• Berita Terkini

    Kamis, 13 Agustus 2020

    Covid-19, Tradisi Sadranan di Kebumen Digelar Sederhana

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kendati masih dalam ancaman Covid-19, aktivitas warga di Kebumen berangsur normal. Warga bahkan sudah terlihat menggelar kegiatan yang melibatkan massa. Termasuk warga Desa Argopeni Kecamatan Ayah yang menggelar tradisi Sadranan atau sedekah bumi, Kamis (13/8/2020).

    Sadranan merupakan tradisi tahunan yang digelar warga sebagai ungkapan syukur atas rejeki hasil bumi. Tak heran, warga berduyun-duyun menghadiri kegiatan yang digelar di lapangan desa setempat. Meski begitu, warga tetap menerapkan protokol kesehatan.

    Tampak hadir kemarin, Wakil Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, Asisten 1 bidang Pemerintahan dan Kesra Heri Setyanto, Camat Ayah, Forkopimcam Ayah, Ketua Partai PDI Pperjuanagan Saiful Hadi. Tampak hadir juga, bakal Calon Wakil Bupati Kebumen, Ristawati Purwaningsih.

    Kepala Desa Argopeni, ursino, mengatakan Sadranan merupakan acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Seharusnya, acara Sadranan ini dilaksanakan sekitar bulan April.

    Namun, pandemi Covid-19 membuat pemerintah desa menunda pelaksanaannnya. Kali ini pun digelar secara sederhana.  "Biasanya kita gelar di awal tahun. Namun adanya covid19 ini acara kali ini digelar secara sederhana," katanya.

    Sementara itu, Wakil Bupati Kebumen Arif Sugiyanto, menyampaikan apresiasinya atas komitmen warga menjaga tradisi Sadranan. Acara semacam ini, ujar Arif, tak hanya sekedar bernilai tradisi, sekaligus menguatkan kerukunan dan persatuan antar warga.

    "Semoga dengan adanya Sadranan, masyarakat Argopeni semakin guyub rukun dan tetap menjaga tradisi dan persaudaraan," ujar Arif.

    Pantauan koran ini, acara berlangsung khidmat. Warga yang hadir menggelar doa bersama dipimpin sesepuh desa setempat. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama dengan menu yang sudah disiapkan dari rumah.

    Menu makanan pun istimewa dan dikemas dalam wadah bambu yang disebut tenong. Istilah tenong ini kemudian menjadi istilah lain, yakni "tenongan". Ada tradisi menarik dalam acara tenongan ini. Yakni, warga saling tukar makanan yang kemudian disantap bersama.

    Selain makanan nasi lauk beserta ubarampenya, disajikan pula aneka jajanan tradisional. Seperti jenang pati ganyong. Sebagai puncak acara, warga menggelar wayang kulit yang kali ini dibawakan oleh kelompok Kesenian Aji Laras asal Desa Kedungweru. Tak seperti biasanya, wayang digelar pada siang hari karena masih dalam situasi covid-19. (fur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top