• Berita Terkini

    Selasa, 02 April 2024

    Yatno Bebas Biaya Operasi Mata Puluhan Juta Berkat JKN

    (kebumenekspres com) Kebumen – Ungkapan "Mata adalah Jendela Dunia" memang tepat, karena mata memiliki peran yang sangat penting dalam hidup kita.  Kelainan atau gangguan penglihatan dapat menurunkan produktifitas dan dapat berpengaruh pada masa depan seseorang.  

    Gangguan pada mata ini terjadi juga pada Supriyatno (43) warga Desa Kebulusan, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen. Yatno sapaan akrabnya menceritakan awal mulanya ia terkena penyakit mata. Beberapa waktu yang lalu, ia merasa penglihatannya mulai kabur. Ia mengira saat itu gangguan pada matanya disebabkan karena kelelahan semata. Namun lambat laun, penglihatannya tidak kunjung membaik, bahkan semakin memburuk ditandai dengan munculnya lingkaran putih pada matanya dan kesulitan melihat pada malam hari.

    “Sudah cukup lama penglihatan saya tidak jelas dan kabur, tapi karena kesibukan pekerjaan saya belum sempat periksakan ke dokter. Tapi lama kelamaan sangat mengganggu juga untuk aktifitas sehari-hari,” cerita Yatno yang berprofesi sebagai tukang urut keliling ini.

    Dengan kondisinya saat itu, Yatno pun memutuskan untuk memeriksakan matanya ke Puskesmas Pejagoan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter yang memeriksanya saat itu kemudian merujuk ke rumah sakit Kebumen Eye Center (KEC) untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan. Pada saat pemeriksaan awal, pihak rumah sakit pun memvonis matanya terkena katarak dan menyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi. Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit berisiko cukup tinggi karena jika tidak segera dilakukan tindakan medis yang tepat, dapat menyebabkan kebutaan pada seseorang.

    “Waktu periksa pertama itu, saya tidak langsung menyetujui untuk dilakukan operasi, karena belum ijin dengan keluarga. Apalagi saya juga merupakan tulang punggung keluarga. Pasca operasi mungkin tidak bisa langsung kerja, padahal keluarga juga butuh pemasukan,” ujarnya pada Senin (18/03).

    Saat itu, Yatno pun lantas meminta pihak rumah sakit untuk menunda tindakan operasinya sembari dilakukan pengobatan dengan terapi obat tetes dan obat oral. Namun, setelah menjalani pengobatan sebanyak kurang lebih empat kali kunjungan, kondisi matanya tidak kunjung membaik. Yatno pun membulatkan tekad untuk menyetujui dilakukan tindakan operasi pada matanya. Akhirnya ia pun dioperasi pada awal bulan februari lalu.

    “Banyak pertimbangan sampai saya menyetujui untuk dilakukan tindakan operasi. Mulai dari kesiapan mental, sampai kesiapan biaya rumah sakit. Untuk masalah mental saya minta dukungan dari keluarga, untuk biaya pengobatan saya andalkan JKN,” kata Yatno.

    Yatno mengaku sangat bersyukur terdaftar sebagai peserta JKN segmen Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI). Bukan tanpa alasan ia menyatakan hal tersebut karena seluruh pembiayaan pengobatan matanya ditanggung oleh JKN. Dari mulai pemeriksaan di puskesmas, operasi mata di rumah sakit sampai dengan kontrol pemeriksaan pasca operasi, semua dijamin JKN. Menurutnya, keberadaan program ini sangat membantu dirinya dalam hal pembiayaan pelayanan kesehatan.

    “Untuk operasi mata saja kalau pakai umum, bisa bayar sepuluh juta itu mas. Kebetulan kemarin cerita-cerita juga sama pasien yang dioperasi di waktu yang bersamaan, kebetulan dia pakai umum karena belum daftar JKN. Belum lagi untuk kontrol-kontrol yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Satu kali kontrol saja bisa sampai 500 ribu. Mungkin jika ditotal bisa habis dua puluh juta kalau pakai umum,” ungkapnya.

    Tak hanya tentang biaya penjaminan yang sepenuhnya membebaskannya dari biaya operasi, ia juga mengaku sangat senang karena pelayanan yang telah diterimanya sebagai peserta JKN sangat baik. Diluar ekspektasi, ia diperlakukan dengan sangat baik dan ramah. Bahkan karena saking seringnya ia berkunjung, ia mengenal baik dengan dokter dan perawat bahkan security yang ada di rumah sakit. 

    “Semuanya memberikan pelayanan kepada saya sama dengan peserta lain baik peserta JKN maupun pasien umum, tidak ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan," tutur Yatno.

    Yatno berharap keikutsertaannya pada program tersebut akan terus bertahan sehingga membuatnya akan tetap merasa aman apabila di kemudian hari nanti dirinya maupun keluarganya mengalami sakit dan membutuhkan pelayanan kesehatan.

    "Sakit tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Yang pasti adalah dengan memiliki jaminan dan perlindungan dari Program JKN, kami sekeluarga merasa tenang," tutupnya.(*)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top