KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Keberadaan orang-orang atau militer Belanda di era penjajahan, tentu sudah tidak diragukan lagi, termasuk di Kebumen. Namun pernahkah terpikirkan, dimana keberadaan makam atau kuburan Belanda di Kebumen?.
Jika orang-orang Belanda pernah berada di Kebumen, pastinya ada kuburannya. Kecuali jika setiap orang yang meninggal jenazahnya dibawa pulang ke Negara Belanda. Pertanyaan itu juga terbesit dalam benak Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips Teguh Hindarto SSos MT.
Kuburan atau kuburan orang-orang Belanda lazim atau kerap disebut dengan istilah “Kerkhof”. Namun demikian dalam lidah orang Jawa, terdapat beberapa istilah Belanda yang mengalami pergeseran dalam penyebutan.
Misalnya kata Jawa “teken” dan “bengkel” itu berasal dari kata Belanda “Tekenen” dan “Wingkel”. Dengan demikian kata “Kerkhof” yang artinya adalah Kuburan Belanda tentunya juga mengalami pergeseran penyebutan.
Di Kebumen sendiri tepatnya, yakni di Kawasan Jalan Karangsambung yang tidak jauh dari Pasar Mertakanda terdapat sebuah Gang yang bernama “Gang Krekop”. Sebuah nama yang agak terdengar asing maknanya ditelinga. Sebab biasanya penamaan Gang menggunakan nama hewan, bunga, nama tokoh dan lainnya. Namun adanya nama “Gang Krekop” menarik perhatian Teguh Hindarto.
Lantas apa makna dibalik nama “Gang Krekop”?. Menurutnya pengucapan “Krekop” adalah penamaan lokal masyarakat terhadap istilah dalam Bahasa Belanda Kerkhof. Istilah yang umum untuk kuburan dalam Bahasa Belanda adalah begraafplaats atau kalau itu merujuk pada kuburan orang Eropa di Hindia Belanda disebut Europesche Begraafplaats. Namun istilah kerkhof memang selalu ditujukan untuk nama sebuah kuburan orang Belanda.
“Dalam sejumlah pemberitaan di surat kabar berbahasa Belanda, beberapa kuburan orang Belanda di Kebumen, Pejagoan, Karanganyar, Gombong disebut dengan Europesche Begraafplaats. Dimana memang terdapat perbedaan penempatan pada istilah kerkhof dengan begraafplaats,” tuturnya, Senin (5/12/2022).
Disampaikannya, lantas apakah penamaan Gang Krekop berkaitan dengan sebuah keberadaan kompleks pekuburan orang Belanda yang pernah ada di sana?. Setelah melakukan penelusuran memang di dekat kawasan tersebut terdapat makam orang-orang Belanda.
“Setelah melakukan pencarian dan percakapan dengan beberapa masyarakat, kami diarahkan pada sebuah lokasi yang pernah menjadi kompleks pemakaman orang-orang Belanda di Kebumen. Menariknya, bukan di lokasi di mana nama “Gang Krekop” berada, namun diseberang “Gang Krekop”. Disitu terdapat sebuah gang kecil dan sungai yang membelah rumah warga serta di atasnya terdapat perbukitan kecil,” katanya.
Teguh Hindarto menegaskan dari percakapan dengan masyarakat setempat diketahui bahwa tanah pemakaman orang Belanda ini disewa dari tanah warga pribumi. Dimana Pemerintah Belanda yang ada di Kebumen kala itu, pernah menyerahkan surat kepemilikan tanah tersebut.
“Kawasa tersebut kini sudah menjadi kompleks perumahan warga. Sekalipun sudah tidak ada bekas makam sama sekali, namun sejumlah penampakkan bekas pintu gerbang dan bekas nisan masih terlihat,” ungkapnya.
Salah satu warga, lanjut Teguh, juga masih mengingat bagaimana dahulu pintu masuk terbuat dari regol dan pintu besi serta sejumlah makam Belanda yang besar dan ditutupi atap bata. Sekitar tahun 1980-an perlahan dan bertahan keberadaan makam tersebut mulai dihuni beberapa rumah. Bahkan dahulu terdapat kereta jenazah yang khas buatan Belanda diletakkan tidak jauh dari lokasi pemakaman.
“Informasi lainnya dari warga, beberapa jenazah orang Belanda yang sudah menjadi tulang ada yang diambil dan dibawa ke Negeri Belanda dan sebagian dikuburkan jadi satu. Entah di mana dikuburkannya,” ungkapnya.
Sekalipun saat ini di kawasan eks kerkhof atau lebih tepatnya Europesche Begraafplaats Kebumen telah berganti menjadi kawasan perkampungan penduduk, Namun Teguh berhasil melakukan pelacakan perihal siapa saja yang pernah dikebumikan di lokasi tersebut.
Dari sebuah data, diketahui terdapat 39 daftar orang-orang yang pernah dikebumikan dilokasi tersebut. Mereka yang dikebumikan di kompleks pemakaman tersebut paling dari tahun 1890 yakni Georgine Mariane Adolphine Simon. Beberapa nama lainnya adalah Nellie van Haeften Kortlandt. Ada juga Hendrik Johannes Jacobus Blom. “Selain itu masih terdapat nama lainnya,” ucapnya.
Itulah sedikit kisah sejumlah figur yang pernah menghuni Europesche Begraafplaats atau kerkhof di Kebumen. Seandainya kompleks pemakaman tersebut masih ada sebagaimana keberadaan Europesche Begraafplaats atau kerkhof di Semanding Gombong tentunya bisa menjadi salah satu tujuan edukasi sejarah melalui kegiatan wisata sejarah lokal maupun kelas sejarah secara outdoor. (mam)