• Berita Terkini

    Kamis, 22 Juni 2017

    Serangan Malware Tembus 1,5 Juta IP

    SINGAPURA - Urusan cyber security di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Hasil pemantauan Digital Crime Unit (DCU) Microsoft Asia menempatkan Indonesia di urutan ketujuh kasus serangan malware terbanyak di dunia. Dalam kurun Maret sampai 16 Juni, total serangan malware di Indonesia tembus 1,5 juta alamat IP (Internet Protocol Address).



    Serangan malware paling banyak ada di India dengan angka 6,4 juta kasus. Kemudian disusul Mesir (2,7 juta), Tiongkok (2,4 juta), dan Brazil (2,3 juta). Khusus di Indonesia, Jakarta menjadi nomor satu dengan 310 ribuan kasus serangan malware. Setelah itu Bandung 140 ribuan kasus, Surabaya (120 ribuan), Medan (80 ribuan), dan Semarang (70 ribuan).



     
    Assistant General Counsel & Regional Director, Digital Crime Unit (DCU) Microsoft Asia Keshav Dhakad mengatakan baru-baru ini serangan yang membuat heboh adalah ransomeware WannaCry. Lebih dari itu, banyak jenis malware yang mengancam dan berpotensi menimbulkan kerugian besar. "WannaCry itu sebagian kecil saja," jelasnya di forum Microsoft Cyber Trust Experience di Singapura kemarin (21/6).



    Data dari tim DCU Microsoft Asia, ada lima malware yang paling banyak menyerang komputer di Indonesia. Kelimanya adalah Gamarue, Peals, Lodbak, Ramnit, dan Virut. Khusus di Jakarta serangan paling banyak adalah Ranmit dengan 102 ribu kasus. Disusul Darkbot dengan 72 ribu kasus.


    Keshav mengatakan ada beberapa penyebab ransomeware atau malware menyerang komputer. Diantaranya adalah tidak disiplin update software dan pemakaian software bajakan. Dia menjelaskan semua orang adalah ancaman serangan malware. Baik itu komputer individu maupun organisasi atau korporasi.


    Menurut dia penggunaan software bajakan di Indonesia menjadi pintu masuk serangan malware. Keshav menjelaskan tujuh dari sepuluh komputer di Indonesia menggunakan piranti lunak bajakan. "Ini adalah masalah besar. Sebanyak 61 persen komputer di Asia Pasifik menggunakan software bajakan," katanya.



    Keshav menyampaikan rekomendasi untuk pemerintah Indonesia. Di antaranya adalah menjadikan isu keamanan cyber menjadi sesuatu yang strategis. Kemudian juga menekan kasus pembajakan serta penggunaan software bajakan. Menurut dia tingginya penggunaan software bajakan bisa mematikan daya inovasi ahli-ahli IT nasional.




    Menurut Keshav posisi Indonesia bisa muncul di top 100 negara dengan resiko tinggi serangan malware karena populasinya tinggi. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia, juga membuat aktivitas koneksi internet semakin banyak. Misalnya pada kurun 1 Maret sampai 16 Juni saja, aktivitas internet di Indonesia mencapai 1,36 miliar koneksi.



    Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, isu cyber security adalah hal yang signifikan bagi Indonesia. Menurutnya, Indonesia selalu berada dalam jajatan Top 10 negara-negara yang diserang malware. Ada banyak faktor yang membuat Indonesia banyak sekali diserang malware. Rudiantara menyebut bahwa cyber security di Indonesia sangat terbuka sehingga mudah sekali diserang.



    "Populasi dan pengguna di Indonesia juga cukup besar. Dan penggunaan software bajakan juga meningkatkam risiko terserang malware," kata Rudiantara saat ditemui di kantor Kemkominfo kemarin (21/6).




    Rudiantara menjelaskan, software bajakan tidak memiliki fitur yang bisa menangkal serangan malware. Software-software bajakan itu pada umumnya sudah tidak update. Sehingga tidak mampu menolak serangan malware baru. Sementara software asli selalu diperbaharui sehingga bisa menangkal serangan malware.



    "Saya imbau masyarakat untuk menggunakan yang asli. Harganya sudah  murah kok sekarang. Dan jelas lebih aman," katanya.


    Associete Profesor dari Departement Electrical & Computer Engineering National University of Singapore (NUS) Biplab Sikdar membeber hasil riset kaitan antara pembajakan dengan kasus cyber crime. Dia meneliti di 203 software bajakan yang bisa diunduh di internet, 90 unit komputer, dan 165 keping CD serta DVD software bajakan. "Indonesia menjadi salah satu lokasi risetnya," tutur dia.


    Dia menjelaskan software kategori produktivitas (productivity tool) bajakan paling banyak jadi pintu masuk serangan malware. Nilainya lebih dari 40 persen. Kemudian sistem operasi (OS) bajakan di urutan kedua dengan angka hampir 30 persen. Software game bajakan di urutan ketiga dengan angka 21 persen.

    "Setelah kita teliti 51 persen adalah infeksi Trojan," tuturnya. Tim Biplab menemukan ada 79 jenis Trojan yang menginfeksi komputer dengan software bajakan. "Kalau sudah terinfeksi Trojan, hacker bisa mengendalikan komputer anda," jelasnya.


    Dia menyampaikan beberapa tips aman dari serangan cyber. Yakni membeli komputer atau laptop di vendor yang bereputasi. Kemudian selalu pakai sofware asli, selalu ikuti petunjuk update software, lindungi komputer dengan aplikasi anti-malware bereputasi, dan jangan menggunakan sistem operasi (OS) yang lama.


    Hal senada juga dilontarkan Rudiantara. Setelah muncur serangan ransomware WannaCry, Kemkominfo langsung lakukan sosialisasi pencegahan serangan. Ada empat poin yang bisa dilakukan untuk menangkal serangan malware. "Yang pertama adalah lakukan backup, unduh antivirus, perbaharui software dengan versi terbaru, dan rutin ganti password," tuturnya. (wan/and/acd)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top