• Berita Terkini

    Rabu, 12 Agustus 2020

    Ibu Hamil dan Kesehatan Mental

    Eva Fatmah, S.Kep.,Ns
    Kehamilan merupakan suatu peristiwa penting dan kompleks bagi seorang wanita yang disertai dengan adanya berbagai macam respon fisik dan psikologis. Kehamilan adalah proses transisi biologis, sosial, dan emosional bagi seorang perempuan. Masa kehamilan terjadi selama 36 minggu. Proses kehamilan melibatkan perubahan psikologis yang dapat membuat wanita rentan terkena gejala masalah kesehatan mental. Profil WHO (2017) menyatakandalam skala global sebanyak 10% ibu hamil dan 13% wanita yang baru saja melahirkan mengalami masalah kesehatan mental, terutama depresi. Negara- negara berkembang seperti Indonesia angka kejadian masalah kesehatan mental pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Berbagai macam masalah kesehatan mental yang dialami ibu hamil yaitu depresi, gangguan suasana hati yang rendah, kecemasan, psikosis, dan emosi yang tidak terkendali.

    Tenaga kesehatan mempunyai peran penting dalam melakukan deteksi dini masalah kesehatan mental ibu hamil. Tenaga kesehatan yang berhadapan langsung dengan ibu hamil seringkali tidak menyadari tanda-tanda adanyamasalah kesehatan mental pada wanita selama masa kehamilan. Tanda–tanda tersebut seringkali disalahartikan sebagai faktor hormon, fisik dan sosial lainnya. Ketidakmampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi masalah kesehatan mental akan berdampak negatif terhadap ibu hamil. Kegagalan dalam mengatasi atau menangani masalah kesehatan mental pada periode kehamilan akan berdampak pada buruknya status kesehatan ibu dan bayi, meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, terlambatnya perkembangan anak, adanya masalah perilaku, bunuh diri, dan pembunuhan bayi.

    Mini survei yang dilakukan penulis tentangkesehatan mental ibu hamil didapatkan hasil bahwa, tenaga kesehatan yang menangani ibu hamil masih berfokus pada pemeriksaan perkembangan janin, keadaan kesehatan ibu, pemberian pendidikan kesehatan persiapan kelahiran, pendidikan kesehatan gizi ibu hamil dan pendidikan kesehatan penyulit kelahiran, sedangkan masalah psikologis ibu hamil kurang diperhatikan. Berdasarkan survei tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan psikologis atau kesehatan mental ibu hamil belum menjadi fokus perhatian para tenaga medis. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 97 tahun 2014 bab 2 bagian kedua tentang pelayanan kesehatan masa hamil dijelaskan berbagai hak pelayanan antenatal terpadu untuk wanita hamil. Dalam peraturan menteritersebut tidak ada point yang menjelaskan tentang kesehatan mental ibu hamil. Berdasarkan peraturan tersebut dapat disimpulkan pemerintah belum memberikan fokus perhatian terhadap kesehatan ibu hamil. WHO sendiri telah merekomendasikan bahwa pemeriksaan kesehatan mental pada ibu hamil harus menjadi prioritas tenaga kesehatan baik dokter maupun bidan.

    Masalah kesehatan mental ibu hamil menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah dan tenaga medis harus bekerja sama dalam memperhatikan kesehatan mental ibu hamil. Sejalan dengan rekomendasi WHO, pemerintah dapat membuat kebijakan yang berfokus kesehatan mental ibu hamilpada pelayanan primer maupun lanjutan. Pemerintah juga harus memantau angka kejadian masalah kesehatan mental ibu hamil. Data yang akurat akan mempermudah untuk mengambil tindakan penanganan yang efektif guna mengurangi dampak yang ditimbulkan. Pemerintah dapat mengembangkan strategi untuk mendukung kesehatan mental ibu hamil baik melalui platform digital atau dukungan berbasis masyarakat.

    Peran tenaga kesehatan akan menjadi kunci keberhasilan program pemerintah terkait kesehatan mental ibu hamil.Para profesional kesehatan harus memulai melakukan komunikasi tentang apa yang dirasakan ibu hamil. Penggunaan kuesioner identifikasi depresi, Antenatal Risk Questionnaire (ANRQ), dan Perceived Stress Scale (PSS) dapat membantu tenaga kesehatan dalam membimbing percakapan dan mendeteksi dini masalah kesehatan mental ibu hamil. Penggunaan kuisioner ANRQ dan PSS tidak boleh diandalkan sebagai satu-satunya cara untuk mengidentifikasi kesehatan mental ibu hamil. Selain penggunaan kuisioner tenaga medis yang bertugas menangani ibu hamil sebaiknya telah mendapatkan pelatihan dasar tentang kesehatan mental. Pelatihan berguna untuk mengenali berbagai kondisi pskologis dan menanggapi tanda-tanda potensial masalah kesehatan mental ibu hamil dari yang ringan hingga yang berat. Kerja sama antara pemerintah dan tenaga kesehatan diharapkan mampu menjadi awal kesadaran kita bersama akan pentingnya masalah kesehatan mental ibu hamil.


    Penulis: Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top