• Berita Terkini

    Senin, 12 September 2022

    Melihat Budidaya Entok Hias Milik Salukman


    Berawal dari Cinta, Berharap Bisa "Ciptakan" Entok Khas Kebumen




    Selama ini, Kebumen lebih dikenal dengan peternakan sapi PO. Bahkan Kebumen boleh disebut sentra sapi PO. Ini setelah hampir seluruh warga di daerah pesisir selatan memilik sapi. Jadi menarik melihat  Salukman (30), warga Desa Tepakyang, Adimulyo ini. Alih-alih budidaya sapi, ia malah memilih entok sebagai peliharaan

    -----------------------

    KEBUMEN EKSPRES

    -----------------------

    Masyarakat awam mungkin melihat entok sebagai hewan untuk bahan masakan rica-rica atau entok goreng. Tapi dari tangan dingin Salukman entok ternyata memiliki nilai lebih. 


    Sejak 2018, Salukman sudah hobi mengkoleksi entok. Kini, hampir 70 entok pilihan ia koleksi dan budidayakan. Dari hasil budidaya itu setiap bulan ia mampu menghasilkan keuntungan rata-rata hingga jutaan rupiah. "Dari anakan entok sebulan bisa keluar 150 ekor. Satu ekor dijual Rp 40 ribu. Tinggal dikalikan aja. Itu minim-minim segitu," katanya, Rabu (7/9).


    Harga satu ekor entok usia sedang pun berbeda dari entok yang beredar di pasaran. Mulai Rp 4-5 juta per ekor tergantung estetik bulu dari entok sendiri. Entok motif ini cenderung lebih mahal dari jenis entok khusus kriteria bobot yang dipatok Rp 2-3 juta. "Sekarang sudah banyak, karena untuk bibit lomba. Bisa dibilang setiap daerah ada yang koleksi," ucapnya.


    Selain meneruskan orang tua yang suka memelihara unggas, kegandrungan Salukman mengkoleksi entok semakin menjadi setelah muncul komunitas yang sejalan dengan hobinya. Khusus di Kebumen saja ada sedikitnya 100 orang yang tergabung dalam komunitas tersebut. 


    Di kalangan kolektor entok, hewan dengan nama latin Cairina Muscovy Duck ini ternyata banyak jenis. Seperti milenial, batik, brown, ripple, metalik dan sebagainya. Masing-masing itu punya motif bulu berbeda yang menjadikan karakter setiap entok. Kebanyakan para kolektor akan berburu jenis entok yang memiliki bulu eksotis. "Khusus kontes jenis banyak. Saya lebih suka ke entok putihan sama prioritas bobot. Paling besar ada 5,5 kilogram. Biasanya teman nyebut entok monster," jelasnya.


    Salukman mengatakan untuk menekuni hobi koleksi entok pilihan ini butuh ongkos tidak sedikit. Dihitung mulai dari pembelian bibit unggulan, kebutuhan pakan dan perawatan. Seperti halnya hewan peliharaan lain, entok hias ini juga rutin diberikan vaksin agar terlindungi dari hama maupun penyakit menular. "Dedak gilingan kulit padi itu bisa habis satu kwintal sebulan. Belum vaksin, vitamin sama jagung giling," bebernya.


    Kedepan, Salukman bersama rekan lain akan mencoba menghasilkan jenis entok khas Kebumen. Karena sejauh ini Kebumen belum memilki entok lokal unggulan. "Bisa nanti persilangan dengan angsa atau dari tempat lain. Itu bisa supaya bobot super atau corak bulu lebih bagus. Selama ini yang terkenal Blitar," pungkasnya. 


    Hewan jenis unggas itu saban hari diperhatikan perkembangannya. Mulai dari kondisi bulu, kesehatan hingga bobot. Aneh memang, tapi siapa sangka dari aktivitas itulah kini berubah menjadi kran baru pemasukan ekonomi keluarga Salukman



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top