• Berita Terkini

    Minggu, 30 Agustus 2015

    Kebakaran Merbabu Ulah Pendaki

    RADARSOLO
    BOYOLALI – Kebakaran hutan Gunung Merbabu akibat ulah para pendaki yang lalai mematikan perapian. Para pendaki muncak saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI Ke-70. Pecinta alam yang peduli terkait lingkungan pun ikut menyayangkan pendaki yang ceroboh tersebut.

    Informasi yang berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Solo kemarin (29/8), setidaknya ada empat ribu pendaki yang merayakan HUT Kemerdekaan RI Ke-70 di Puncak Gunung Merbabu. Karena kelalaian para pendaki memadamkan api bekas perapian, maka api dapat dengan cepat menjalar. Terlebih hutan Merbabu didominasi rumput sabana kering hingga ke vegatasi hutan.

    Ditambah dengan embusan angin kencang membuat api semakin cepat menjalar dan mengakibatkan kebakaran hutan Gunung Merbabu. Kordinator Perlindungan dan Pengamanan Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) Kurnia Adi Wirawan memperkirakan sekitar 60 hektare hutan hangus terbakar. Jumlah tersebut meliputi kawasan Salatiga, Magelang, Semarang, dan Boyolali.

    ”Sekitar 60 hektare hutan yang terbakar. Itu baru perkiraan saja. Namun secara pasti kami belum melakukan pengukuran di lapangan terkait luas hutan yang terbakar," terang Wawan. Kebakran hutan Merbabu yang terjadi kali ini setidaknya dapat menjadi pelajaran bagi semuanya, khususnya para pecinta alam.

    Menurut dia, dengan kejadian ini, akibatnya sangat besar. Yakni yang seharusnya dapat merawat alam, namun dengan adanya kebakaran itu, vegatasi hutan Merbabu menjadi rusak. Untuk memudahkan perhitungan dan mengantisipasi terjadinya kebakaran susulan, saat ini pihaknya masih menutup jalur pendakian ke Gunung Merbabu.

    Penutupan dari semua jalur ini hingga batas waktu yang belum ditentukan. Antara lain, Pos Selo Boyolali, Pos Kopeng, Tekelan Kabupaten Semarang, dan Pos Keteb dan Suwanting, Magelang. ”Penutupan pendakian juga untuk kepentingan konservasi kawasan hutan dan pemulihan jalur pendakian pascakebakaran. Kami sudah koordinasi dengan petugas-petugas yang ada di pos pendakian untuk menutup jalur,” papar dia.

    Jalur pendakian ke Merbabu akan kembali dibuka bila kondisinya benar-benar sudah kondusif. Pihaknya tidak ingin mengambil risiko membuka jalur pendakian dalam waktu dekat ini. Hal tersebut mengingat musim kemarau masih panjang.

    Jika ada puntung rokok, percikan api, atau api unggun dari pendaki di tengah kemarau ini cukup berpotensi menimbulkan kebakaran susulan. ”Kami telah melakukan sosialisasi pada petugas di pos pendakian, relawan, dan masyarakat di lereng Merbabu untuk masih menutup semua jalur pendakian," jelasnya.

    Dia mengimbau para penduduk dan pendaki berhati-hati dalam penggunaan api. Penyebab kebakaran hutan Merbabu selama ini dikarenakan faktor human error. Bagi para pendaki agar lebih meningkatkan konsentrasi terhadap alam.

    Sementara itu hal, salah Pecinta Alam (PA) Bonopala, Pungkas Adi Prsetyo asal Solo, menyesalkan isiden terbakarnya hutan di kawasan Gunung Merbabu. Sebab, meskipun dia berasal dari Solo, namun bersama teman-temannya sering sapu jagat  (membersihgkan sampah gunung ) di Gunung Merbabu, untuk menjaga kelestarian alam. ”Gunung Merbabu bagi kami tidak asing lagi. Sebab kami kerap melakukan pendakian dan untuk sapu gunung,” tuturnya.

    Dia berharap kepada PA lainnya agar tetap menjaga kelestairan gunung, baik Gunung Merbabu maupun gunung-gunung lainnya. Sebab dengan menjaga gunung, telah menjaga kehidupan ini untuk masa depan kelak. (wid/un)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top