• Berita Terkini

    Minggu, 18 Desember 2022

    Gas Metan TPA Kaligending Diubah Jadi Pengganti LPG


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Pemkab Kebumen melalui  Dinas Lingkungan Hidup Kelautan Dan Perikanan (DLHKP) mengembangkan Gas Methana di TPA Kaligending Kecamatan Karangsambung menjadi sumber bahan bakar rumah tangga pengganti Gas LPG. 


    Sejak dikembangkan pada  November 2022 lalu, kini sudah mulai masuk tahap uji coba. Saat ini, sudah ada 8 kepala keluarga menggunakan LPG berbahan Gas Metan ini.


    Kepala DLHKP Kabupaten Kebumen, Asep Nurdiana mengatakan, untuk pengembangan Gas Metana ini, pihaknya mendatangkan tenaga ahli dari TPA Wisata Edukasi Talang Agung Malang. 



    "Tujuan pengembangan Gas Metan ini adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan serti bau tak sedap, kita manfaatkan ini untuk bahan bakar memasak warga sebagai pengganti bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, jadi warga tidak hanya dapat baunya saja tapi juga dapat manfaatnya dari TPA ini," katanya.


    Asep menjelaskan, pengembangan Gas Metan menjadi bahan bakar memasak saat ini baru mencangkup 8 rumah warga. Hanya berjarak 850 meter dari titik sumur reaktor, saluran gas metan dipasang dengan pipa paralon agar mudah secara pemeliharaan. Dilokasi TPA Kaligending saat ini baru dibangun 4 sumur sebagai sumber reaktor Gas Metana.

    "Tahap ini masih terbatas baru sekitar 8 rumah yang terpasang difasilitasi oleh kami, karena masih terkendala jarak lokasi rumah warga yang berjauhan, kedepan akan dikembangkan secara maksimal," ujarnya.


    Sementara itu, Tenaga Ahli Gas Metan TPA Wisata Edukasi Talang Agung Malang, Yoga Pandhika mengatakan, peluang gas metan di TPA Kaligendung cukup bagus, namun tidak semua jenis sampah bisa menghasilkan gas metan ini harus dilihat dari karakteristik sampah dan tingkat kelembabannya.   "Tidak serta merta semua sampah bisa dimanfaatkan, harus dilihat dulu dari karakter sampah, hasil efek dari bakteri urai sampah, cuaca dan suhu serta kelembaban, juga perlakukan pemeliharaan di TPA," katanya didamping rekannya Arifin.

    Tak hanya itu, Yoga menjelaskan pihaknya memasang saluran gas metan di TPA Kaligending ini dengan pipa paralon yang berjarak sekitar 850 meter dari titik sumber hingga lokasi perumahan warga. Saat ini ada 4 titik sumber sumur cell reagen Gas Metana di TPA Kaligending untuk mengaliri 8 rumah tangga. Menurutnya sumbur cell ini bisa dikembangkan untuk mencukupi 20 rumah.

    "Untuk pemasangan dengan pipa paralon ini untuk mengurangi tingkat korosi, karena Gas Metan ini ada kandungan asam dan gas hidrogen sulfida, saat ini baru ada 4 sumur cell reagen untuk 8 rumah, tetapi masih bisa dikembangkan hingga mencangkup 20 rumah," katanya.

    Lebih jauh dijelaskannya, dengan dikembangkan potensi Gas Metana di TPA Kaligending ini bisa mengurangi dampak bau yang membuat pencemaran lingkungan. Satu sumbur cel reagen aktif dapat diambil potensi gas metan selama 8 tahun. "Satu sumur itu bisa menghasilkan gas sampai 8 tahun, tentu juga harus diiringi dengan perawatan," ujar Arifin.

    Gas metan yang sudah dialirkan masuk ke dalam rumah penduduk yang sudah terinstal dengan kompor gas yang dimodifikasi. Namun dalam penyalaan komper dengan gas metan ini, tidak langsung tekan seperti penggunaan kompor Gas LPG, tetapi dibutuhkan korek api sebagai pemantik sumber api. Api yang menyala berwarna biru, bahkan saat siang hari nyala api gas metan ini nyaris tak terlihat.

    "Nyalanya biru, namun untuk panasnya tidak kalah dengan Gas LPG, proses menyalanya harus dengan korek api, karena tidak bisa dengan pemantik seperti kompor gas biasa, dan setiap rumah sudah dibuatkan kran untuk buka tutup aliran gas ini, jadi gas metan ini aman," tambah Arifin.

    Sureni (51) warga Dukuh Kraminan RT 5 RW 1 Desa Kaligeding Kecamatan Karangsambung, ia merasa senang usai rumahnya terpasang aliran gas metana sebagai bahan bakar memasak. Ia menilai gas metan ini lebih hemat, jika biasanya dalam satu bulan ia menghabiskan sekitar 4 tabung  LPG 3 kg untuk memasak.

    "Ya senang sekali sudah dipasang gas metan ini, mudah-mudahan awet dan lebih hemat, untuk memasak sih nggak bau juga matengnya nggak jauh beda dengan gas LPG," katanya diamini Sujarwo (61) warga lain. (fur)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top