• Berita Terkini

    Senin, 07 Juni 2021

    Budidaya Bonsai; Mending Budidaya Sendiri daripada Hasil "Dongkelan"


    KEBUMEN- (kebumenekspres.com)-Masyarakat Kebumen tentu sudah tidak asing lagi dengan pohon bonsai. Ya pohon yang dikerdilkan dalam pot angkal itu memang terlihat menawan. Adapun tujuan pengerdilan yakni membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. 


    Membuat bonsai membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ini butuh berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Selain itu diperlukan pula ketelitian dan imajinasi yang tinggi. Dari situlah akan tercipta satu karya yang sangat berharga yakni pohon bonsai nan indah.


    Bonsai membutuhkan waktu. Ungkapan itulah yang tepat dalam menekuni pembuatan bonsai. Kesabaran, keseriusan serta perawatan yang lama sangat dibutuhkan dalam membuat bonsai.


    Maraknya pecinta bonsai membuat perburuan bakalan bonsai dialam marak dilakukan. Pemburuan bakalan bonsai di alam dikenal dengan istilah dongkelan. Yakni mendongkel pohon di alam yang nantinya akan menjadi bahan bonsai.


    Sepintas hal itu mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun jika tidak diwaspadai bukan tidak mungkin pemburuan bakalan bonsai menjadi aksi pembalakan.  Terlebih jika pencari bakalan bonsai tidak memperhatikan kegunaan pohon yang ditanam. Pada umumnya bakalan bonsai berada di tanah bertebing. Kegunaan pohon tersebut tentunya untuk menjaga tanah agar tidak longsor. 


    Alasan itulah yang membuat pencinta bonsai asal Rusdiman (39) warga RT 2 RW 8 Serepeng Kedawung Pejagoan lebih memilih untuk budidaya bahan atau bibit bonsai dari pada berburu. Hal ini selain untuk menjaga kelestarian alam, dengan berbudidaya juga diharapkan pecinta bonsai akan menikmati proses dari awal. “Saya dulu juga berburu dongkelan, namun kini lebih suka budidaya,” tuturnya, Senin (7/6/2021).


    Disekitar rumahnya terdapat banyak sekali bibit bahan bonsai. Ini mulai dari Asam Jawa, Serut, Rukem, Sisir, Sakura Mikro, Sancang, Waru Merah, Waru Varigata, Kimeng, Beringin Benjamin, Mirten, Ipik, Anting Putri, Legundi dan lainnya. “Budidaya dilakukan dengan cara menanam biji, stek dan cangkok. Adapun untuk memperbanyak cabang dan menggabungkan beberapa pohon dilakukan dengan okulasi dan pruning,” katanya.


    Rusdiman yang sudah hampir dua tahun ini menggeluti dunia bonsai berharap banyaknya pecinta yang melakukan budidaya dari pada berburu di alam. Selain menyediakan bibit bakalan bonsai, pihaknya juga menjual beragam peralatan dan pot bonsai. “Untuk bibit harganya kisaran Rp 5 ribu hingga Rp 700  ribu,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top