• Berita Terkini

    Minggu, 06 November 2016

    Kehadirannya tak Diinginkan, Anak Dianiaya Ibu Kandung

    ILUSTRASI
    KUDUS – Kasus penyiksaan oleh ibu kandung yang dialami anak perempuan berinisial SD, 14, memang memprihatinkan. Saat ini, SD masih ditampung oleh Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA). Namun, ibu kandungnya tidak berniat menjenguk anaknya itu.

    Hal itu disampaikan Kabid Sosial Yayasan JPPA Noor Hani’ah. Dia telah mendatangi ibu kandung SD, WS. Namun Hani’ah mendapatkan penolakan. “Ibunya (WS) tidak mau menjenguk SD. WS mengaku SD merupakan anak yang tidak diharapkan keluarga. Tidak tahu apa alasannya. Hal itulah yang memicu terjadinya penganiayaan terhadap SD,” katanya.

    Dia memastikan, SD anak sah dari WS. Bahkan, mereka memeliki kemiripan wajah. Kendati demikian, korban tidak disukai keluarganya dan ayahnya sudah meninggal.
    Haniah menuturkan, pihaknya telah menggelar pertemuan tertutup dengan WS. Ibu kandungnya itu mengaku belum berniat bertemu dengan putrinya. Selain sibuk, ibu korban mengaku belum memaafkan korban tanpa alasan jelas. “Hingga kini belum dijenguk. Padahal saya sudah beri nomor telfon dan alamat keberadaan korban. Tapi belum ada reaksi apa-apa (dari ibunya),” jelasnya.

    Kendati demikian, JPPA masih memberi waktu selama satu bulan. Jika korban tidak dijenguk, keluarga akan diberi “pelajaran”. Selain itu, hak asuh SD akan dilimpahkan ke JPPA. “Saya tidak ingin memisahkan orang tua dan anak. Tapi kalau orang tuanya begitu (tak mau menerima) saya siap merawat,” paparnya.

    Hani’ah juga tetap ingin mempersatukan anak dan ibu kandung tersebut. Jika ada masalah, kedua belah pihak dapat menyelesaikan dengan cara kekeluarga tanpa penyiksaan.
    Sementara itu, SD telah dibelikan seragam dan buku oleh JPPA. Sebab, sebelumnya sebagian seragam dan buku sekolahnya dibakar ibunya. “Saat ini SD sudah mulai sekolah lagi,” kata Hani’ah.

    Selain itu, korban tidak takut lagi bertemu dengan orang lain. Meski awal masuk sekolah masih diantar JPPA. “Awalnya masih diantar. Namun kini sudah naik angkot sendiri, pulangnya diantar guru di sekolahnya,” terangnya.

    Korban saat ini masih dalam pantauan JPAA dan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Kelauraga Berencana (BPMPKB) Kudus. Kebutuhan korban dijamin kedua pihak tersebut.

    Selain itu korban juga masih diterapi psikologis. Sebab, korban mengalami trauma akibat penyiksaan dan tidak mendapatkan kasih sayang orang tuanya selama tiga tahun.

    Hal itulah yang membuat korban merasa sendiri dan terabaikan.

    Sebagaimana diketahui, SD, warga Desa Besito, Gebog, minggat lantaran diduga mengalami penyiksaan oleh WS, orang tua kandungnya sepekan lalu. SD awalnya pergi dari

    rumah sekitar pukul 15.00 ke rumah teman sekolahnya MY sekitar sepekan lalu. Rumah MY masih satu kecamatan dengan SD. Korban pergi tanpa membawa pakaian ganti, namun

    membawa tas berisi buku. Dia menginap di rumah temannya satu malam.

    Karena takut dituduh menculik, ibu MY lantas menyerahkan SD ke BPMPKB Kudus pada Kamis (27/10) lalu. SD lantas dimintai keterangan terkait. Saat dimintai keterangan,

    korban sempat menangis dan meminta perlindungan. Bahkan, korban juga mengatakan agar tidak memanggil ibunya lantaran takut disiksa.
    Setelah mendapat keterangan dari korban, BPMPKB lantas menyerahkan ke JPPA Kudus untuk ditampung. Selain itu, juga untuk memberikan jaminan dan kemanan. (mal/lin)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top