SUBEKAN/RADAR KUDUS |
Pria berusia 47 tahun ini ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Dia ditemukan dengan kondisi tangannya bersedekap, seperti menahan kepanasan. Tubuh warga RT 3/RW 6, Dukuh Ketringan, Desa Nglengkir, Bogorejo ini, hangus karena terpanggang batu gamping.
Kejadian ini berawal Wajib bersama empat temannya, Eko Santosa, Tosim, Tarno, dan Agus Supriyanto. Kelima orang ini masuk sif malam. Di antara itu, Wajib bersama Tosim dan Tarno bertugas di bagian bawah. Sedangkan Eko dan Agus bertugas di atas cerobong. Keduanya yang mengisi batu gamping dari atas untuk dibakar.
Hasil pembakaran itu diambil oleh korban. Selepas itu, hasil pembakaran yang masih panas diserahkan ke Tosim untuk diangkut keluar. Sedangkan, Tarno berjaga menjaga api agar tetap hidup.
Saat Wajib mengambil batu gamping yang sudah jadi itu tiba-tiba cerobong runtuh. Korban yang mengambil gamping tidak sempat menghindar. Sedangkan warga RT 6/RW 2, Desa Terpurejo yang mengambil hasil dari korban berhasil selamat. Pria berusia 47 tahun ini mengalami luka ringan dibagian kaki dan tubuhnya. “Saya hanya terkena reruntuhan sedikit. tubuh saya masih sakit semua,” papar Tosim kemarin.
Dia mengaku, masih shock. Sehingga tidak bisa bercerita panjang lebar. Dia tidak menduga akan mengalami musibah tersebut. apalagi salah satu rekannya meninggal dunia.
Eko Santosa mengakui, korban bertugas sebagai tukang pengambil gamping yang sudah matang dalam pembakaran tersebut. “Saat itu saya menaikan batu dengan mesin di dalam jobong. Tahu-tahu jobong ambrol,” ungkapnya.
Ketika melihat kejadian itu, dia bersama temannya langsung bergegas turun ke bawah untuk melihat kondisi rekan kerja. Dengan berbekal senter, dia tidak berhasil menyelamatkan nyawa korban. Sebab, kondisinya panas dan tidak memungkinkan melakukan penyelamatan secara manual. “Langsung turun bersama teman saya. Sedangkan Tosim dan Tarno berhasil menyelamatkan diri. Wajib tertimbun di dalamnya,” imbuhnya.
Dia menerangkan, korban baru bekerja sekitar 10 hari yang lalu. Tapi nahas Wajib meninggal dengan tertimbun ambrolnya jobong tersebut.
Sedangkan, Agus Supriyanto, salah satu pekerja lain mengatakan, kejadian bermula saat para pekerja melakukan kegiatan masing-masing. Tiba-tiba jobong yang tingginya kurang lebih 15 meter ini ambrol ke bawah.
Untuk kedalaman Jobong sendiri ada sekitar tiga meter. Jarak untuk menaikkan gamping yang matang sekitar empat meter. “Jobong ini beroperasi 24 jam penuh. Malam ada lima karyawan dan siang ada sembilan orang. Kebetulan Wajib bersama saya dapat malam hari,” ungkapnya.
Agus menambahkan, lima tahun lalu pernah terjadi kejadian serupa. Bahkan. saat itu menimbulkan tiga korban jiwa. Tetapi di lokasi lain. Tak hanya itu lima tahun lalu di tempat yang sama pernah terjadi kebakaran rumah, tapi waktu itu belum digunakan sebagai jobong.
Untuk mengevakuasi korban yang tertimbun, BPBD mendatangkan alat berat dan pemadam kebakaran. Proses evakuasi sendiri berjalan alot. Lantaran korban tertimbun reruntuhan yang masih panas dan gamping yang masih membara.
Evakuasi baru dimulai pukul 07.30. Korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 13.00. lamanya proses evakuasi itu, karena menunggu datangnya alat berat ke lokasi kejadian. Sementara warga hanya berani menyingkirkan batu gamping di sekitar lokasi. “Kami harus mendatangkan alat berat. Kalau secara manual terlalu riskan dan bisa menimbulkan korban jiwa lagi,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Blora Sri Rahayu.
Terpisah, Kapolsek Bogorejo Iptu Putoro Rambe menerangkan, akan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pihaknya telah meminta keterangan dari rekan korban. Namun, keterangan itu belum maksimal. Lantaran saksi masih shock.
Sedangkan, pemilik pembakaran batu gamping, Ramuji, 45, warga Desa Gayam, juga sudah dimintai keterangan. “Belum bisa menyimpulkan. Sementara ini kami masih kembangkan untuk penyelidikannya,” ungkapnya.
Dari pantauan Jawa Pos Radar Kudus di lokasi ratusan warga berbondong bondong melihat prose evakuasi dari pagi sampai proses selesai. Korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 13.00 BPBD dibantu TNI, polisi, Satpol PP, muspika, perangkat desa, dan warga setempat.
Jenazah ditemukan sudah dalam keadaan hangus terbakar dengan luka bakar di sekujur tubuhnya. Korban masih menggunakan pakaian kerja. Setelah dievakuasi korban langsung diserahkan Polsek Bogorejo kepada keluarga Korban untuk dimakamkan. (sub/ris)
Dia menerangkan, korban baru bekerja sekitar 10 hari yang lalu. Tapi nahas Wajib meninggal dengan tertimbun ambrolnya jobong tersebut.
Sedangkan, Agus Supriyanto, salah satu pekerja lain mengatakan, kejadian bermula saat para pekerja melakukan kegiatan masing-masing. Tiba-tiba jobong yang tingginya kurang lebih 15 meter ini ambrol ke bawah.
Untuk kedalaman Jobong sendiri ada sekitar tiga meter. Jarak untuk menaikkan gamping yang matang sekitar empat meter. “Jobong ini beroperasi 24 jam penuh. Malam ada lima karyawan dan siang ada sembilan orang. Kebetulan Wajib bersama saya dapat malam hari,” ungkapnya.
Agus menambahkan, lima tahun lalu pernah terjadi kejadian serupa. Bahkan. saat itu menimbulkan tiga korban jiwa. Tetapi di lokasi lain. Tak hanya itu lima tahun lalu di tempat yang sama pernah terjadi kebakaran rumah, tapi waktu itu belum digunakan sebagai jobong.
Untuk mengevakuasi korban yang tertimbun, BPBD mendatangkan alat berat dan pemadam kebakaran. Proses evakuasi sendiri berjalan alot. Lantaran korban tertimbun reruntuhan yang masih panas dan gamping yang masih membara.
Evakuasi baru dimulai pukul 07.30. Korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 13.00. lamanya proses evakuasi itu, karena menunggu datangnya alat berat ke lokasi kejadian. Sementara warga hanya berani menyingkirkan batu gamping di sekitar lokasi. “Kami harus mendatangkan alat berat. Kalau secara manual terlalu riskan dan bisa menimbulkan korban jiwa lagi,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Blora Sri Rahayu.
Terpisah, Kapolsek Bogorejo Iptu Putoro Rambe menerangkan, akan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pihaknya telah meminta keterangan dari rekan korban. Namun, keterangan itu belum maksimal. Lantaran saksi masih shock.
Sedangkan, pemilik pembakaran batu gamping, Ramuji, 45, warga Desa Gayam, juga sudah dimintai keterangan. “Belum bisa menyimpulkan. Sementara ini kami masih kembangkan untuk penyelidikannya,” ungkapnya.
Dari pantauan Jawa Pos Radar Kudus di lokasi ratusan warga berbondong bondong melihat prose evakuasi dari pagi sampai proses selesai. Korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 13.00 BPBD dibantu TNI, polisi, Satpol PP, muspika, perangkat desa, dan warga setempat.
Jenazah ditemukan sudah dalam keadaan hangus terbakar dengan luka bakar di sekujur tubuhnya. Korban masih menggunakan pakaian kerja. Setelah dievakuasi korban langsung diserahkan Polsek Bogorejo kepada keluarga Korban untuk dimakamkan. (sub/ris)
Berita Terbaru :
- Jadi Syarat Perpanjangan Kontrak, 46 Nakes Ikuti Platihan BTCLS
- Khamidah Terpilih Sebagai Ketua IBI Kebumen Periode 2023-2028
- Perangkat Desa Tunggu Janji Pemerintah Soal Siltap Setara ASN Golongan II A
- 7 Kandidat Bersaing Jadi Ketua IBI Kebumen
- Jaga Ketahanan Ekonomi, Sumanto Minta Pemprov Perkuat Sektor Unggulan
- KPK dan DPRD Jateng Sepakat Tingkatkan Koordinasi Pencegahan Korupsi
- Ajak Ngopi Bareng Ojol, Satlantas Sosialisasikan Keselamatan Lalu Lintas