• Berita Terkini

    Kamis, 21 April 2016

    Media Online Mulai Ditinggalkan Pembaca dan Pemasang Iklan

    ILUSTRASI
    NEW YORK – Sempat bersinar sebentar, bisnis media online (online news) perlahan mulai redup. Beberapa pekan terakhir, sedikitnya tiga perusahaan di Amerika Serikat (AS) yang menerbitkan media online dilanda rasa panik. Sebab, kekhawatiran mereka terhadap masa depan bisnisnya telah menjelma menjadi nyata. Pendapatan dari sisi iklan menurun seiring dengan anjloknya jumlah kunjungan ke situs media mereka.



    Adalah Mashable, salah satu generasi pertama situs koran digital Negeri Paman Sam, yang kali pertama mewujudkan kepanikan itu dalam efisiensi karyawan. Bulan ini, situs yang baru saja membukukan pendapatan USD 15 juta (sekitar Rp 197,3 miliar) tersebut merumahkan setidaknya 30 orang. Selain Mashable, ada dua pemain dalam bisnis media digital yang mulai tergoda untuk menyerah, yakni Salon dan BuzzFeed.


    Salon telah mengumumkan rencana untuk kembali memangkas anggaran. Juga mengurangi jumlah karyawan. Sebelumnya Salon melakukan hal yang sama. Maka, ketika Salon kembali menempuh langkah tersebut, BuzzFeed pun merasa harus mulai ancang-ancang. Sebab, perusahaan start-up news online itu juga tidak bisa lagi menutupi fakta bahwa mereka terus merugi.
     ”Ini masa yang sangat genting,” kata Om Malik seperti dilansir New York Times awal pekan ini. Salah seorang penanam modal pada True Ventures tersebut mengakui bahwa bisnis online kian susah berkembang. Pada 2015 True Ventures terpaksa merelakan Gigaom gulung tikar. Gigaom adalah situs berita teknologi milik True Ventures yang sudah beroperasi sedari awal booming-nya media online. ”Bisnis iklan online selalu tidak bisa diprediksi dan belakangan menjadi kian membahayakan,” ujarnya.


    Di samping pendapatan dari iklan online yang tidak pasti, Malik mengatakan bahwa kunjungan ke situs-situs media online juga semakin turun. Itu jauh berbeda dengan satu dekade lalu, saat semua orang di seluruh penjuru dunia keranjingan berita online.



    Kemajuan pesat teknologi ternyata justru membuat bisnis iklan online rugi. Setidaknya itu yang dipaparkan Malik. Sebab, seiring dengan perkembangan zaman, banyak muncul sistem otomatis yang mampu memblokir iklan atau menutup iklan yang muncul tiba-tiba. Semua itu jelas menghambat perkembangan iklan di koran digital atau blog informatif semacam blog berita.


    Tapi, sebenarnya, di balik kemajuan teknologi dan kemutakhiran sistem di dunia maya, ada hal lain yang lebih membahayakan bisnis online, yakni perilaku masyarakat. Dewasa ini ada peralihan penggunaan internet dari model situs (di komputer atau laptop) ke model ponsel. Di ponsel, aplikasi yang bersifat hiburan dan jejaring sosial menjadi primadona. Maka, para penikmat berita pun berubah menjadi penikmat hiburan.


    Perubahan sistem dari komputer ke ponsel itu membuat sumber pendapatan pebisnis media online semakin tidak jelas. ”Perubahan demi perubahan itu membuat kami semakin paham bahwa manusia memang tidak bisa menggariskan takdir mereka,” ungkap Scott Rosenberg.


    Pebisnis yang ikut membidani lahirnya Salon sebelum hengkang pada 2007 itu menyebut tuntutan zaman sebagai tantangan terbesar bisnis online. ”Pengguna ponsel lebih suka me-refresh social media dan aplikasi untuk mendapatkan informasi atau berita terbaru daripada mengunjungi situs berita itu sendiri,” lanjut Rosenberg.

    Maka, tidak heran jika traffic koran digital semakin anjlok. Itu selaras dengan turun drastisnya pemasukan dari iklan. Sebab, para pemasang iklan mengikuti dan mencoba menyelaraskan diri dengan perubahan perilaku pengguna internet.


    Pekan lalu Mark Zuckerberg mengumumkan rencana besar Facebook untuk mendominasi internet. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, Facebook akan memiliki fitur lengkap yang membuat para penggunanya betah berkelana di media sosial tersebut. Dijamin, ada banyak kesenangan yang pengguna Facebook temukan tanpa harus mengklik link berita atau kanal lain yang ditautkan di laman akun mereka.


    Instant articles menjadi fitur yang bakal menggusur eksistensi koran atau penerbit digital. Sebab, lewat fitur baru yang sudah mulai berfungsi itu, para pengguna Facebook bisa mengunggah tulisan atau artikel mereka secara langsung. Instant articles sangat membantu karena membuat konten bisa loading di device selambat apa pun. Dan loading speed-nya sangat cepat, bisa dibilang instan alias langsung muncul.


    Bukan hanya itu, Zuckerberg bahkan akan melengkapinya dengan fitur messenger yang memungkinkan si penulis artikel berinteraksi langsung dengan pembacanya. ”(Facebook) Messenger akan menjadi poin penting kami yang lain untuk membantu para pengguna Facebook terkoneksi satu sama lain lewat berbagai aplikasi yang kami tawarkan,” ucap Zuckerberg.


    Ekspansi tersebut, menurut perusahaan analis Parse.ly, akan membuat para pebisnis online, mau tidak mau, bekerja sama dengan Facebook. Saat ini pun sedikitnya 40 persen pengunjung situs berita online berasal dari Facebook. Tapi, sejak Facebook punya fitur video dan instant articles, kunjungan ke situs lain yang tertaut di sana berkurang.


    Direktur Komunikasi NewsWhip Liam Corcoran mengatakan bahwa para penerbit koran digital kini sangat resah atas kondisi tersebut. Rata-rata mereka bertanya apakah kondisi seperti itu akan berlangsung selamanya. ”Mereka seperti bertanya kepada dokter tentang penyakit,” ujarnya.


    Kini hal pertama yang muncul di benak para pebisnis online adalah bertahan. Itulah yang membuat Malik berniat segera membuat akun Facebook untuk Gigaom. Setelah bangkrut pada 2015, Gigaom diakuisisi Knowingly Corp dan masih bertahan sampai sekarang. ”Dengan punya akun Facebook, ada kesempatan untuk tetap dibaca orang. Uang? Itu perkara lain. Bagaimana menghasilkan uang? Kita pikirkan nanti,” tuturnya. (Newyorktimes/hep/c9/kim)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top