• Berita Terkini

    Kamis, 12 Agustus 2021

    Cuaca tak Menentu di Kemarau, Porang Perlu Perlakuan Khusus


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Di Indonesia, Maret hingga Oktober, pada umumnya adalah musim kemarau. Namun demikian, nyatanya beberapa waktu lalu sempat terjadi beberapa kali turun hujan. Bahkan hujan tergolong lebat dan disertai dengan petir.


    Dari informasi yang berhasil dihimpun, penyebab terjadinya hujan di musim  kemarau adalah pembentukan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia. Dipole Mode sendiri adalah fenomena anomali di laut. Ini dengan ciri-ciri terjadi penyimpangan suhu di laut yang berlawanan dengan bagian barat dan timur.


    Adanya fenomena turunnya hujan di musim kemarau juga berdampak pada tanaman porang. Seperti diketahui, tanaman porang akan melakukan dormansi di musim kemarau. Adapun umbi porang akan kembali bertunas jika turun hujan.


    Adanya hujan di musim kemarau juga dapat membuat umbi porang yang terbenam di dalam tanah bertunas. Parahnya saat umbi bertunas, tentunya membutuhkan nutrisi dan air untuk hidup. Jika hujan kemudian tidak lagi turun, tentunya pertumbuhannya akan terganggu.


    Salah satu Praktisi Porang di Kebumen Akif Fatwal Amin menyampaikan turunnya hujan di musim kemarau dapat berpengaruh pada umbi porang yang tidak dipanen. Atau umbi yang masih berada di dalam tanah. Adapun bagi umbi yang telah dipanen dan disimpan tentunya tidak akan menjadi persoalan. 


    Disampaikannya, terkadang ada beberapa petani porang yang sengaja tidak memanen umbinya. Hal ini lantaran umbinya masih kecil. Membiarkan umbi tetap berada di tanah akan menghemat biaya dan tenaga untuk penanaman kembali saat musim tanam tiba. “Nah pada musim kemarau inilah umbi porang akan dorman. Umbi akan kembali tumbuh saat terkena air hujan,” tuturnya, Kamis (12/8/2021).


    Jika sampai umbi yang berada di dalam tanah bertunas, karena adanya hujan. Itu adalah hal yang wajar. Yang menjadi persoalan jika setelah bertunas, kemudian kekurangan air, lantaran hujan tidak lagi turun. Ini akan menyebabkan pertumbuhan tidak normal, jelasnya tanaman akan rusak. “Untuk mengantisipasi hal tersebut, memang sebaiknya umbi  diangkat agar tidak bertunas. Umbi kemudian ditanam kembali saat musim hujan tiba,” katanya.


    Namun demikian para petani tidak usah terlalu khawatir. Sebab sebentar lagi yakni pada Oktober, biasanya sudah memasuki musim tanam. “Perlu antisipasi memang, namun tidak usah terlalu khawatir, sebab dua bulan lagi yakni Oktober, biasanya telah memasuki musim tanam,” ucapnya. (mam) 


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top