• Berita Terkini

    Minggu, 03 Januari 2021

    Pembelajaran Daring Kembali Dikeluhkan


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Sistem pembelajaran jarak jauh atau daring secara online, kini sudah mulai dikeluhkan. Ini baik oleh kalangan pengajar maupun orang tua. Meski pun sistem tersebut dinilai aman, namun lamanya waktu daring telah membuat jenuh. Selain itu daring juga mempunyai beberapa kekurangan.


    Sistem pembelajaran di dunia pendidikan memang telah berubah sejak adanya Pandemi Covid-19. Dimana para siswa sebelumnya melaksanakan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Namun demi keamanan dan menghindari penyebaran serta tertular Virus Corona dilaksanakanlah sistem pembelajaran jarak jauh atau daring.

    Salah satu guru yang keberatan disebut nama menyampaikan pihaknya merasa senang saat ada kabar akan dilaksanakanya pertemuan tatap muka. Bahkan untuk persiapan tersebut sekolah telah di verifikasi oleh Koordinator Wilayah (Korwil) tingkat kecamatan. 


    Bukan hanya sekali, selama pandemi ini demi persiapan PTM, sekolahan telah dilaksanakan dua kali verifikasi. Adapun yang terakhir yakni pada Desember kemarin. Mempersiapkan verifikasi sendiri bukanlah hal yang ringan banyak syarat yang musti terpenuhi. Kendati demikian pembelajaran PTM tak junjung dilaksanakan.


    Adanya sistem daring juga membuat waktu kerja guru menjadi lebih banyak dan melelahkan. Guru seakan harus siap selama 24 jam setiap harinya. Pasalnya tidak jarang pula beberapa wali murid terkadang mengirim tugas di malam hari. Maklum selain mengajar anaknya, para wali murid juga bekerja untuk kehidupannya.


    Kendala lain dari daring yakni tidak semua siswa memiliki Smartphone. Terkadang smartphone yang digunakan adalah milik orang tuanya. Sehingga satu smartphone saling berbagi kepentingan antara anak dan orang tua. Bukan itu saja,kevalidan dalam  mengerjakan tugas sekolah juga perlu dipertanyakan. Pasalnya tidak sedikit pula orang tua yang tidak hanya membantu, melainkan juga turut mengerjakan tugas sekolah anaknya.


    Beberapa kendala lainnya yakni terkait dengan jarigan. Dimana terkadang sistem pembelajaran terkendala sinyal dan pulsa. Bisa jadi terdapat pulsa, namun sinyalnya jelek atau sebaliknya sinyalnya bagus, namun kuotanya habis.


    Dampak lainnya, kini anak-anak semakin sulit dibina.  Anak sudah mulai nyaman dengan posisi mereka yang “tidak berangkat sekolah”.  Kebiasaan dan pola hidup anak-anak beberapa juga sudah berubah. Ini seperti tidur larut malam dan bangun siang.


    Hal serupa juga disampaikan  oleh salah satu wali murid Ratih Rupiyatin (31). Warga Desa Sidomukti  Kecamatan Adimulyo ini menyampaikan, demi keamanan dan keselamatan pihaknya memang setuju dengan pembelajaran daring. Namun demikian banyak kekurangan dalam sistem pembelajaran daring tersebut. “Saya juga khawatir, apakah nanti mereka siap kembali belajar secara tatap muka setelah sekian lama menjalani daring. Apakah sistem daring baik untuk masa depan para siswa. Teknologi memang bisa menggantikan fungsi guru dalam mengajar, namun tidak dalam mendidik,” ucapnya. (mam) 


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top