• Berita Terkini

    Jumat, 13 November 2015

    Gempa Jogja, Tak Mempengaruhi Aktivitas Merapi

    ZAKKI MUBAROK/RADAR JOGJA
    JOGJA - Gempa 5,6 skala richter (SR) yang mengguncang wilayah DIJ dan sekitarnya, yang terjadi rabu petang (11/11) memang mengagetkan warga DIJ dan sekitarnya. Terlebih, wilayah DIJ sudah beberapa saat tidak terjadi gempa dengan skala besar dan dalam waktu yang cukup lama.

    Meskipun begitu, sebenarnya sejak Agustus sampai gempa berkekuatan 5,6 SR kemarin, tercatat sudah terjadi gempa hingga 15 kali di DIJ. Intensitas gempa di DIJ meningkat, baik gempa yang berpusat di darat maupun laut.

    ”Tapi skalanya relatif kecil, antara dua sampai lima skala richter,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jogjakarta Toni Agus Wijaya, kemarin (12/11).

    Meski dalam intensitas gempa meningkat, Tony mengatakan, hal itu tidak memicu terjadi tanah longsor. Terlebih memasuki musim hujan, ancaman tanah longsor berpotensi terjadi. Apalagi sebelumnya wilayah DIJ mengalami kemarau panjang, sehingga potensi longsor terjadi saat musim hujan, karena kemarau panjang sehingga terjadi retakan tanah.

    ”Longsor tidak terkait dengan gempa, karena retakan di permukaan sedangkan gempa di dalam,” paparnya.

    Toni kembali mengingatkan, gempa adalah peristiwa yang wajar terjadi di DIJ. Karena DIJ terletak di dekat sumber gempa tektonik yakni laut selatan atau Samudra Hindia yang merupakan daerah subduksi atau pertemuan dua lempeng tektonik utama. Selain itu, di daratan DIJ juga terdapat  patahan atau sesar.

    Gempa tektonik merupakan gejala alam yang tidak memiliki karakter tertentu sehingga tidak bisa diprediksi, berbeda dengan gempa vulkanik. ”Gempa tektonik adalah peristiwa yang tiba-tiba, berupa pelepasan energi yang terkumpul di lempeng bebatuan,” ungkapnya

    Toni mengimbau kepada warga DIJ tidak perlu cemas dan khawatir secara berlebihan. Menurutnya, masyarakat harus bisa hidup harmonis dengan gempa karena DIJ dekat dengan sumber gempa.
    ”Cara yang baik adalah hidup harmonis dengan gempa, caranya mengetahui apa itu gempa, penyelamatannya bagaimana dan lainnya,” ujarnya.

    Terpisah, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta I Gusti Made Agung Nandaka mengatakan, gempa tektonik kemarin, maupun intensitas gempa tektonik yang meningkat selama ini belum berpengaruh dengan aktivitas Gunung Merapi. Status Merapi masih sama.

    Agung, sapaannya, menuturkan, gempa tektonik akan berpengaruh terhadap Gunung Merapi jika kondisinya sudah siap erupsi.  ”Kalau sudah siap, mungkin (gempa tektonik) bisa memberi pengaruh. Tapi kan sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap Merapi,” tandasnya.

    Sementara itu, dari laporan yang masuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ belum ada laporan kerusakan bangunan akibat gempa 5,6 SR. Menurut salah seorang anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIJ Krisnadi Setyawan, laporan sementara yang masuk mayoritas hanya genteng pecah.

    ”Laporan yang diterima, akibat gempa kemarin paling genteng pecah, tidak ada laporan kerusakan parah,” jelasnya.

    Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul telah menginventarisasi dampak kerusakan gempa berkekuatan 5,6 SR. Hasilnya, gempa yang berpusat di 120 kilometer barat daya Bantul ini mengakibatkan bangunan UPTD Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) yang terletak di Dusun Jarakan, Panggungharjo, Sewon mengalami kerusakan ringan.

    ”Gentingnya berjatuhan dan menimpa asbes bangunan dapur,” terang Operator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul Rochim saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (12/11).

    Asbes ruang dapur yang terletak di sisi paling selatan bangunan UPTD ini rusak. Selain itu, gempa juga menyebabkan tembok dapur dan bangunan utama retak-retak. Rochim menegaskan, personel BPBD langsung memberikan assessment usai menerima laporan.  
     
    Kendati terasa kencang, tidak ada bangunan lain yang mengalami kerusakan. Meski begitu,, Rochim mewanti-wanti agar seluruh warga Bantul tetap mewaspadai potensi terjadinya gempa. Mengingat, Kabupaten Bantul termasuk wilayah yang rentan terjadi gempa lantaran berada di atas pertemuan lempengan bumi. ”Yang perlu diwaspadai lagi adalah bangunan yang tidak kokoh,” jelasnya.

    Ya, banyaknya korban akibat gempa bumi karena lemahnya kontruksi bangunan. Menurutnya, fenomena gempa bumi sebenarnya tidak “membunuh”. ”Yang membuat banyak korban sebetulnya adalah kontruksi bangunan yang lemah. Mengimbau agar masyarakat Bantul memperbaiki sekaligus memperkuat kontruksi bangunan rumah mereka,” terangnya. (pra/zam/ila)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top