• Berita Terkini

    Jumat, 05 Maret 2021

    Cuaca Buruk, Harga Cabai semakin “Pedas”


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Cuaca buruk dan tidak menentu akhir-akhir ini membuat beberapa harga komoditas bumbu dapur melonjak. Beberapa yang mengalami lonjakan harga seperti Cabai Merah dan Bawang Merah. Harga cabai merah kini kian “pedas” di pasaran.


    Hal ini setidaknya dari pantauan di Pasar Tumenggungan Kebumen. Kenaikan harga juga dipicu oleh terhambatnya pasokan barang dan gagal panennya para petani cabai. Gagal panen salah satunya disebabkan adanya curah hujan yang cukup tinggi.


    Salah seorang pedagang Pasar Tumenggungan Tria saat ditemui di lapak dagangannya menuturkan harga cabai mulai dari cabai rawit, cabai merah keriting dan juga cabai merah besar semuanya mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikan untuk cabai mencapai Rp 10 ribu

    Dimana cabai rawit yang semula di harga Rp 80 ribu ada sampai Rp 90 ribu. Bahkan ada pula harga yang mencapai Rp 100 ribu perkilogram nya. Selain itu cabai merah kriting dan juga cabai merah besar yang semula harganya hanya Rp 30 ribu kini sudah menyentuh harga Rp 40 ribu. Disamping itu harga bawang merah juga mengalami kenaikan sekitar Rp 5 ribu dari harga semula Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu. "Penyebabnya karena cuaca, dan juga di daerah sini cabainya juga tidak pada keluar," tuturnya, beberapa waktu lalu.


    Kendati harga mengalami  lonjakan, namun tidak semua komoditas juga turut naik. Beberapa harga juga ada yang tetap stabil. Ini seperti sayuran, Bawang Putih dan juga Cabai Hijau harganya cukup stabil.  Harga bawang putih kathing sendiri saat ini mencapai Rp 30 ribu dan juga Cabai hijau besar Rp 30 ribu dan ini cukup stabil karena tidak ada kenaikan.


    Sedangkan untuk sayuran seperti wortel saat ini harganya mencapai Rp 10 ribu, kobis Rp 8 ribu dan juga tomat harganyapun berkisar antara Rp 7 ribu hingga 8 ribu. Sedangkan untuk brokoli sendiri saat ini harganya mencapai Rp 25 ribu. “Musim hujan terkadang membuat tanaman capai mengalami gagal panen,” ucapnya. 


    Dari Jakarta, Kementerian Pertanian menyindir pengusaha yang sengaja mengurangi stok bahan makanan pokok jelang Ramadan demi mendapat cuan besar.

    Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengindikasikan praktek tersebut kerap terjadi jelang Ramadan ketika konsumsi mengalami kenaikan.

    "Kami bukan berpikir negatif terhadap pedagang, tapi beberapa pelaku saya lihat agak mengurangi pasokan, ini menjadi keuntungan besar," katanya pada rapat kerja membahas ketersediaan dan stabilisasi harga bahan pokok pada Jumat (5/3).


    Oleh karena itu, dia menyebut pemerintah, dalam hal ini Kementan, harus melakukan fungsi intervensi agar stabilisasi harga terjaga. Pasalnya, saat permintaan naik namun tidak diikuti kenaikan stok, sudah pasti harga juga akan naik.


    Menurut dia, kunci menjaga stabilisasi harga adalah memonitor ketersediaan pangan. Ia menyebut metode yang dilakukan tahun lalu akan kembali diterapkan tahun ini, yaitu memonitor ketersediaan pangan di setiap provinsi secara mingguan.

    Dari sana dapat diketahui daerah mana saja yang mengalami surplus dan kekurangan stok. Sehingga, jika diperlukan pemerintah dapat 'memaksa' distribusi dari daerah surplus ke daerah yang membutuhkan.


    "Kami akan lihat provinsi mana surplus, kami force (paksa) distribusi surplus ke daerah minus karena forcing (memaksa) ini perlu," jelasnya. Masih ada lebih dari sebulan menjelang Ramadan, ia meminta pemangku kebijakan di setiap daerah baik pemda maupun pedagang untuk mulai menyesuaikan stok pangan sebagai antisipasi bulan puasa dan ramadaan yang akan jatuh pada pertengahan April-Mei mendatang. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top