• Berita Terkini

    Kamis, 18 April 2019

    Siapa Unggul di Kebumen, Jokowi atau Prabowo?

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Perhelatan Pemilu 2019, Rabu (17/4/2019) kemarin, disambut antusias. Rakyat yang memiliki hak pilih memenuhi Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tapi tak bisa dipungkiri jika yang paling menyedot perhatian ialah konstetasi Pilihan Presiden dibanding pilihan lainnya.

    Sejak pukul 15.00 WIB, sejumlah lembaga survei yang terdaftar secara resmi di KPU mulai merilis hasil quick count (Hitung Cepat) Pilpres 2019. Hasil penghitungan cepat sejumlah lembaga survei bergerak dinamis. Dari angka yang ditunjukkan, pasangan calon 01 Jokowi-Amin unggul di sejumlah lembaga survei. Paslon petahana ini inggul diangka 52 sampai 55 persen. Sebaliknya, pasangan 02 Prabowo-Sandi hanya berada di angka 44 sampai 45 persen.

    Bahkan, di Kebumen kemudian beredar hasil Pilpres sementara. Dalam selebaran itu, pasangan Jokowi- Maruf Amien 432.712 suara sementara pasangan Prabowo-Sandi mendapat 172.741 suara. Itu artinya, Pasangan nomor urut 01 meraup 71,47 persen dan pasangan nomor urut 02 28,53 persen. Namun, suara masuk baru 605.453 suara dari 1.072.708 jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT).

    Dihubungi semalam, Ketua KPU Kabupaten Kebumen, Yulianto, mengungkapkan, hingga tadi malam, pihaknya belum bisa menyampaikan hasil rekapitulasi Pemilu. Baik Pileg, maupun Pilpres. Apalagi, hingga menjelang tengah malam tadi, belum ada hasil perhitungan suara diserahkan ke KPU Kabupaten Kebumen.

    Karena, penghitungan suara di TPS masih dilakukan. Ditambah, ada Keputusan MK penghitungan dapat ditambahkan 12 jam tanpa jeda sehingga ia belum bisa memberikan hasil penghitungan suara meski hanya sementara.

    "Sekarang masih proses di TPS dan sebagian di PPS. Soal target keputusan kami mengikuti arahan KPU RI maksimal 5 hari," katanya via pesan singkat (17/4/2019).

    Dari Jakarta, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengatakan, sejumlah penghitungan cepat yang telah dirilis lembaga survei boleh dijadikan referensi dan informasi. Meskipun hasil akhir harus dihitung secara manual oleh KPU. Ia menegaskan, lembaga penyelenggara pemilu tidak membuat penghitungan cepat.

    "Ya pemilu ini kan untuk semua. KPU ini kan nggak bikin quick count. KPU itu mengerjakan pemilu ini real count. Nanti pedomani saja hasil yang diungkapkan KPU, terangnya. Arief menjelaskan, proses pemilu telah dilalukan secara transparan. Banyak pemantau pemilu baik dari dalam maupun luar negeri melakukan penelitian terhadap Pemilu 2019," kata Arief di Jakarta, Selasa (17/4).

    Ia juga mengimbau kepada peserta pemilu untuk menggunakan ketentuan yang berlaku jika menemukan masalah dalam penyelenggaraan pemilu. Selain itu Arief pun meminta kepada semua pihak tidak membuat ricuh dan bisa mengadukan ke lembaga yang sudah ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa pemilu.

    "Maka kalau ada problem, kalau ada catatan, silakan disampaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nggak usah lagi rebut, nggak usah lagi menyelesaikan di jalan-jalan. Karena ruang untuk menyelesaikan permasalahan itu sudah disediakan," terangnya.

    Ia juga mengajak kepada masyarakat untuk percaya terhadap hasil yang ditetapkan KPU nantinya. Namun bilamana memang ada bukti penyelewengan dalam proses pemilu, Arief meminta sengketa diselesaikan di Mahkamah Konstitusi.

    "Hasil resminya kapan, berapa hasil resminya, ya nanti nunggu ketika KPU menetapkan hasilnya, tutur Arief.
    Terpisah, Direktur Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo meminta kedua kandidat menahan diri untuk tidak mengklaim kemenangan sebelum pengumuman resmi KPU.
    "Semua pihak harus menunggu penghitungan KPU bahwa ada quick count nanti, ini bukan hasil resmi, ini hanya memberikan informasi kepada masyarakat dengan metodelogi yang bisa dipertanggungjawabkan.Siapapun pemenangnya itu kehendak rakyat,," katanya saat berbincang dengan Fajar Indonesia Network (FIN) di Jakarta, Rabu (17/4).

    Meski demikian, Karyono mengakui hasil quick count yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei memiliki tingkat presisi sangat tinggi. Pasalnya, tingkat kesalahannya hanya 1 persen. "Faktanya selisih perolehan suara quik count dengan rekapitulasi KPU memang selisih 0, sekian persen. Tapi quik count bukan hasil resmi," jelasnya.

    Karyono mencium gelagat fenomena hitung cepat yang terjadi di Pilpres 2014 terulang kembali tahun ini. Jika dilihat dari berbagai fenomena politik, terlihat berbagai survei yang dilakukan lembaga survei terbagi dan sama-sama mengklaim saling memenangkan kedua kandirdat.
    "Ini bisa berujung pada hasil quick count hari ini, menurut saya ini harus dihindari, masyarakat harus diberikan pendidikan yang baik, lembaga lembaga survei yang tidak jelas harus ditindak tegas," ujarnya.

    "Ini kelihatannya akan muncul, terkait dengan dualisme lembaga survei yang mengumumkan hasil surveinya seperti Pilpres 2014 lalu. Ada empat lembaga survei yang memenangkan capres Prabowo-Hatta pada saat itu, ada enam lembaga survei memang kan Jokowi, hasil faktanya jokowi yang memang," ungkapnya.
    Karena itu, Karyono menyarankan agar para pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk dapat menahan diri untuk tidak saling mengklaim kemenangan dari hasil perhitungan cepat internal. "Semua harus bersabar menahan diri kita tunggu hasil keputusan KPU, sama sama dikawal, quick count ini memberikan informasi," ujarnya.
    Diketahui, proses penetapan capres dan cawapres terpilih dalam Pemilu 2019 akan dilakukan pada 22 Mei mendatang. Penetapan dilakukan setelah KPU menghitung suara secara berjenjang. KPU memastikan proses rekapitulasi tidak menggunakan bantuan teknologi IT, hanya manual.

    Berterima kasih

    Di Jakarta Theatre, Thamrin, Jakarta Pusat, calon petahana Joko Widodo mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada KPU, Bawaslu DKPP. Sehingga proses pesta demokrasi pileg dan pilpres berjalan dengan jujur dan adil.
    Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada TNI dan Polri yang telah membantu dalam penyelenggaraan pemilu dalam pengamanan. Sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik.

    "Yang kedua dari indikasi exit poll dan juga quickcount, tadi sudah kita lihat semuanya. Tetapi kita harus bersabar, harus bersabar menunggu penghitungan dari KPU secara resmi. Marilah kita kembali bersatu sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Setelah pileg dan pilpres ini. Menjalin dan merawat perasatuan, kerukunan kita dan persaudaraan kita sebagai sebangsa dan se tanah air. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," tutupnya.
    Terpisah, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengajak masyarakat yang sebelumnya terbelah menjadi dua kubu pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden berbeda kembali menjalin tali persaudaraan. "Kalau kurang lebih tidak ada lah yang sempurna, spirit kita kan sudah selesai, sekarang ayo kita tunjukkan sebagai negara besar, kita bersaudara lagi. Sudah cukup lah itu," ujar Luhut Binsar Panjaitan di Djakarta Theater, Jakarta.

    Untuk hasil Pemilu 2019, ia menekankan harus menunggu pengumuman dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan tidak ada yang boleh mendahului. "Kami tidak bisa ngomong, yang ngomong nanti KPU," ucap Luhut.

    Sementara itu Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Moeldoko mengakui bahwa hasil hitung cepat atau "quick count" sejumlah lembaga survei masih di bawah target. "Ya masih (Quick count) di bawah target kami, target memang 60 (persen)," kata Moeldoko.

    Moeldoko menyampaikan hal tersebut seusai pernyataan Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar masyarakat menunggu hasil resmi KPU meski hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan kemenangan untuk pasangan calon (paslon) nomor urut 01.

    Di bagian lain, Calon Presiden 02 Prabowo Subianto memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Meski belum ada keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang hasil perhitungan surat suara, namun petinggi Partai Gerindra itu mengklaim dirinya sudah menjadi Presiden RI
    Ya, Prabowo menegaskan berdasarkan hasil real count telah memenangkan pilpres 2019 dengan perolehan suara 62  ersen."Berdasarkan hasil real count kita sudah menang 62 persen. Saya sudah menjadi Presiden!" kata Prabowo di kediamannya, Jakarta, Rabu (17/4).

    Menurut Prabowo, perolehan suara 62 persen itu berdasarkan suara yang diambil dari 320.000 Tempat Pemungutan Suara (TPS) pemilu 2019 atau sekitar 40 persen. "Saya yakin ini hasil dari ahli statistik dan ini tidak akan berubah banyak," kata Prabowo. "Bisa naik satu persen bisa juga turun satu persen. Tapi detik ini hari ini kita berada 62 persen," tambah Prabowo.
    Atas dasar itu, Prabowo meminta pendukungnya untuk mengawal suara di TPS, tiap kecamatan dan formulir C1. "Saya ingin ucapkan terima kasih semua unsur," kata Prabowo yang dikawal oleh pimpinan parpol pendukung Prabowo-Sandi.

    Yang menarik, Prabowo didampingi jajaran Badan Pemenangan Nasional (BPN) melakukan sujud syukur setelah sebelumnya meneriakan kata "Merdeka!" beberapa kali.
    Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Perludem Titik Anggraini, mengatakan, proses hingga malam ini (kemarin, red) masih berjalan panjang, dan nantinya akan direkapitulasi secara bertahap."Demokrasi konstitusional yang kita anut. Dan yang memiliki otoritas (Hasil Pemenang, red) dari kontestasi Pilpres adalah KPU. Jangan sampai ada respon dan gejolak negatif dari narasi yang telah disampaikan," timpalnya.

    Sementara itu pengamat politik dan Zainal Arifin mengatakan, sikap dan pernyataan Prabowo tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikannya pada tahun 2014. "Apa pun yang meyakini dia (Prabowo) harus diuji. Tinggal diuji saja basis datanya atau yang disimpulkan atas apa yang disampaikan. Atau Prabowo menunggunya sampai 22 Mei," timpalnya.
    Satu hal yang saya khawatirkan, lanjut Zainal, pernyataan Prabowo akan menyulut kondisi dan situasi yang berbeda. "Dan ini memunculkan kesan Prabowo memaksa KPU untuk mengakui kemenangannya. Dan ada kesan menurunkan kepercayaan KPU di mata publik. Saya rada khawatir ini, meski pun sah-sah saja ia mengklaim itu," terangnya.
    Sementara, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, jika melihat dari hasil hitungan cepat, selisih antara pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin versus Prabowo-Sandiaga Uno tak mencapai dua digit. "Tipis ya. Tapi ini kan baru QC yang jika dilihat data yang masuk baru kisaran 80-91 persen. Ya kita tunggu real count-nya," papar Jusuf Kalla (JK).

    Dalam posisi ini, sambung JK, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan seluruh jajarannya di daerah dapat bekerja dengan baik, jujur, adil dan transparan selama menjalankan proses rekapitulasi perolehan suara.

    "Ya kita bersyukur bahwa pemilu ini berlangsung dengan baik, dengan terbuka, dengan jujur. Kita semua juga mengharapkan KPU (bekerja) dengan baik, dengan jujur, dengan adil dan transparan," imbuhnya.

    Terkait tanggapan masing-masing capres terhadap hasil hitung cepat oleh beberapa lembaga survei, JK mengatakan baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sama-sama menunggu hasil penghitungan resmi oleh KPU. "Semuanya baik. Pak Prabowo minta (semuanya) tenang walaupun tentu masih melihat harapan selanjutnya. Pak Jokowo tentu merasa baik, namun tetap menunggu KPU di penghitungan lebih lanjut," jelasnya. (lan/fin/tgr)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top