• Berita Terkini

    Jumat, 17 April 2020

    Tangani Corona, Pemerintah Diminta Satu Komando

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Mewabahnya virus corona di pelbagai negara dan daerah menjadi ancaman serius untuk keberlangsungan hidup manusia. Hingga kini, virus yang berasal dari Kota Wuhan China tersebut telah menyebabkan kematian lebih dari sejuta umat manusia. Dalam pandangan syariat, kondisi saat ini sudah sangat darurat, bahkan sudah mencapai satu tingkat di bawah perang.

    Dalam tujuan syariat (aturan agama) mengerucut pada lima maqashid asy syar'i. Adapun maqashid asy syar'i sendiri merupakan tujuan yang ingin diwujudkan oleh Syariat Islam. Lima hal tersebut yakni menjaga agama (Hifdzuddin), menjaga nyawa (Hifdzunnafsi), menjaga keturunan (Hifdzunnasli), menjaga akal (Hifdzul aqli) dan menjaga harta  (Hifdzulmal).

    Pengasuh Ponpes Miftahul Anwar Dukuh Pekeyongan Desa Podoluhur Klirong Gus Ahmad Nasruloh ADH menyampaikan Hifdzuddin atau menjaga agama merupakan situasi perang. Dimana saat ada larangan untuk memeluk Agama Islam, maka harus dilawan meski mengadakan pertempuran. Jika ada ancaman agama, maka wajib hukumnya bagi Umat Muslim untuk melawan meski harus mengorbankan nyawanya.

    “Adanya wabah ini, kita harus Hifdzunnafsi atau menjaga nyawa. Sadarlah jika virus corona sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian,” tuturnya, Jumat (3/4/2020).

    Ditegaskannya, lima urutan maqashid asy syar'i harus lengkap dan menjadi pertimbangan secara utuh dan tidak boleh sepotong-sepotong. Untuk menghadapi ancaman agama, Umat Muslim harus siap mengorbankan nyawa. Begitu juga seterusnya sesuai dengan urutannya.

    Terkait persoalan corona, apakah jika tidak dilaksanakannya Sholat Jamaat, I'tikaf, Umroh termasuk kategori mengancam agama (ke imanan) manusia. Atau justru sebaliknya ditiadakannya Sholat Jum'at justru untuk mengantisipasi menyebarnya wabah corona. Dalam termasuk dalam tindakan menjaga nyawa (hifdzunnafsi). “Dalam hal ini Umat Islam masih bisa jamaah dan  beribadah di rumah,” tegasnya, yang juga merupakan penasehat RMI Kebumen itu.

    Dalam situasi yang sangat darurat ini, lanjutnya, bahkan setingkat di bawah perang, peran pemerintah sangat penting, untuk itu pihaknya mendorong pemerintah, baik Pusat,  Propinsi maupun Kabupaten untuk lebih cepat bergerak, terkondinir dan satu komando. Karena jika bertindak secara masing-masing akan berakibat sulit teratasinya pendemi corona ini.
    Lebih penting adalah masyarakat untuk mentaati himbauan pemerintah dan pada level tertentu. Apabila dilanggar perlu ada penegakan atas kebijakan pemerintah tersebut demi keselamatan banyak orang. Masyarakat harus jaga kesahatan, budayakan cuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan tetap tinggal di rumah selama tidak ada kondisi yang sangat penting. 
    “Persoalan selanjutnya, yakni biaya. Ini mengingat pemerintah harus menanggung biaya untuk hidup warganya. Maka perlu ada ketersediaan pangan yang cukup, subsidi/bantuan atau apapun namanya yang secara langsung diterima masyarakt yang sudah taat yakni tinggal di rumah, akan tetapi tidak mampu menghidupi diri dan keluarga karena tidak bisa mencari nafkah," ungkapnya didampingi Ketua RMI Kebumen Gus Fachrudin Achmad Nawawi.

    Dalam situasi yang darurat ini, diperlukan kesadaran bersama. Pada prinsipnya harta tidak lebih berharga daripada nyawa manusia. Kesadaran bersama ini harus dilaksanakan, dimana yang mampu harus membantu yang kurang mampu. “Mengingat pentingnya biaya, Pemerintah dapat menghimbau para hartawan atau pengusaha sukses yang ada untuk peduli memberikan sebagian hartanya. Kesadaran bersama dimana yang mampu
    harus membantu yang kurang mampu. Dalam fiqh Madzhab Hanafi saat kondisi keuangan negara tidak mampu, pemerintah dapat meminta uang kepada orang kaya. Ini terdapat dalam kitab Dawabith al-Mashlahah Karangan Syech Said Ramadan Buti,” katanya, bersama dengan Ketua Pagar Nusa Kebumen Gus Asyhari Muhammad Al Hasani.

    Gus Ahmad Nasruloh menambahkan satu hal yang sangat penting jika terdapat wabah yang sangat berbahaya yakni harus tetap di rumah. Saking pentingnya, maka pahala berada di rumah setara dengan orang yang mati syahid. Artinya barang siapa yang tinggal di rumahnya ketika terjadi wabah, maka dia mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia. “Ini sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW,” ucapnya.(mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top