KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Pergelaran wayang kulit di Sanggar Budaya di Desa Semanding, Kecamatan Gombong, Kebumen, Rabu 17 Januari 2024 malam benar-benar istimewa. Bagaimana tidak, dalang dalam pertunjukan kesenian tradisional itu adalah anak muda yang juga seorang dokter.
Ya, dalang muda itu adalah dokter Yusuf Damar Jatinugroho yang tak lain putra sulung dari Wakil Bupati Kebumen Hj Ristawati Purwaningsih SST MM dan mantan Ketua DPRD Kebumen H Cipto Waluyo.
Pergelaran wayang kulit dihadiri oleh Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kebumen R Suman Sri Husodo. Hadir Kepala Desa Semanding Joko Setiyono, sejumlah tokoh masyarakat dan budaya di Gombong dan Kebumen.
Dalam kesempatan itu, R Suman Sri Husodo menyempatkan pin lambang Pepadi dan menyerahkan cempolo dalang kepada sang dalang muda. Selain R Suman menyerahkan tokoh wayang Gatotkaca kepada dalang Ki dokter Yusuf.
Pentas wayang berlangsung meriah. Dokter Yusuf sukses membawakan lakon “Gatotkaca Winisuda” dengan cukup baik. Bahkan Ketua Pepadi R Suman Sri Husodo memberikan apresiasi secara khusus.
Pimpinan Padepokan Sehat Medika Karanganyar itu mengaku bangga ada seorang anak muda Kebumen yang juga seorang dokter tertarik dengan kesenian tradisional bahkan menjadi dalang.
“Ini bisa menjadi contoh anak muda zaman sekarang. Apapun profesinya, namun tetap mencintai kesenian, tradisi dan budaya yang adiluhung,” ujar Suman Sri Husodo yang rutin menggelar pementasan wayang kulit di padepokannya.
Yusuf yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta itu memang menyukai kesenian utamanya seni pewayangan. Bahkan saat masih menjadi siswa di SMAN 1 Gombong dia juga aktif dalam ekstrakurikuler karawitan.
“Sebagai orang tua 1.000 % kami mendukung untuk kesuksesan anak. Keinginan anak tidak ada yang bisa menghalangi. Kami berharap profesi dokter dipakai dan kesenian sebagai penyeimbang kehidupan agar terus bergembira,” ujarnya H Cipto Waluyo.
Adapun untuk pentas dokter Yusuf Damar Jatinugroho, imbuh politikus PDI Perjuangan itu, sekaligus sebagai syukuran atas telah diwisudanya putra sulungnya itu menjadi seorang dokter pada bulan Agustus silam.
“Semoga berguna bagi kemanusiaan dan sosial,” ujar Cipto Waluyo. Lebih lanjut, Cipto Waluyo menambahkan, dia mendirikan Sanggar Budaya Purwo Jati tersebut dengan niat untuk nguri-uri budaya. Di usia yang semakin tua, dirinya memiliki keinginan untuk terus gembira, termasuk dengan mengumpulkan para sahabatnya yang aktif dalam kesenian wayang kulit.
“Ibaratnya mengumpulkan balung pisah melalui kesenian. Selain itu, sanggar tersebut juga menjadi tempat anak muda yang berminat dalam seni budaya pewayangan dan karawitan,” ujarnya seraya menyebutkan bahwa hati yang gembira adalah obat baik. (fur/*)