• Berita Terkini

    Senin, 14 Oktober 2019

    Gus Hari: Waspada Doktrin “Hantu” Mengatasnamakan Agama

    Gus Asyhari Muhammad Al l Hasani
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Pengasuh Ponpes Al Hasani Jatimulyo Alian Gus Asyhari Muhammad Al Hasani menyampaikan agar masyarakat waspada terhadap penyebaran paham radikalisme. Jangan mudah terdoktrin oleh “hantu” yang mengatasnamakan agama.

    Menurut Gus Hary menguatnya penyebaran paham radikalisme saat karena prosesnya yang didukung oleh perkembangan teknologi. Artinya seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi digunakan pula oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme. Paham tersebut cenderung melakukan tindakan kekerasan untuk mencapai tujuannya.

    Gus Hary menilai radikalisme era sekarang sudah berbeda dengan zaman sebelumnya. Termasuk berbeda pula dengan zaman orde baru. Proses radikalisme kini bisa lebih instan. Ini karena didukung oleh media sosial.

    “Kalau dulu mungkin dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Orang yang akan mendoktrin bertemu dengan orang yang akan didoktrin. Namun kini wacana tersebut bisa dilihat pada media sosial atau lainnya,” tuturnya, Minggu (13/10/2019).

    Bak pisau bermata dua. Sosial media berdampak sangat positif jika digunakan untuk kebaikan. Sebaliknya jika digunakan untuk kejahatan tentunya akan sangat berdampak negatif. “Nah disinilah pentingnya memilih dan memilah. Mana yang layak diambil dan mana yang harus dihindari,” paparnya.

    Dijelaskannya, gerakan radikalisme menyasar para generasi muda dan akademisi. Terlebih yang haus akan sebuah pemikiran baru. Dalam kondisi yang masih labil, pemuda lah yang paling gampang terpengaruh oleh orang yang menyebarkan radikalisme.

    Kewaspadaan kini juga harus lebih ditingkatkan. Ini mengingat paham dan benih-benih radikalisme kini telah masuk ke desa-desa. Ini bisa masuk melewati kajian-kajian ilmiah agama dan lainnya. “Maka para masyarakat hendaknya lebih selektif dalam mengikuti kajian agama. Jangan sampai mengikuti kajian agama yang isinya mengajarkan bughot atau memberontak terhadap pemerintah dan NKRI,” paparnya.

    Pihaknya menambahkan, selain beberapa hal tersebut, radikalisme juga dapat dipicu oleh faktor pemikiran, ekonomi, politik, sosial dan psikologis. Selain kaum muda, masih banyak kalangan lain yang dibidik dan berpotensi. Ini mulai Aparatur Sipil Negara sampai warga biasa seperti pedagang yang menjadi incaran kelompok penyebar paham radikal ini. “Maka dari itu upaya pemerintah, para kiai dan tokoh masyarakat lainnya di Kebumen harus lebih giat untuk menangkal radikalisme. Ini agar tidak berkembang keberadaannya di Kebumen terutama generasi muda ini agar tidak terdoktrin oleh hantu yang mengatasnamakan agama,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top