• Berita Terkini

    Selasa, 21 Juli 2020

    Orang Tua di Kebumen Mulai Keluhkan Pembelajaran Daring

    KEBUMEN(kebumenekspres.com) - Sejak adanya Pandemi Corona, Kabupaten dengan status bukan zona hijau tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah menggunakan sistem tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan sistem dalam Jaringan (daring) dan dari rumah (darum). Namun belakangan sistem daring darum telah membuat resah para orang tua atau wali siswa.

    Hal ini lantaran tidak semua orang tua siap membantu memberikan pelajaran kepada anaknya. Disisi lain para peserta didik juga tampaknya banyak yang belum siap menerima pelajaran melalui smartphone. Bukan itu saja, persoalan lain datang dimana anak-anak juga ternyata mempunyai kesulitan tersendiri saat belajar dengan orang tua.

    Dalam pembelajaran biasa, orang tua akan “menitipkan” anaknya kepada guru. Ini agar anak dapat didik dan menerima pelajaran di bangkus sekolah. Sebaliknya, kini sejak adanya pandemi corona, guru seakan justru “menitipkan” siswanya kepada orang tua. Padahal tidak sedikit wali murid yang tidak memahami kompetensi mengajar. Jika kompetensi mengajar saja tidak punya, lantas bagaimana hasil atau output dari sistem pembelajaran tersebut.

    Keluhan terkait daring dan darum datang dari salah satu wali murid Farhan Mazuki (30)  warga Kecamatan Adimulyo. Pihaknya menyampaikan meski repot, namun sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anak. Sehingga mau tidak mau pihaknya berserta dengan istrinya tetap memberikan pelajaran sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru anaknya. “Ini sangat merepotkan. Anak-anak sulit belajar dengan orang tua. Ghiroh atau semangat untuk belajar tampaknya juga menurun drastis,” tuturnya, Selasa (21/7/2020).

    Dijelaskanya, meski dengan keterbatasan siap untuk mendampingi anak belajar dari rumah. Namun pihaknya terus berpikir bagaimana hasil pendidikan yang akan dicapai nantinya. Tidak setiap orang dapat memahami pelajaran sekolah anaknya. “Jika sampai pendidikannya tidak berhasil, korbannya adalah masa depan mereka,” katanya.

    Hal senada juga disampaikan oleh salah satu wali siswa Imam Wahyudi (37) warga Kelurahan Tamanwinangun. Adanya sistem daring darum membuat anak-anak kesehariannya justru lebih sering bermain smartphone. Anak-anak juga lebih sering bergadang, karena merasa masih libur sekolah. “Saat belajar dengan orang tua juga tidak maksimal. Kadang orang tuanya sabar, anaknya yang tidak. Sebaliknya juga begitu, kadang anaknya yang sabar justru malah orang tuanya yang tidak. Kami berharap terdapat solusi yang efektif untuk hal ini,” paparnya.

    Menanggapi hal itu Pengawas Pendidikan  SMK Kebumen Warjan menyampaikan untuk dapat mengajar dengan baik, guru memang harus memiliki empat kompetensi. Ini meliputi yakni pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Selain itu guru juga harus mempu mengevaluasi siswa baik baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek psikomotorik). “Jka unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi tentunya akan berdampak pada buruk pada hasil pembelajaran,” terangnya.

    Kendati demikian sistem daring dilaksanakan demi menjaga kesehatan dan keselamatan para siswa dari ancaman penyebaran virus corona. Warjan berharap orang tua atau wali siswa dapat sabar dalam menjalani semua ini.  Selain mendapatkan pendampingan dari orang tua, dalam hal belajar di rumah siswa juga mendapatkan bimbingan dari guru. Meskipun ini dilaksanakan dengan sistem daring.
    “Mudah-mudahan pendemi ini segera berakhir. Adapun beberapa keluhan tersebut nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan saat melakukan evaluasi untuk menentukan kebijakan selanjutnya terkait pendidikan,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top