjadi destinasi wisatawan,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Jogjakarta Margono disela kirab, kemarin (4/10).

Ia menuturkan, dari 32 pasar yang ada di Kota Jogja, saat ini ada tujuh yang memiliki karakter. Ke tujuh pasar itu adalah Pasar Terban dengan ayam, Pasar Klithikan dengan barang bekas, Pasar Tunjungsari dengan sepeda, Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (Pasthy). Serta Pasar Giwangan dengan sayuran, dan Pasar Beringharjo dengan konveksi.
”Kami harapkan, ciri khas pasar ini bisa berkembang. Bisa jadi ajang promosi wisatawan untuk ke Jogja,” harapnya.

Modal bagi pasar tradisional bisa menjadi kunjungan wisatawan sebenarnya telah ada. Asalkan, pedagang pasar maupun stakeholder bersama-sama menjaga iklim pasar. Yaitu pasar yang menyenangkan artinya bersih, dan pedagang tidak nuthuk harga.

”Sudah ada semboyan pasare resik rejekine apik, itu yang terus kami dorong bisa sama-sama untuk dipedomani,” usulnya.

Ia menegaskan, kirab pasar ini bukan hanya semata-mata memeriahkan HUT Kota Jogja. Tapi, dengan kirab tersebut, pedagang pasar berharap masyarakat, baik di Kota Jogja maupun wisatawan bersedia untuk kembali mengunjungi pasar. ”Ke pasar untuk tamasya,” ujarnya dengan nada berkelakar.

Bagi masyarakat di Kota Jogja, lanjut dia, tak perlu jauh-jauh untuk menghilangkan penat. Cukup berkunjung ke pasar, pikiran kembali fresh. Makanya, saat ini pedagang pasar terus mengkampanyekan kenyamanan pembeli.

Pada kirab pasar ini, kontingen yang mengikuti kirab tersebut merupakan delegasi dari setiap pasar. Masing-masing membawa gunungan yang menjadi karakteristik pasar setempat. Selama prosesi kirab, setiap kontingen juga mendapat penilaian dari sisi cucuk lampah serta kreasi gunungan.

Wali Kota Haryadi Suyuti mengaku, kemandirian para pedagang menjadi kunci utama eksistensi pasar tradisional. Dia mengajak masyarakat agar menjadikan belanja di pasar tradisional sebagai gaya hidup. Terutama mewujudkan pasar tradisional sebagai pusat perbelanjaan.

”Ini persembahan pedagang kepada masyarakat yang selama ini banyak memberikan penghidupan,” ungkapnya.

HS, sapaan akrabnya, mengatakan, target pemkot adalah bisa merealisasikan pasar tradisional sebagai pasar wisata. Tapi, hal tersebut tak bisa dilakukan dari sisi pemkot. Pihaknya hanya memfasilitasi. Sementara pedagang harus terus berbenah dan menonjolkan kearifan lokal. (eri/ila)

Berita Terbaru :