• Berita Terkini

    Senin, 13 September 2021

    Habib Dulang Uang dari "Si Kuping Panjang"


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-  Bisnis dibidang peternakan memang selalu menawan. Potensi ternak kelinci pedaging juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain pangsa pasarnya yang masih terbuka lebar, ternak kelinci pedaging juga relatif mudah.


    Kelinci merupakan hewan imut berkuping panjang. Di Kebumen sendiri hingga kini beternak kelinci pedaging masih belum familiar.  Meski umumnya hanya untuk sampingan, namun hasil beternak kelinci pedaging sebenarnya cukup menjanjikan. 


    Ahmad Habib Musyafa (28) merupakan salah satu peternak kelinci di Desa Bendogarap Klirong.  Pihaknya mengemukakan di Kebumen sendiri ternak kelinci pedaging belum begitu familiar. Kendati demikian, permintaan daging mamalia pengerat tersebut di pasaran belakangan ini terus mengalami peningkatan. 


    "Sementara ini baru sekedar sampingan saja. Namun hasilnya bila diakumulasi ya cukup lumayan. Untuk 25-30 indukan bisa menghasilkan Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per bulan,” tuturnya sembari memberikan pakan puluhan kelinci di kandang ternak miliknya, baru-baru ini.


    Habib menjelaskan kelinci yang diternaknya itu merupakan jenis pedaging  yakni New Zealand (NZ). Selain memiliki kualitas daging yang bagus, keunggulan lain dari kelinci jenis NZ bobot diatas rata-rata pada umumnya. Sehingga kelinci jenis NZ sangat baik untuk diternak sebagai kelinci pedaging.


    "Untuk jenis NZ ini produktifitasnya juga bagus. Dalam satu tahun bisa beranak 5-6 kali. Sekali beranak biasanya rata-rata 4-10 ekor. Bahkan pernah satu indukan sekali beranak sebanyak 11 ekor. Usia kehamilannya pun cukup singkat, kurang lebih 30-35 hari. Sementara usia sapih sendiri biasanya antara 35-45 hari. Terkait kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan semua bergantung pada kualitas indukan dan intensitas perawatannya," kata bapak dari satu anak itu.


    Selain menjual dengan harga daging, lanjutnya,  pihaknya juga menjual hasil ternaknya dalam bentuk bibit siapan atau calon indukan. Untuk harga daging karkas atau daging beserta tulang dan kepalanya dijual dengan harga Rp 60 ribu perkilogram. Sementara untuk daging fillet atau daging murni tanpa tulang dan kepala dibanderol dengan harga sebesar Rp 90 ribu per kilogram. 


    Untuk kelinci siapan atau calon induk, rata-rata Habib mematok harga berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu per ekor. Lain halnya dengan kelinci siapan atau calon induk, untuk kelinci produkan atau indukan pihaknya memajang harga mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp450 ribu perekor. Harga perekor baik calon induk maupun indukan sangat bergantung pada kualitas bibitnya. 


    "Selain dijual secara mandiri, untuk penampungan daging karkas maupun fillet kami difasilitasi wadah bersama, yakni Asosiasi Peternak Kelinci Kebumen (APKK). Permintaan daging melalui APKK ini sudah cukup tinggi. Tapi ya itu, produksi daging dari para peternak hingga kini masih belum maksimal. Apalagi pasar ekspor untuk daging kelinci sekarang sedang  terbuka lebar. Namun untuk mencukupi permintaan dari dalam negeri saja kita para peternak di Kebumen masih kuwalahan,” terangnya.


    Potensi lainnya, kotoran kelinci ternyata juga memiliki kandunga N, P dan K paling tinggi. Ini bila dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya. Kotoran kelinci sangat baik dijadikan pupuk organik. "Urin kelinci juga menjadi andalan para petani sayuran dan buah-buahan sebagai Pupuk Organik Cair (POC).  Biasanya para petani langsung datang kemari membawa jerigen sendiri," ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top