• Berita Terkini

    Senin, 20 Juli 2020

    Santri di Kebumen ini Sulap Telur Asin Jadi Kerupuk

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Inovasi Muhammad Zainal Arifin (23), patut diapresiasi. Bagaimana tidak. Pria yang sehari-hari nyantri di  Pondok Pesantren Alhasani Desa Jatimulyo Kecamatan Alian membuat telur asin menjadi kerupuk.

    Santri yang akrab disapa Zainal ini mengatakan, ide awal membuat kerupuk berbahan telur asin ini didapat dari salah seorang temannya saat melakukan kegiatan KKN di Kabupaten Brebes.

    Dari situ, kemudian Ia berinisiatif untuk membuatnya. Setelah dirasa cukup berhasil, Zainal pun mulai mencoba memasarkan kerupuk telur asin tersebut. Alhasil, Produk bernama “Kerupuk Telur Asin FAJIM” itu kini mulai banyak diminati masyarakat.

    "Awalnya dapat cerita dari teman saya yang lagi KKN, katanya di daerah Brebes sempat membuat kerupuk berbahan bahu telur asin, kemudian saya tertarik untuk belajar dan membuatnya. Dan alhamdulilah sekarang sudah mulai diminati banyak konsumen," ujar Zaenal ditemui, baru-baru ini.

    Fajim yang singkatan dari Forum Anak Jalanan Isnyaf Mengaji, sendiri merupakan forum yang ada di  Pondok Pesantren Alhasani Desa Jatimulyo Kecamatan Alian.

    Zaenal menambahkan, kerupuk telur asin buatannya dijamin berbeda dengan kerupuk lainya. Kata dia, kerupuk telur asin memiliki rasa berbeda karena berbahan tepung dan telur asin. "Yang membedakan kerupuk telur asin itu kuning telurnya tetap terpisah," imbuhnya.

    Ia menyampaikan, proses pembuatannya tak terlalu sulit. Cukup dengan olahan tepung tapioka, terigu, telur asin dan bumbu yang kemudian dibentuk menjadi bulatan. Sampai proses ini, sudah tercipta kerupuk mentah. "Setelah itu dikukus dan dingin kerupuk diris tipis untuk dijemur selam kurang lebih dua hari. Setelah proses penjemuran kering, baru digoreng dan dikemas dalam bungkus yang menarik. ," imbuhnya.

    Disinggung soal harga, Zaenal mengatakan lumayan murah. Yakni Rp 6000 setiap isi 50 gram nya. Sementara untuk pemasarannya sendiri banyak melalui online. Pemasarannya melalui online juga ,kadang ada juga yang datang kesini minta jadi reseller," jelas Zainal.

    Masih kata Zaenal, usaha yang baru di rintis sejak satu bulan ini dilakukan untuk melatih kreatifitas dan kemandirianya sebagai seorang santri. Terlebih dirinya merupakan salah seorang santri yang pernah memiliki masa lalu kelam. Zainal berharap, selama mengaji di pondok pesantren, dirinya bisa mendiri dan tidak bergantung pada orang tua.  "Intinya saya ingin bisa mandiri dan tidak merepotkan orang tua," pungkasnya. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top