• Berita Terkini

    Jumat, 21 Januari 2022

    Mengenal Bupati Arung Binang VII


    Dekat dengan Rakyat dan  Piawai Atasi Krisis Ekonomi 


    Jika kita mengunjungi Makam Bupati Arung Binang VII di Desa Kebejen Kutowinangun, hanya akan mendapatkan keterangan tanggal dan bulan serta tahun wafat, yakni 12 November 1945.  Pertanyaan muncul, mengapa tokoh penting tersebut hingga kini tidak terdeteksi tahun kelahirannya? Lalu siapa dan bagaimana sosok Bupati Arung Binang VII?

    ------------------------

    IMAM, Kebumen

    -------------------------

    Arung Binang IV nama aslinya Mangundiwirdjo hidup di era sebelum teknologi fotografi berkembang yakni pada 1831-1847. Sementara teknologi fotografi baru berkembang di tahun 1850-an.

    Hal ini diisampaikan oleh Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips Teguh Hindarto SSos MTh. Pihaknya telah melakukan pelacakan dokumen mengenai siapa dan bagaimana kisah dan kiprah Arung Binang VII dalam panggung pemerintahan Kebumen era kolonial.


    “Jika kita melacak, akan diperoleh keterangan KITLV A55-Raden Adipati Ario Aroengbinang van Keboemen met zijn jongste dochter (Raden Adipati Ario Arung Binang dari Kebumen bersama anak perempuannya yang termuda). Foto ini diabadikan oleh O Hisgen dan Co Semarang pada tahun 1930,” tuturnya.

    Disampaikannya, sejak tahun Mei 1906 telah berdiri Foto technisch bureau en handel in kunst- en fotoartikelen O Hisgen en Co atau Agen teknis foto dan perdagangan seni serta artikel foto O Hisgen and Co di Semarang. Ini pimpinannya oleh O Hisgen. Perusahaan fotografi tersebut adalah kelanjutan dari perusahaan sebelumnya yang bernama Fotographie O Hisgen en Co yang didirikan tahun 1902.


    “Jika foto tersebut dibuat bertarikh tahun 1930 maka dapat memastikan bahwa itu adalah foto Bupati Kebumen Arung Binang ke-7. Karena beliau memerintah sebagai bupati sejak tahun 1909 sampai 1935. Ini ketika Karanganyar dihapuskan sebagai sebuah kabupaten,” katanya.


    Raden Adipati Ario Arung Binang VII, lanjut Teguh, bernama asli Maliki Soerdjomihardjo. Dalam sebuah berita berjudul, Zilveren Regentsjubileum alias perayaan pesta perak pemerintahannya yang dimuat De Locomotief pada 2 Maret 1934, diperoleh biodata penting mengenai kelahiran dan perjalanan pendidikan serta karir Arung Binang VII.


    “Beliau dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1866 di Wonosari di Regentschap Kabupaten Kebumen. Maliki Soerdjomihardjo berhasil menyelesaikan sekolah yang diperuntukan untuk anak-anak pemimpin pribumi dan pribumi terkemuka lainnya di Magelang. Dalam hal ini beliau dianugerahi diploma akhir pada 12 Juni 1886,” jelasnya.

    Maliki sangat berprestasi, pihaknya hanya membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikan sebuah kursus yang lamanya empat tahun. Pada akhir sekolah dia bekerja selama setengah tahun sebagai Pegawai Landraad atau Pengadilan Dalam Negeri dari Kebumen dan Karanganyar.


    “Kemudian selama setengah tahun berikutnya sebagai kontrolir Binnenland Bestuur atau Pemerintahan Dalam Negeri di Kebumen. Tentu saja, seperti biasa pada waktu itu, dia tidak menerima gaji selama tahun itu,” jelas Teguh.


    Teguh juga menyampaikan pada 25 April 1887, Maliki diangkat menjadi schrijver atau juru tulis. Ini pada Jaksa utama di Purworejo. Setelah itu diangkat pada 22 Desember 1887 sebagai mantri di saluran air Kaligending Kebumen. Karena penghentian pekerjaan di bidang ini, dirinya mendapatkan pembayaran redundansi (wachtgeld-stelling). “Selama gaji redundansi itu ia mencari dan mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai tambahan di Dinas Pengairan Serayu,” paparnya.


    Pada 28 September 1890, Maliki Soerdjomihardjo  diangkat menjadi asisten wedono kelas 2 di Bedoeg (Purworejo). Kemudian pada 7 Mei 1898 diangkat sebagai asisten wedono kelas 1. Dilanjutkan pada 29 Juli 1903 diangkat sebagai wedono dari Tegalredjo Magelang. 


    Dengan Gouvernementsbesluit van 4 Maart 1909 No. 3 (Keputusan Pemerintah 4 Maret 1909 No. 3), Maliki Soerdjomihardjo kemudian diangkat sebagai Bupati Kebumen menggantikan Mangundirdjo alias Arung Binang VI pada 1884-1908.


    Selama menjabat sebagai Bupati di Kebumen, sejumlah prestasi dan penghargaan telah diraihnya. Ini seperti pada 21 Agustus 1920 yang diianugerahi gelar Adipati. Pada 20 Agustus 1922 dianugerahi penghargaan menerima songsong  atau payung kehormatan kuning. Pada 21 Agustus 1926 dianugerahi goude ster atau bintang emas besar. “Selain itu masih banyak sekali panghargaan yang diraihnya,” jelasnya.


    Teguh melanjutkan, Bupati Arung Binang VII juga banyak kontribusinya bagi pembangunan masyarakat Kebumen. Selain peningkatan peternakan di kawasan Mirit juga berbagai pembangunan jalan mengalami peningkatan secara signifikan. 


    Pendidikan publik dan sistem kredit berkembang pesat. Budidaya tanaman pangan selain beras sangat digiatkan. Ini seperti perkebunan kedelai. Demikianpula dengan budi daya penanaman pohon kelapa mendapat perhatian penuh dari Arung Binang VII.


    “Dengan nada memuji, Residen Linck mengatakan jika Arungbinang VII telah terbukti sebagai bupati yang layak yang membela kebutuhan rakyatnya. Ini dari tradisi agungnya yang terpercaya yaitu Bagoes Sangkrip  yang adalah Bapak Kabupaten. Bahkan sekarang telah berhasil mengendalikan turbulensi trah Aroeng Binang yang sesungguhnya,” katanya.


    Teguh menegaskan, Maksud pernyataan tersebut, bahkan sekarang telah berhasil mengendalikan turbulensi (ook nu de woelingen heeft weten te beheerschen) adalah mengatasi situasi krisis ekonomi Hindia Belanda. Krisis berawal dari Depresi Ekonomi yang berpusat di Amerika sejak tahun 1929 dan melanda seluruh Eropa dan Asia bahkan Hindia Belanda.


    Perbedaan signifikan apa yang telah Arung Binang VII lakukan selama pemerintahannya? Saah satunya adalah mempercepat jalur tempuh kereta kuda. Saat awal menjabat, 50 persen desa tidak mudah ditempuh dengan kereta kuda. Namun di masa dirinya menjabat bupati dari 208 desa, sebanyak 192 dapat ditempuh dengan lebih mudah. “Berikutnya, saat pertama kali menjabat, ada lebih sedikit sawah dibandingkan sekarang serta kurangnya perhatian dalam penanaman,” jelasnya.

    Teguh menegaskan, yang menarik dari artikel yang dibuat H.C. Zentgraaff yang berjudul, Er is een Tijd van Komen en Gan adalah saat mana dia memberikan deskripsi bagaimana sosok bupati di mata masyarakatnya.


    Dari penggambaran tersebut dapat dilihat betapa sosok Arung Binang VII memperlihatkan sifat dan sikap yang tidak hanya menempatkan diri sebagai pejabat tinggi, namun juga dekat dengan rakyatnya.


    Disebutkan adanya sejumlah penduduk yang sedang memiliki sejumlah persoalan, maka dia akan mendatangi ke kabupaten dengan berjongkok. Kemudian mencurahkan isi hatinya kepada sang bupati. Karena bupati memiliki kontak yang sangat dekat dengan rakyatnya, maka banyak orang besar maupun kecil menyambanginya untuk meminta sejumlah nasihat.


    “Bahkan ketika sejumlah orang menjadi gelisah dalam pergolakan semua jenis hal-hal aneh dan baru. Ini baik mengenai pesta atau dalam membahas masalah pertanian, memilih hari-hari yang baik, kapan hari baik memulai bekerja serta untuk semua hal-hal yang begitu disukai oleh orang Jawa di luar tempat-tempat besar. “Mereka pergi ke kabupaten, pusat kehidupan masyarakat atau het centrum van het volksleven,” kata Teguh.


    Dalam hal ini, Bupati akan  memberikan saran yang baik. Ini sesuai dengan kemampuannya. Bupati juga mengajar mereka, mengenai mongso penanaman. Ini untuk melihat posisi bintang-bintang, terutama dalam kaitannya dengan goeboek mentjèng atau tempat orang Jawa di Jawa Tengah mengorientasikan diri untuk pekerjaan.


    “Seorang pemimpin bukan hanya sekedar disegani namun selayaknya dekat di hati rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin, bukan sekedar menempatkan dirinya sebagai pengendali keputusan di tingkat paling atas dari struktur kekuasaan namun menjadi seseorang yang mengayomi rakyat yang dipimpinnya dengan kekuasaan yang dimilikinya,” papar Teguh.

    Disampaikan pula, peran kepemimpinan Arung Binang VII yang piawai mengatasi krisis ekonomi pada masanya namun tetap dekat dengan rakyatnya bisa menjadi role model kepemimpinan pemerintahan daerah masa kini. (*)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top