(kebumenekspres.com) YOGYAKARTA - Akibat dari meningkatnya jumlah orang yang terpapar Covid -19 di Indonesia. Sangat berdampak besar bagi pedagang kelontong di Pasar Sidorejo Baru Selomartani Sleman Yogyakarta yang menjadi salah satu sasarannya. Yang seperti kita tahu bahwa Kota Yogyakarta memiliki penduduk yang banyak berkisaran kurang lebih 3 juta penduduk. Toko kelontong yaitu toko yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga seperti sembilan bahan pokok (sembako) yang terdiri dari, beras, gula pasir, minyak goreng, telur dan lain-lain.
Agus Rhidwanto (48) salah satu pemilik toko kelontong tersebut mengutarakan bahwa sebelumnya mengalami penurunan keuntungan. Apalagi disaat Pemerintah menerapkan untuk melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat toko kelontong saya mendapatakan sedikit keuntungan, dan bahkan tidak sedikit toko kelontong yang harus gulung tikar karena terdapat perbedaan pengeluaran dan pendapatan yang mereka dapatkan. Bahkan ntuk mencegah terjadinya kerumunan petugas pasar memberikan batasan oprasional dari jam 05:00 WIB pagi hari sampai dengan 13:00 WIB siang hari sedangkan sebelum adanya covid - 19 ini jam oprasi pasar dari jam lima pagi sampai dengan jam tiga sore, menurut saya ini juga menjadi kendala bagi toko toko kelontong yang sekarang mengalami gulung tikar tersebut.
Saya membuka usaha ini kurang lebih sudah 18 tahun dan pada awal pademi covid - 19 ini saya mengalami penurunan keuntungan selama kurang lebih 2-3 bulan mengalami penurunan, tetapi seiring berjalannya waktu mulai kembali pulih dan sampai sekarang sudah kembali normal seperti biasanya, tutur kata pemilik toko kelontong tersebut.
Tetapi Agus Rhidwanto mengaku bahwa dia menyikapi hal ini dengan biasa saja dan tetap menaati protocol kesehatan yang dianjurkan pemerintah seperti memakai masker, mencuci tangan dan tidak berkerumunan disaat sesekali saya melayani pembeli tetap mematuhi protocol kesehatan dari pemerintah.
Dan sampai saat ini saya sudah mulai beraktivitas dengan berjualan kelontong seperti biasanya perbedaannya hanya saja harus memakai masker dan mematuhi protocol kesehatan. Karena disaat pademi ini banyak yang membutuhkan sembako yang murah seperti yang kita tahun semenjak adanya Covid- 19 ini ada banyak sekali yang terkena phk bahkan pemotongan gaji yang tidak wajar maka dari itu saya tetap membuka toko, ujar nya.
Penulis Adinda Shava Rahmadani, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta (UST) .