• Berita Terkini

    Selasa, 10 April 2018

    Sejumlah Elemen Masyarakat Prihatin dengan Kondisi Gombong

    KEBUMEN (kebumenekspre.com)-  Sejumlah elemen masyarakat Gombong, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kota yang mereka sangat cintai itu. Sebagai kota penuh potensi, gerak pembangunan di Gombong saat ini dinilai stagnan.

    Merekapun meminta, ada perhatian lebih dari Pemerintah dalam upaya menata Kota Gombong agar bisa menjadi kota kebanggaan di Kebumen.

    Hal itu terungkap dalam diskusi atau urun rembug yang digelar di Pondok Makan Pak Muh, Sempor, Senin (9/4/2018). Sejumlah elemen masyarakat lintas komunitas hadir pada diskusi  yang digagas tokoh muda Kebumen, Herwin Kunadi tersebut.

    Tampak kemarin, Ketua Pimpinan Daerah LDII Kebumen H Birman Abdul Syukur, Ketua FUI dan Majelis Peduli Masjid, Mundir Hasan, Deputi Program Roemah Martha Tilaar Sigit Tri Prabowo, komunitas Sedulur Gombong, relawan komunitas Gertaks, PAC Ansor, serta para tokoh masyarakat di wilayah Kecamatan Gombong. Ada juga, unsur kelurahan serta kepala desa di Kecamatan Gombong serta Polsek setempat.

    Hadir pula, Camat Gombong Supoyo serta Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) Kabupaten Kebumen, Edi Riyanto beserta jajaran, termasuk dari Bappeda Kabupaten Kebumen.

    Hasil dikusi menyepakati akan dibentuk forum sebagai perwakilan warga Gombong. Sekaligus, merumuskan konsep dengan pemerintah.

    Mundir Hasan mengatakan, Gombong seharusnya bisa menjadi kota besar dengan segala potensinya. Namun, saat ini justru terlihat stagnan perkembangannya. Terutama dari sisi fisik. Yang dia lihat, minimnya perhatian Pemkab menjadi salah satu penyebabnya. Padahal, Gombong seperti diakui banyak pihak, lebih terkenal dari Kebumen sekalipun.

    "Gombong sudah punya dua Bupati dari masa Bu Rustriningsih dan Pak Fuad (Mohammad Yahya Fuad). Namun dari sisi fisik, tidak ada yang baru. Padahal yang saya rasakan dan sudah diakui, Gombong lebih terkenal dari Kebumen," katanya.

    Agar ada perubahan signifikan, masyarakat diminta tidak terlalu bergantung kepada Pemda."Oleh karena itu melalui forum ini kami berharap nanti terbentuk forum khusus apalah namanya yang nantinya ikut memikirkan kemajuan Gombong," katanya.

    Sementara itu, Herwin Kunadi, mengatakan urun rembug sebagai upaya mengakomodir elemen lintas komunitas dalam rangka mendorong pemrintah membenahi tata kota juga persoalan lain seperti sampah, lingkungan bahkan sosial di wilayah Gombong.

    Pembenahan dirasa makin penting, mengingat Gombong sudah punya wacana akan menjadi kota pusaka di tahun 2020. "Kami berharap ada arah dan tujuan dan mungkin ikon yang melekat di kota Gombong yang nantinya bisa menjadi acuan perubahan menjanjikan di masa mendatang," ujarnya.

    Lintas komunitas tersebut, ditegaskan Herwin, ingin menjadi mitra dan pendukung pemerintah. Bukan musuh melainkan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap kota yang mereka cintai. Dalam skala lebih luas, gerakan ini diharapkan menjadi embrio bagi gerakan lebih besar di masa depan. Untuk Kebumen, misalnya.

    "Kami ingin membantu, bukan menghakimi. Kami ingin bersinergi dengan pemerintah. Kami yakin pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri tanpa kepedulian masyarakat Gombong pada umumnya," ujar pria yang juga GM Obyek Wisata dan sejarah Benteng Van Der Wijck tersebut.

    Ngadiyo, tokoh masyarakat Gombong dan Mantan Danramil mengaku siap mendukung gerakan membangun Gombong. "Saya siap 24 jam," katanya.

    Sigit Tri Prabowo, menyampaikan pembicaraan soal Gombong sebenarnya tak hanya berkutat pada Kota Gombong. Namun melingkupi kecamatan di sekitar, baik Karanganyar, Ayah, Puring, Karanggayam dan Rowokele.

     Selain persoalan terkait fisik, pembangunan non fisik juga tak kalah penting bagi Gombong. "Kami melihat ada kecenderungan warga Gombong mengalami penurunan rasa bangga dengan daerah asalnya atau teritorial pride yang menurun," ujarnya.
    (cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top