• Berita Terkini

    Kamis, 04 Mei 2023

    Ganjar Pranowo dan Ketupat Lebaran


    Setelah melewati proses kontemplasi panjang,  ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) Megawati Soekarno Putri akhirnya mengumumkan calon presiden (capres) yang bakal diusung partai berlogo banteng.

    Dari beberapa kader yang santer dibicarakan publik, nama Ganjar Pranowo akhirnya muncul sebagai capres yang resmi diusung PDI-Perjuangan.

    Momentum Politik

    Para ahli politik memiliki pandangan beragam tentang momentum politik. Namun dapat disimpulkan, momentum politik adalah keadaan di mana suatu kejadian atau peristiwa politik memperoleh perhatian yang luas dari masyarakat. 

    Momentum politik sangat penting karena dapat menjadi faktor penentu kemenangan pada sebuah kontestasi politik. Momentum politik memiliki hubungan timbal balik yang kuat dengan popularitas. Momentum politik dapat meningkatkan popularitas, tetapi popularitas yang tinggi juga dapat memicu momentum politik yang lebih kuat.

    Seorang politisi atau partai politik yang memiliki popularitas tinggi akan lebih mudah memanfaatkan situasi untuk meraih momentum politik yang positif. Jika dikelola dengan baik, momentum politik tersebut dapat memperkuat popularitas mereka di mata masyarakat.

    Sebaliknya, sebuah momentum politik yang kuat juga dapat menjadikan seseorang atau kelompok menjadi lebih populer. Ketika seorang politisi atau partai politik berada pada momentum yang baik, hal tersebut dapat menarik perhatian media dan meningkatkan eksposur publik mereka, sehingga memperkuat popularitas di masyarakat.

    Pencapresan Ganjar

    Megawati memilih momentum mengumumkan capres pilihannya pada Jumat, 21 April 2023. Hari yang dianggap baik dan tepat pada perayaan Hari Kartini serta penghujung bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah.

    Pengumuman tersebut bisa dikatakan luput dari perkiraan. Para pengamat politik memprediksi pengumuman pencapresan oleh PDI-Perjuangan akan dilaksanakan bulan Juni yang secara emosional memiliki kedekatan dengan PDI-Perjuangan, yaitu sebagai Bulan Bung Karno.

    Namun di luar dugaan, Megawati justru mengumumankan pencapresan Ganjar Pranowo ketika masyarakat Indonesia tengah mempersiapkan rangkaian perayaan Idul Fitri. Di mana masyarakat dari tanah rantau berbondong-bondong pulang ke kampung halaman.

    Selain untuk menikmati masakan khas lebaran: ketupat, opor, dan makanan masa kecil, lebaran juga menjadi momentum penting untuk berbagi cerita dengan keluarga, teman, saudara, maupun orang lain di sekitar.

    Kehidupan masa kecil, pengalaman hidup, dan bahkan situasi politik terkini tak luput menjadi bahan cerita yang mengasikkan. Kondisi tersebut tidak terlepas dari kuatnya budaya bercerita “gethok tular” masyarakat Indonesia yang sudah melekat sejak zaman dahulu. 

    Momentum strategis ini nampaknya mampu ditangkap oleh Megawati maupun PDI-Perjuangan sehingga dipilih untuk mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. 

    Ganjar dan PDI-Perjuangan nampaknya juga sangat lihai memanfaatkan momentum politik. Kurang dari seminggu dari pengumuman pencalonannya, Ganjar telah muncul di berbagai media konvensional maupun modern. Secara serempak, kader PDI-Perjuangan juga telah memasang baliho dukungan terhadap Ganjar Pranowo di daerahnya masing-masing.

    Pencapresan Ganjar Pranowo juga terus menjadi bumbu-bumbu tambahan ketika orang-orang sibuk menikmati ketupat dan opor. Jika terus dikelola dengan baik, kondisi tersebut akan menjadi permulaan yang baik untuk kontestasi besar pilpres 2024 mendatang.

    Momentum munculnya nama Ganjar Pranowo sebagai capres resmi PDI-Perjuangan jauh sebelum proses pendaftaran resmi juga telah merubah peta kontestasi yang telah terbentuk sebelumnya. Utamanya bagi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan yang selama ini belum mendeklarasikan siapapun. Serta, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yaitu antara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa yang diwacanakan menduetkan Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar.

    Tentu, dinamika politik tersebut masih sangat cair karena batas waktu pendaftaran pasangan calon masih lama. Meskipun demikian, agar pesta demokrasi pemilihan presiden bisa nikmat seperti makan ketupat dengan opor, maka para politisi perlu belajar dari ketupat.

    Meskipun ketupat terbuat dari butiran beras yang dipadatkan di dalam anyaman daun kelapa muda (janur), namun hasilnya bisa tetap putih. Artinya, ketupat mengajarkan nilai-nilai penting tentang kebersamaan dan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Meskipun masing-masing partai politik memiliki perbedaan, namun memiliki satu tujuan mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya semua pihak harus menjaga persatuan dan solidaritas pada pelaksanaan pilpres mendatang.

    Ketupat juga menjadi simbol toleransi karena disajikan di berbagai acara, tidak hanya pada perayaan agama Islam, tetapi juga pada acara keagamaan yang diadakan agama lain. Hal ini menunjukkan bahwa ketupat bisa menjadi menjadi penghubung antar umat beragama dalam menjaga toleransi. Fungsi yang sama juga seharusnya melekat pada partai politik maupun individu masing-masing pasangan capres-cawapres.


    Ibnu Nugroho

    Analis Politik Badranaya


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top