cahyo/radmas |
Keempat rumah yang mengalami kerusakan masing- masing milik Darsono (55), Tirah (45), Lia (35) dan Anti (44). Keempat rumah itu berdiri persis di atas tebing di tepian aliran Sungai Gemuruh. Sutirah salah satu warga mengatakan, sejak sore hujan turun deras dan berlangsung lama. Saat itu dia mulai khawatir karena bagian belakang rumahnya mulai retak.
Tak berselang lama, pohon bambu di belakang rumah mulai bergoyang dan roboh. Disusul dengan cepat bagian belakang rumahnya yang terbawa longsor ke arah tepian sungai di atas matras.
“Beruntung kami yang ada dirumah sebanyak 3 orang segera keluar. Karena tembok kamar belakang juga sudah mulai retak- retak di beberapa bagian. Ternyata benar, dapur kami sudah terbawa tanah longsor,” ungkapnya, Kamis (22/9).
Dia dan tetangga sebelah rumah hanya bisa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Karena tebing dengan tinggi kurang lebih 20 meter dan panjang 25 meter itu tidak mungkin diperbaiki sendiri oleh keluarganya.
Lia, warga lainnya mengaku sudah khawatir ketika melihat dari kamar mandi tanah di sebelah rumah milik tetangganya mulai longsor. Hingga menyusul tembok belakang dan kamar mandinya terbawa arus tanah longsor itu.
“Baru kali ini sangat parah. Beberapa tahun lalu pernah longsor, namun hanya kecil. Kami tetap khawatir, karena intensitas hujan masih tinggi jika sore hari. Warga hanya bisa berharap segera ada penanganan dan bantuan dari pemerintah,” tuturnya.
Kepala Kelurahan Purbalingga Lor, Heri Mei Yoga Priyoko mengakui jika kejadian tanah longsor menimpa rumah- rumah di atas tebing itu nyaris setiap tahun. Hanya berganti lokasi saja di sepanjang aliran Sungai Gemuruh. Bahkan puluhan lainnya terancam kondisi yang sama.(amr)
“Beruntung kami yang ada dirumah sebanyak 3 orang segera keluar. Karena tembok kamar belakang juga sudah mulai retak- retak di beberapa bagian. Ternyata benar, dapur kami sudah terbawa tanah longsor,” ungkapnya, Kamis (22/9).
Dia dan tetangga sebelah rumah hanya bisa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Karena tebing dengan tinggi kurang lebih 20 meter dan panjang 25 meter itu tidak mungkin diperbaiki sendiri oleh keluarganya.
Lia, warga lainnya mengaku sudah khawatir ketika melihat dari kamar mandi tanah di sebelah rumah milik tetangganya mulai longsor. Hingga menyusul tembok belakang dan kamar mandinya terbawa arus tanah longsor itu.
“Baru kali ini sangat parah. Beberapa tahun lalu pernah longsor, namun hanya kecil. Kami tetap khawatir, karena intensitas hujan masih tinggi jika sore hari. Warga hanya bisa berharap segera ada penanganan dan bantuan dari pemerintah,” tuturnya.
Kepala Kelurahan Purbalingga Lor, Heri Mei Yoga Priyoko mengakui jika kejadian tanah longsor menimpa rumah- rumah di atas tebing itu nyaris setiap tahun. Hanya berganti lokasi saja di sepanjang aliran Sungai Gemuruh. Bahkan puluhan lainnya terancam kondisi yang sama.(amr)
Berita Terbaru :
- 8.523 Kades dan Lurah se-Jateng Antusias Sambut Peluncuran Koperasi Merah Putih
- Ahmad Luthfi Optimistis 50% Koperasi Merah Putih di Jateng Beroperasi pada 2025
- Demi Ekonomi Keluarga, Program Magang ke Negeri Sakura menjadi Asa Para Pemuda
- Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja, Pemprov Jateng Seleksi Ratusan Peserta Magang ke Jepang
- Pariwisata Olahraga di Jateng Terus Menggeliat, Perekonomian Meningkat
- Ahmad Luthfi Sebut Transaksi Soloraya Great Sale 2025 Sudah Tembus Rp7 Triliun
- Ditinjau Ahmad Luthfi dan Zulkifli, Inilah Potensi Ekonomi KDMP Sumbung Boyolali