• Berita Terkini

    Selasa, 26 Maret 2019

    Warga Karangsambung Masih Lestarikan Tradisi Ambengan

    Saefur Rohman / Kebumen Ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Tradisi saling bertukar (ambeng) makanan saat memeringati Isro' Mi'kraj Nabi Muhammad SAW masih dipegang kuat warga masyarakat Kebumen, khususnya di bagian Utara. Dalam tradisi ini, warga saling bertukar makanan berupa ubarampenya. Menariknya, nilainya bisa mencapai jutaan rupiah.

    Hal itu juga terlihat pada peringatan Isra Mi'raj warga sejumlah desa di Kecamatan Karangsambung, kemarin (24/3/2019). Saat itu, warga membawa besek (keranjang dari bambu). Ukurannya bervariasi. Ada yang tingginya 50 cm hingga 2 meter. Isinya, beraneka macam makanan dan sembako, seperti jajan pasar, makanan ringan, buah - buahan, ayam potong utuh, nasi, sayuran, puluhan butir telur ayam dan bebek hingga daging seekor kambing.    Bila dirupiahkan, bisa mencapai ratusan ribu sampai puluhan juta rupiah.

    Tradisi ini hidup dan lestari di sejumlah desa seperti Desa Wadasmalang, Plumbon, Pujotirto dan wilayah sekitar itu.  "Ya kadang ada 5 - 10 ekor ayam, kadang kambing hidup juga ada," kata Mohammad Toha (50) warga Dukuh Kedondong RT 5 RW 5 Desa Plumbon.

    Tak hanya sampai disitu ambengan tersebut dikategorikan menjadi tiga yakni ukuran kecil yang menggunakan plastik untuk anak - anak, ukuran keranjang kecil bagi tamu undangan dan ukuran besar ditujukan kepada kyai pejabat dan orang khusus yang telah beri nama.

    "Biasanya warga yang membuat tidak boleh membawa pulang. Yang boleh membawa yakni warga desa tetangga. Jika ukuran besar biasanya sudah dipesankan untuk pak kyai, pejabat, dan nama khusus, misal untuk si A dan si B itu sudah komplet ditujukan beserta namanya dan langsung diantar oleh panitia sampai rumah yang dapat," kata Ahmad Nasir Mustofa yang juga panitia.

    Selain itu, warga lain juga ada yang memberikan ambengan berupa satu ekor kambing hidup. Ambengan semacam ini sudah diberikan untuk orang yang dituju. "Saling balas, jika sekarang dapat tahun depan juga sebaliknya untuk memberikan kepada orang yang telah memberi sekarang," kata Mohammad Toha.

    Soal belanja warga setempat mengaku mereka mempersiapkan sejak dua hari. Yakni pergi ke pasar mencukupi kebutuhan pembuatan ambengan hingga mereka harus menabung berbulan - bulan untuk memberikan balik kepada orang yang telah memberi.

    Ketua Panitia Peringatan Isro' Mi'kraj Nabi Muhammad SAW Masjid Miftahulhuda, Desa Wadasmalang Ahmad Nasir Mustofa, mengatakan tradisi ambengan sudah berusia puluhan tahun sebagai budaya nenek moyang.

    Untuk tahun ini, katanya, tidak dibuat "jopr-joran" seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan hasil dari kesepakatan panitia untuk menekankan kepada warga untuk tidak membuat ambengan super jumbo.

    "Tahun ini lebih kecil, namun pesertanya lebih banyak. Ini disepakati dari panitia untuk lebih menekan pengeluaran warga. Satu kepala keluarga hanya dijatah maksimal 6 ambengan," katanya.

    Namun pada prakteknya, warga masih banyak membuat ambengan dalam jumlah banyak hingga 19 keranjang yang masing - masing didalamnya terdapat satu potong ayam utuh.
    Darisun (55) salah satu pembuat ambengan 19 keranjang mengaku ia ikhlas menghabiskan uang puluhan juga untuk membuat ambengan rajaban. "Ikhlas Mas. Ini sama saja dengan bersedekah," katanya.(fur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top