• Berita Terkini

    Jumat, 23 Juni 2023

    Kisah Sebuah Nisan Tua Bergaya Eropa di Pemakaman Tionghoa Kebumen


    Bukti Masyarakat Tionghoa sudah Jadi Bagian Kebumen sejak Era Kolonial




    Kebumen sarat akan cerita sejarah. Salah satunya, kompleks pekuburan Tionghoa (Bongpay) di Desa/Kecamatan Pejagoan ini. Bagaimana kisahnya?


    ------------------------

    IMAM WAHYUDI, Pejagoan

    -------------------------

    Sebuah kompleks pekuburan Tionghoa (Bongpay) di Desa/Kecamatan Pejagoan Pejagoan berada di Kawasan perbukitan. Jika melihat daftar nama orang-orang yang dikebumikan tampak sudah sangat tua. Ini baik dengan aksara Latin biasa maupun aksara Han yang diterjemahkan. 

    Terdapat juga yang ditulis dalam aksara Han yang masih teridentifikasi maupun yang sudah terhapus dimakan zaman. Menyiratkan betapa usia nisan dan kompleks pemakamaman sudah sangat tua.

    Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips Teguh Hindarto SSos MTh menyampaikan Kompleks Bongpay tersebut sudah ada sejak era kolonial. Hal ini dibuktikan dalam sebuah laporan berita mengenai penganggaran tahunan beberapa lokasi yang salah satunya kompleks pemakaman. 

    Sebelum tahun 1936, Pejagoan adalah sebuah district (kawedanan) di bawah regentschap (kabupaten) yaitu Karanganyar.  Bukti selanjutnya adalah tersebarnya sejumlah nama dengan menggunakan aksara Han yang tidak mudah untuk diterjemahkan mengingat usianya yang cukup tua. Baik di bawah bukit maupun di atas bukit. Bisa jadi dari periode tahun 1900-an atau mungkin sebelumnya. “Dari sekian penampakan Makam Tionghoa ada tiga titik lokasi yang menarik. Ada yang terletak di tanah yang lapang dan ada yang tertutupi semak-semak. Satu hal yang mencolok adalah arsitektur yang mengitari makam tersebut,” tuturnya, baru-baru ini.

    Selain Mu Bei atau nisan yang memuat tulisan identitas makam, ada yang membedakan posisi ketika makam tersebut dibandingkan makam yang lain. Yakni tidak terdapat Mu Gui atau Karapas Kura-Kura (gundukan bukit sebagai tempat peti jenazah disemayamkan). Sebaliknya, terdapat struktur lengkungan dan kolom pilar Yunani bergaya Doric di kedua sisi  Mu Bei dan tanpa adanya atap bangunan. 

    “Seolah hendak menyiratkan makna bahwa yang terbaring di tanah adalah beratapkan langit. Kesamaan bangunan tersebut bisa dimaknai ketiganya memiliki keterhubungan atau bisa jadi menjadi model arsitektur nisan pada zaman itu,” katanya.

    Entah milik siapa pemilik nama ketiga bangunan makam kuno tersebut,  Teguh merasa tidak memiliki kompetensi membaca teks berkarakter Hanzi. Nampak megah ditimpa cahaya matahari di atas perbukitan, sekalipun ada yang nampak kusut, kumuh dan menyeramkan karena tertutupi semak serta tidak terawat.

    Adakah nilai penting mengkaji nisan-nisan di pemakaman Tionghoa khususnya yang berada di Pejagoan. Pertama, keberadaan makam Tionghoa (termasuk makam non Tionghoa) bukan sekedar tempat untuk menguburkan jenazah orang-orang yang sudah meninggal. Sebaliknya, kompleks pekuburan bisa menjadi sarana memahami kompleksitas sosial budaya orang-orang yang dimakamkan di dalamnya. “Keberadaan nisan berbeda abad dan tahun ibarat sebuah teks yang harus dibaca dan dianalisis,” jelasnya.

    Berangkat dari perspektif sosiologis, maka bisa mempelajari makna-makna simbolik keyakinan dan kebudayaan masyarakat Tionghoa di dalamnya. Mengapa setiap kompleks pekuburan selalu dipilih perbukitan, mengapa nisan Tionghoa mengikuti pola tertentu mulai dari Mu Bei (nisan yang memuat tulisan identitas makam), Mu An Qian Kao (bangunan berupa tembok yang mengelilingi makam), Mu An Qian Kao (bangunan berupa tembok yang mengelilingi makam), Mu Cheng (tembok pembatas pada sisi luar Mu An Qian Kao), altar di sekitar nisa dan lainnya. 

    Kedua, Keberadaan Makam Tionghoa di Pejagoan khususnya juga menyediakan informasi berharga mengenai struktur sosial penyangga kota yang sudah ada sejak era kolonial. Masyarakat Tionghoa baik di Kebumen dan Karanganyar era Hindia Belanda telah menjadi bagian dari struktur sosial selain masyarakat Jawa . 

    Ketiga, keberadaan makam Tionghoa di Pejagoan memperlihatkan status sosial seseorang. Keberadaan tiga makam Tionghoa dengan nisan beraksara Han dan tembok dengan kolom pilar Yunani bergaya Doric, tentu mencerminkan strata sosial mereka yang dimakamkan di situ. “Bisa jadi seorang pengusaha atau seorang pejabat publik di masa lalu,” ucapnya. (mam) 


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top