• Berita Terkini

    Selasa, 31 Agustus 2021

    Usia dan Kebutaan tak Halangi Semangat Nenek Ma'muroh Ikuti Vaksinasi Covid-19

     


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Bertahun-tahun Ma'muroh (78) tahun hidup sendiri dalam kegelapan. Hanya sebuah radio butut yang setia menemani dan menghibur hari-hari panjangnya. Selain itu, dukungan kerabat serta tetangganya membuat Ma'muroh bisa tetap tersenyum menjalani usia senjanya.


    Ya, Ma'muroh, warga RT 5 RW 4 Dukuh Gunungmujil Kelurahan Bumirejo Kecamatan/Kabupaten Kebumen itu merupakan penyandang tuna netra. 



    "Dari tahun 1975 saya dagang pakaian anak-anak, setelah itu saya sakit dan terjatuh saat berada di kamar mandi, akibat benturan di bagian mulut dan gigi mengalami cedera hingga membuat saraf mata saya terganggu dan kedua kornea mata saya pecah, sampai sekarang saya tuna netra," bebernya ditemui wartawan koran ini di kediamannya, baru-baru ini.


    Kembali ke masa silam,  persisnya tahun 1975, Ma'muroh sama seperti warga lain. Ia menjalani aktivitasnya seperti biasa menjadi pedagang pakaian anak-anak di Pasar Tumenggungan Kebumen bersama sang Ayah Sobari. Hiruk pikuk pasar dan pemandangan kota kebumen saat itu masih asri.



    Hingga beberapa tahun setelah itu bagi Ma'muroh, dunia berubah menjadi hitam pekat. Bahkan warna-warni baju anak-anak yang ia jual sudah luntur usai kedua kornea matanya pecah karena terjatuh di kamar mandi.


    Akibat kejadian itu, Ma'muroh sempat menjalani operasi kornea mata, namun dana besar hasil tabungannya berjualan pakaian anak-anak habis dikeluarkan untuk operasi, akan tetapi hasil baik belum berpihak kepadanya. Dokter menyatakan kedua kornea mata Ma'muroh pecah dan dinyatakan mengalami kebutaan.


    Kini Ma'muroh yang kian bertambah usia, dunia sudah gelap hanya tersisa angan-angan dan bayangan warna-warni baju anak-anak yang pernah ia jajakan. Bertahun-tahun Ma'muroh tinggal berdua dengan sang Ayah yakni Sobari. 


    Dengan penuh kesabaran mereka harus menjalani kehidupan tanpa kekasih dan buah hati. Hingga dunia bertambah gelap gulita, seakan air mata sudah tak dapat mengalir. 


    Kini Ma'muroh harus menjalani kehidupan penuh kegelapan seorang diri, saat sang Ayah tercinta, Sobari sekitar tahun 2000 an sedangkan sang Ibu, Mahmudah sudah meninggal terlebih dahulu, sang ayah yang selama ini menjadi petunjuk jalan dan tongkat kehidupannya harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.


    "Ayah sudah meninggal, saya belum menikah dan tidak punya anak sekarang hanya ikut adik ipar, adik kandung yang bersebelahan juga sudah meninggal," ujarnya kepada wartawan sembari meneteskan air mata.

    Meski beda rumah adik ipar Ma'muroh masih setia menemaninya, terutama membuatkan lauk dan sayur untuk makan setiap harinya. Namun masalah menanak nasi ia Ma'muroh masih bisa melakukannya sendiri dengan Ricecooker.


    "Kalau nasi saya masak sendiri pakai magic com, tapi kalau sayur dari adik ipar," katanya.


    Meski sudah menyandang status tunanetra, Ma'muroh masih semangat dalam menjalani kehidupan. Ia sangat peduli dengan kesehatan dirinya. Dengan bantuan adik kandungnya yang berada di Surabaya Ma'muroh mendaftarkan diri sebagai peserta JKN-KIS BPJS Kesehatan kelas 3 dengan dana iuran yang ditanggung oleh sang adik.


    Kartu JKN-KIS itulah yang digunakan saat Ma'muroh periksa ke Fasilitas Kesehatan (Faskes) saat merasa kurang enak badan. Sebelum Pandemi Covid19 menyerang, hari-hari gelap Ma'muroh diisi dengan pengajian di masjid terdekat. Namun sejak pandemi ia harus menimba ilmu agama hanya dari ceramah melalui radio.


    Hingga program vaksinasi digulirkan pemerintah, sebagai peserta Prolanis BPJS Kesehatan Ma'muroh tidak menyia-nyiakan waktu untuk dirinya mendapat vaksin. Untuk pergi mendapatkan vaksin, Ma'muroh selalu ditemani keponakan, Istiqomah (22) yang setia menemaninya dan penuh kesabaran menjaganya.


    Hingga saat ini melalui program vaksinasi peserta prolanis BPJS Kesehatan Kantor Cabang Kebumen, Ma'muroh sudah mendapat vaksin hingga dosis kedua.

    "Sudah vaksin kedua. Alhamdulillah aman, hanya saat suntik yang pertama lengan terasa pegal dan perut mual, saat itu saya periksakan ke dokter pakai BPJS alhamdulilah sembuh, untuk yang kedua ini aman agar tidak pegal saya kompres pakai air hangat," bebernya menggunakan bahasa jawa.


    Ma'muroh yang mengungkapkan ia kini tak berharap banyak. Ia memilih menyelesaikan sia umurnya untuk beribadah. "Namanya sabar itu sangat berat mas, gampang diucapkan sulit diamalkan, doa saya hanya Umur Berkah, Manfaat Dunia Akhirat dan Husnul Khotimah," katanya sembari kembali meneteskan air mata. (Fur)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top