• Berita Terkini

    Kamis, 03 Februari 2022

    Menelusuri Jejak Sejarah Bendung Bedegolan, Desa Jlegiwinangun Kutowinangun


    Diperkirakan Berusia 170 Tahun, Sempat Hancur Dihantam Banjir Hebat 


    Sekalipun Bendungan Bedegolan di Desa Jlegiwinangun Kutowinangun tertulis dibangun pada tahun 1989, seperti keterangan di papan informasi, namun sejatinya keberadaanya telah ada sejak sejak era kolonial. Seperti apa ceritanya?

    -------------------------

    IMAM WAHYUDI, Kebumen

    -------------------------

    Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips Teguh Hindarto SSos MTh menyampaikan, Bendungan Bedegolan, tertulis dalam  salinan laporan yang dimuat dalam surat kabar De Javaasche Courant pada 10 Desember 1867.


    Dalam artikelnya,  De Javaasche Courant menyebut Verslag terdapat data "Omtrent de daarstelling van de waterleiding Bedegolan uit de rivier Gebang in de afdeeling Keboemen, residentie Bagelen". Ini mempunyai  arti, Laporan: Tentang Pemasangan Saluran Air Bedegolan Dari Sungai Gebang di Afdeling Keboemen, Karesidenan Bagelen. 


    Di masa ini, bendung tersebut dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak dan dibangun tahun 1989. Ini berada di dua kawasan yaitu Desa Kabuaran Kecamatan Prembun untuk pusat bendung dan pintu air, dan Desa Njlegiwinangun Kecamatan Kutowinangun saluran kanal yang membujur ke selatan.


    “Penjaga bendungan Tugino menyebutkan Bendungan Bedegolan untuk kebutuhan air yang disalurkan mengairi lima Kecamatan. Ini meliputi  Mirit, Bonorowo, Ambal, Kutowinangun, Prembun khususnya untuk keperluan irigasi pertanian,” tuturnya


    Teguh menegaskan, masyarakat kerap menyebut pintu air dengan istilah “Selis”. Ini sebenarnya dari Bahasa Belanda yakni “sluis”.  Kurang lebih 1 kilometer dari bendung di dukuh Bedegolan di tepian sungai masih terlihat sebuah penampakkan bekas fundasi pintu air. Masyarakat sekitar biasanya menamainya dengan "sluis mati".


    “Dalam sebuah laporan dijelaskan tahun-tahun penting pembangunan saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Bahkan Bupati Kebumen Arung Binang IV sejak tahun 1834 telah mencanangkan pembukaan saluran irigasi dengan memanfaatkan titik suplai air (prise d’eau) dari Dasoen (tidak jelas lokasinya di mana hanya disebut 2 paal dari Bedegolan). Karena mengalami keruntuhan tahun 1836, maka dibuatlah titik suplai air di Djambangan (1 paal di bawah Dasoen),” jelasnya.


    Sedangkan pada tahun 1851, seorang insinyur dari dinas perawatan jalan bernama Holm memulai membuat desain saluran air di Bedegolan. Saluran ini memiliki panjang 7.965 hasta. Adapun titik suplai air di pusatkan di Kedong Joh. Biaya yang dikeluarkan sebesar f. 122.600 melalui proses kerja wajib dengan biaya per hari sebesar f 0,10.


    “Pekerjaan pembuatan saluran irigasi tidak sekali jadi. Karena terlacak pada tahun 1857 pekerjaan terus berlangsung dan tahun 1859 pekerjaan pembuatan pintu air diselesaikan. Namun karena adanya bencana banjir mengerikan pada 20 Februari 1861 maka bendung dan saluran air yang dibuat rusak hebat,” ungkapnya.


    Atas saran Ir Holm, lanjut Teguh, maka pada akhir tahun 1863 dan awal tahun 1864 dimulai kembali saluran parit yang baru. Ini dengan masih tetap memanfaatkan titik suplai air dari Kedong Joh menuju saluran air Bedegolan. Pada tahun 1866 pekerjaan dimulai kembali dan berakhir pada Oktober 1867 sehingga bisa dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.


    Teguh juga menyampaikan jika tahuh 1901 direncanakan perbaikan bendungan untuk mengatasi sejumlah abrasi dan pengelolaan aliran air di masa penghujan. Direncanakan pintu air akan memiliki 4 bukaan. Ini dengan masing-masing selebar 1,55 meter. Untuk keperluan pekerjaan di atas, Residen Bagelen mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 11 pada 1 April 1901. Adapun biayanya sebesar f 38.170.


    “Sekalipun berhasil dibangun, namun bendung ini kerap mengalami kerusakan sebagaimana terjadi pada tanggal 9 November 1902 dan 14 sampai 15 Desember 1907. Sehingga harus mengalami perbaikan kembali di tahun 1909,” katanya.

    Dengan membaca laporan Burgerlijke Openbare Werken  tahun 1909 nampaknya tahun 1901 sampai 1902 terjadi upaya pembangunan dan perbaikan Bendung Bedegolan oleh pihak Karesidenan Bagelen dan Pemerintahan Daerah Kebumen.

    Sedangkan dari pelacakan dokumen kolonial di atas.  maka bisa diketahui jika usia bendung dan saluran irigasi berupa kanal-kanal tersebut telah mencapai 170-an tahun. Ini jika ditarik sampai ke tahun 1852 saat mana saluran air ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi penduduk Kebumen. 

    “Namun demikian, penampakan masa kini memperlihatkan banyak perubahan dan perbaikan khususnya di era kemerdekaan. Sehingga sejumlah kerusakan yang kerap terjadi di era kolonial telah banyak teratasi dengan teknologi yang lebih modern,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top