• Berita Terkini

    Jumat, 04 Juni 2021

    Pembangunan Butuh Suasana Kondusif, Mbah Jati: Kritik Kudu Nganggo Cara Apik


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Suasana yang kondusif sangat penting untuk mendukung proses pembangunan. Ini baik untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) atau lainnya. Sebagus apapun program, tentunya akan mengalami banyak kendala, jika situasinya tidak kondusif.


    Contoh kecil, dalam membangun psikologis anak, sangat penting situasi rumah yang kondusif. Begitu pula situasi sekolah yang kondusif akan sangat membantu proses kegiatan belajar dan mengajar pada dunia pendidikan.


    Hal ini disampaikan oleh Muchtori Syahrul (66) warga RT 2 RW 2 Desa Jatimulyo Alian. Pihaknya yang akrab disapa Mbah Jati itu menegaskan pentingnya suasana yang kondusif untuk mendukung pembangunan. “Ini merupakan salah satu kunci dalam pembangunan apapun. Contohnya kecil membangun diri atau keluarga,” tuturnya, Jumat (4/6/2021).


    Harmonisasi dalam keluarga menjadi hal yang mutlak diperlukan. Dalam skala lebih besar tentunya pembangunan desa, daerah hingga negara. Sebab dalam negara sendiri, terdapat banyak kumpulan keluarga. “Artinya pembangunan atau program akan sangat sulit terlaksana bila situasinya tidak kondusif,” tegasnya, yang juga merupakan lulusan pendidikan psikologis itu.


    Lantas bagaimana menciptakan suasana yang kondusif, Mbah Jati, sedikit menjelaskan pentingnya menjaga ucapan dan sikap. Beragam situasi yang tidak kondusif kerap kali disebabkan karena tidak saling menjaga lisan dan sikap. 


    “Kata-kata akan berpengaruh kepada sikap dan sikap akan berpengaruh kepada perilaku,” jelasnya.


    Dalam kesempatan itu, Mbah Jati juga menegaskan pentingnya pemerintah untuk menjadi contoh yang baik bagi warganya. Itu sudah menjadi kewajibannya. Namun jika terdapat hal yang kurang pas pada pemerintah, sudah semestinya warga melakukan kritik yang membangun. “Dalam hal ini kritik sama saja dengan ngelingke. Untuk itu ngelingke juga harus disampaikan dengan bahasa yang baik,” katanya.


    Ditegaskannya, ngelingke berbeda dengan mengolok-olok atau membuly. Ngelingke atau mengingatkan itu dilakukan dengan bahasa yang baik dan sopan. Namun pesannya tersampaikan dengan baik kepada pihak yang dielingke. “Sekarang banyak yang suka menyalah-nyalahkan. Terlebih dilakukan di media sosial. Padahal jika semua sepakat untuk membangun ke arah yang lebih baik, tentunya tidak akan terjadi saling menyalahkan,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top